All Chapters of Aku Bukan Tulang Punggungmu, Mas!: Chapter 41 - Chapter 50

90 Chapters

Bab 41

Entah jam berapa aku tidur semalam. Mungkin lewat jam satu malam karena aku baru bisa tidur setelah menunaikan salat tahajjud. Setelah bangkit dari tempat tidur, aku melihat cermin yang berada di sebrang. Terlihat mata yang merah dengan rambut yang berantakan. Kedatangan Varo benar-benar membuat pikiran menjadi kacau. Rasa takut yang menghantui membuat susah tidur. Adzan subuh terdengar bergema dari musala dan masjid yang ada di dekat rumah. Segera membangunkan Mawar dan Melati lalu keluar dari kamar. Rupanya Hanin dan Rani juga sudah bangun. Kami memutuskan untuk salat subuh berjamaah di ruang tengah. Setelah selesai salah subuh, kami membagi tugas seperti biasa. Rani menawarkan diri untuk menyapu halaman, aku memasak untuk sarapan serta bekal anak-anak dan Hanin menyapu rumah serta mencuci piring. Saat sedang membuat sarapan, aku menceritakan tentang kejadian semalam pada Hanin. Dia nampak terkejut hingga hampir menjatuhkan panci yang sedang di cucinya. "Ternyata firasat burukku
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Bab 42

Tega dia bilang? Sepertinya Mas Aksa sama sekali belum sadar jika perbuatannya selama ini sungguh menyakitkan hati. Dia bertindak seolah-olah menjadi korban dan akulah penjahat. Seperti yang sudah kami duga, Mas Aksa tidak akan terima di gugat cerai. Karena dia akan kehilangan tambang uangnya yaitu aku. Di balik kata penyemangat dan senyum para tetangga, aku tahu jika banyak di antara mereka yang menyebut wanita bodoh dan lemah. Mau saja di peralat keluarga suami untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di jadikan tulang punggung selama bertahun-tahun dengan nafkah yang minim. Menerima kata-kata kasar Mas Aksa dan masih banyak lagi. Mereka tidak tahu aku memilih bertahan karena janjiku pada mendiang Ibu. Sejak kecil Ibu sudah mendidik kami untuk selalu memegang teguh janji yang terucap. Menjadi orang jujur dan mau menolong orang lain. Hal itu jugalah yang membuatku bertahan selama enam tahun pernikahan. Akhirnya aku bisa melanggar janji Ibu setelah Mas Aksa menampar pipi ini. Kekerasan fisik
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

Bab 43

Selain membuka akun sosial media Rosi, aku juga membuka sosial media Syntia, Ibu dan yang terakhir Mas Aksa. Tidak ada postingan apapun selama beberapa hari terakhir. Padahal dulu Ibu dan Syntia aktif bermain sosial media. Justru aku membaca beberapa komentar dari akun tetangga kami di postingan terakhir Ibu. Dua di antaranya adalah Ibu-ibu yang bergosip di hari pernikahan Rosi.Mereka julid karena Rosi sering mengunggah status yang menyindir sang suami padahal usia pernikahan mereka belum ada satu bulan. Syntia dan Mas Aksa memilih diam. Tidak menanggapi sindiran atau ujaran kebencian dari para tetangga di sosial media. Namun tidak dengan Ibu. Dia menanggapi bahwa postingan Rosi sama sekali tidak terkait dengan masalah rumah tangganya. Saat ada yang membahas tidak pernah melihatku dan Varo pulang ke rumah lagi, Ibu membalas bahwa kami ada urusan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.Rupanya para tetangga sudah sadar jika aku pergi dari rumah. Teringat dengan kejadian beberapa hari
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Bab 44

Aku sungguh tidak enak pada Bu Rindang karena sikap Mas Aksa yang memalukan. Tidak mungkin aku meminta beliau untuk tetap memajukan mobil dengan dalih mengancam Mas Aksa. Hampir saja tangan ini membuka pintu jika Rani tidak menahanku. Dia menggeleng lalu turun dari mobil. “Siapa kamu? Aku tidak ada urusan denganmu,” bentak Mas Aksa dengan tangan mendorong Rani. Namun dia justru jatuh tersungkur saat Rani lebih dulu menjegal kakinya. “Kamu tidak perlu tahu siapa aku,” kata Rani sambil menotok beberapa bagian di tubuh Mas Aksa. Setelah melakukan hal itu, ia masuk ke mobil. “Kita bisa pergi sekarang Bu.” “Baik. Terima kasih Mbak Rani.” Mobil sudah melaju melewati Mas Aksa yang di kerumuni Ibu, Rosi dan Syntia. Tubuhnya seperti terbujur kaku seolah tidak berdaya. Melihat keherananku, Rani dengan baik hati menjelaskan jika ia menotok beberapa bagian vital di tubuh Mas Aksa agar dia tidak bisa bergerak. Sehingga kita bisa pergi dari sana dengan leluasa. “Memang nggak masalah Ran?” tan
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Bab 45

Aku segera berlari keluar dapur. Terdengar teriakan para pembeli dan pegawai yang melihat Mas Aksa mengejar dengan memegang pisau. Dia tidak boleh melukai siapapun di dalam warung. Kakiku terus berlari keluar hingga tiba di tepi jalan raya. Seolah sudah gelap mata, Mas Aksa sama sekali tidak berhenti. Dia berhasil menangkan tanganku dan hendak menusukan pisau itu saat terdengar teriakan Rani yang nyaring. Hampir saja Mas Aksa berhasil menusukku jika Rani tidak datang tepat waktu. Pisau sudah melayang di udara. Rani dengan cekatan menangkap pisau itu lalu memberikannya pada Tika yang ikut keluar dari warung. Tika berlari sambil membawa pisau itu ke masuk. Sementara itu, Rani sudah berhasil melumpuhkan Mas Aksa dengan cara menotok bagian vitalnya agar tidak bisa bergerak. “Lepaskan aku. Kita akan pergi bersama Nia. Kalau kamu tidak mau rujuk maka kita bisa berpisah dengan cara lain. Kamu tidak boleh bahagia di saat aku menderita,” teriak Mas Aksa memberontak. Padahal tubuhnya sudah ka
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

Bab 46

Pagi berjalan seperti biasa. Salat subuh, membuat sarapan, mandi lalu istirahat di dalam kamar. Tugas rumah sudah di bagi dengan Rani dan Hanin. Anak-anak juga sudah di antar oleh pengawal mereka. Sebelum mengantar anak-anak ke sekolah, Rani sempat menemuiku.“Kata Tia dia bisa interview kapan saja Mbak. Karena ada kakaknya yang akan menginap untuk menjaga ibu mereka.” “Syukurlah. Tolong beri tahu saudaramu jika kita bisa interview jam empat sore. Agar dia bisa praktik secara langsung bersama denganku malam ini. Aku ingin melihat kemampuannya dalam melayani pelanggan.” “Baik Mbak.” Anak-anak dan Rani pulang jam setengah sepuluh pagi. Kami menghabiskan waktu di ruang tengah untuk menonton TV bersama. Tidak lupa aku menanyakan kegiatan mereka selama di sekolah. Rani juga bercerita jika dia sudah akrab dengan wali murid yang lain. Walaupun harus mengarang alasan saat ada yang menanyakan kenapa bukan aku yang kini mengantar dan menunggu anak-anak di sekolah. “Awalnya aku mau mengarang
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Bab 47

Semua orang memandang kami dengan aneh. Ada yang sudah tahu kejadian kemarin, tetapi juga ada yang belum. Aku tidak ingin persepsi orang-orang tentang warung ini buruk. Jadi aku segera membantu Ibu untuk berdiri. Tubuhnya terasa bergetar hebat karena menahan tangis. Belum lagi dengan wajahnya yang sembab karena terus menangis. Mungkin memikirkan nasib Mas Aksa yang kini sedang di penjara. Pandanganku beralih pada Rosi dan Syntia yang diam saja di belakang Ibu mereka. Aku mengira Rosi dan Syntia akan mengarahkan kamera ponsel untuk merekam kami tadi. Namun mereka hanya berdiri mematung tanpa suara. Tidak menggenggam ponsel sama sekali. “Kalian bisa menunggu di lantai dua. Aku akan pergi ke dapur untuk mengambil minuman,” ucapku tenang. “Terima kasih Nia.” Rosi lalu membantu Ibunya menaiki tangga. Tidak mungkin aku meminta mereka ke dapur karena sudah ada Tia yang menunggu disana. Terpaksa aku menunda interview dengan gadis itu. Saat berjalan ke dapur, terlihat Tia tengah mengamati
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Bab 48

Meskipun Varo tidak bisa melihatku, tetap saja aku merasa tidak tenang. Dada ini berdetak lebih keras. Hampir saja tubuhku limbung jika tidak bisa menguasai diri. Kuhela nafas berulang kali agar lebih tenang. Pandangan beralih pada Tia yang sedang meminum es tehnya. “Sebentar ya Tia. Aku mau mengirim pesan dulu.” “Iya Mbak.” Kuambil ponsel dari dalam saku gamis lalu membuka kontak Lia. Dia adalah orang terakhir yang ditanya Varo. Aku ingin tahu apa saja yang mereka bicarakan dan memintanya untuk melihat ke depan warung agar bisa memastikan keberadaan Varo. Tidak lama kemudian pesan sudah berubah menjadi centang biru. Artinya Lia sudah membaca pesanku. Dari balik penghalang di antara dapur dan warung, aku bisa melihat Lia yang berjalan keluar. Dia kembali untuk melayani pembeli lalu mengambil ponselnya. Pesanku sudah dibalas. [Tadi Pak Varo menanyakan apakah Mbak Nia selalu masuk kerja setiap siang dan baru pulang pada malam harinya lalu aku jawab jika Mbak Nia tidak pernah masuk
last updateLast Updated : 2024-08-05
Read more

Bab 49

Diam-diam aku segera turun dari tangga lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di belakang tangga. Dadaku berdegup kencang. Ternyata kehadiran Varo lebih menakutkan dari Mas Aksa. Dia seperti terobsesi padaku. Bukannya memperbaiki hubungan dengan Rosi, Varo justru memilih mengintai istri kakak iparnya sendiri. Tidak ada suara keributan yang terjadi. Semuanya berjalan seperti biasa. Lima belas menit sudah berlalu. Aku takut jika ada orang yang hendak menggunakan kamar mandi perempuan. Mungkin aku harus memeriksa kamera CCTV sekarang. Tanganku mengambil ponsel dari saku gamis. Belum sempat aku membuka HP, terdengar keributan. Varo berteriak marah yang di timpali dengan suara Rina dan Lia. Seketika suasana menjadi bising karena para pembeli tidak terima Varo sudah mengganggu ketenangan mereka. Aku bahkan tidak berani melihat apa yang terjadi di rekaman kamera CCTV. Bagaimana jika Varo menghancurkan image warung yang sudah terbangun selama ini? Mungkin menghadapinya adalah jalan terba
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

Bab 50

Aku terdiam sejenak. Jadi pria ini datang bukan karena permintaan Mas Aksa, tetapi karena ingin memenjarakan Varo. Danang dengan santai memakan sosis bakar pertamanya hingga habis. Ingatanku kembali ke masa beberapa tahun silam saat mengikuti Mas Aksa menghadiri reuni sekolah. Danang memang sosok yang baik di antara teman-teman Mas Aksa yang sibuk menggoda. Bahkan dulu dia berhasil masuk ke cabang perusahaan ternama di kota ini. Hanya sebatas itu ingatanku tentang Danang. Karena ia juga berpindah tempat untuk menyapa teman-temannya dari kelas lain. Kini pria itu sudah memandangku lalu berkata, “Kamu pasti kaget saya membahas tentang Varo.” Aku menggeleng. Bukan merasa kaget. Hanya merasa penasaran saja apa hubungan Danang dengan Varo. Tunggu dulu. Bukankah Danang bekerja di perusahaan keluarga Varo? Wajar jika mereka saling mengenal dan mungkin saling menjatuhkan. Namun tidak mungkin aku bertanya tentang kemungkinan terakhir. “Tidak. Aku ingat anda bekerja di perusahaan keluarga Va
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status