All Chapters of Aku Bukan Tulang Punggungmu, Mas!: Chapter 61 - Chapter 70

90 Chapters

Bab 61

Hidayah memang bisa datang darimana saja. Aku sama sekali tidak menyangka jika Mas Aksa dan keluarganya bisa berubah sedrastis itu hanya karena bantuan Danang. Enam tahun aku berusaha mengubah mereka, selalu berdoa agar Mas Aksa mau berubah, tetapi tidak ada perubahan. Justru berujung pada pertengkaran kami hingga berakhir pada perpisahan. Siapa sangka pertemuannya dengan Danang di penjara bisa mengubah semuanya.Terlintas salah satu alasanku mantap untuk berpisah. Arumi. Apakah Mas Aksa masih rajin berhubungan dengan Arumi? Karena aku tidak lagi memantau pesan WA dari ponselnya yang sudah kusadap. Dari luar ia memang benar-benar taubat. Namun aku ingin mengetahui hal ini untuk memantapkan hati. Apakah dia layak diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri sebagai ayah untuk anak-anak kami?“Tadi kamu bilang Danang meminjamkan uang yang akan dipotong dari gaji. Lalu sekarang kamu mengatakan jika ia memberikan uang sebagai balas jasa padaku. Mana yang benar, Mas?” tanyaku heran.M
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Bab 62

“Motif Budi dan Ana sama persis dengan Varo. Bedanya mereka lelah menjadi penghibur untuk orang-orang kaya karena itulah ingin mengambil harta kita. Kali ini tidak hanya Mbak Nia yang di incar, tetapi juga aku. Jika mendengar percakapan Ana dan Budi, sepertinyai nyonya yang dimaksud bisa membantu untuk mengakses data pribadi secara illegal seperti yang kulakukan.” Hanin menjelaskan di dalam kamarnya saat sedang istirahat.Setelah makan siang, aku meminta Rani untuk menemani anak-anak di ruang tengah agar aku bisa membicarakan masalah ini dengan Hanin. Dia langsung memeriksa latar belakang Budi dan Ana begitu mendapat kiriman pesan dari Rani. Tidak lupa menyembunyikan pesan terakhirku dengan Mas Aksa. Walaupun tidak ada yang aneh karena Mas Aksa meminta maaf secara langsung. Bukan lewat pesan atau telepon.Satu-satunya hal yang belum diketahui Hanin adalah siapa nyonya yang di maksud Budi dan apakah nyonya ini terlibat dengan pria kaya yang memeluk Ana di mobil. Hanin tidak bisa memeca
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

Bab 63

Lebih tidak membuka pesan itu sama sekali. Sepertinya Arumi berusaha mengancamku dengan mengirim pesan jika dia sudah berselingkuh dengan Mas Aksa. Cerita klise yang sudah bisa di tebak. Saat ini aku memang memilih diam. Pura-pura tidak tahu tentang perselingkuhan mereka karena tidak ingin ikut campur. Namun membaca dengan mata sendiri saat Mas Aksa memutuskan untuk berpisah dari Arumi hanya melalui pesan membuatku ingin mengatakan yang sebenarnya di saat yang tepat.Aku menatap anak-anak yang masih sibuk bermain. Merasa bersyukur karena akhirnya Mas Aksa mau berubah dan menyayangi anak-anak kami dengan sepenuh hati. Tepukan di bahu membuatku menoleh pada Rani.“Pak RT bisa bertemu dengan notaris hari ini Mbak. Apakah notaris yang ditunjuk Mbak Dania juga bisa datang?” tanya Rani menunjukkan pesan dari Pak RT.“Aku hubungi Pak Syam dulu Ran,” jawabku menyebut nama notaris yang menjadi langganan Hanin.Tidak membutuhkan waktu lama hingga Pak Syam mengirim pesan. Hari ini juga kami dapa
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Bab 64

“Bapak setuju. Jujur saja Bapak terpaksa membawa mereka karena Budi mengancam akan menaruh Bapak di pantu jompo yang terbengkalai di desa kami. Panti itu di bangun sepuluh tahun lalu oleh mantan lurah dengan menggunakan uang desa.” Suara Bapak serak saat bercerita. Matanya sudah berkaca-kaca. Mungkin karena mengingat ancaman Budi yang sudah melukai hatinya.“Bukannya Bapak tidak suka tinggal di panti jompo. Jika panti itu adalah tempat yang bagus dan nyaman untuk di tinggali, Bapak akan dengan sukarela tinggal disana. Hidup dengan ibu mereka saja sudah membuat pusing. Jadi lebih baik tinggal di panti. Sayangnya panti jompo di desa kami tidak terawatt dengan baik. Pengurusnya juga kasar hingga pernah di tegur Pak Lurah yang baru. Walaupun para pengurus sudah di tegur, tetapi mereka tidak di penjara karena memang tidak ada kekerasan fisik. Apalagi para pengurus masih kerabat mantan Lurah yang kaya dan punya kekuasaan besar di desa.” Cerita Bapak tentang alasannya datang ke kota ini bers
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Bab 65

Syukurlah para warga bisa tepat waktu menangkap pria itu. Mereka langsung membuka masker dan topi yang di pakainya. Menampakan wajah Budi yang ketakutan. Dia masih berushaa melarikan diri. Seketika Budi terdiam saat melihatku berjalan mendekat. Matanya membulat kaget dengan mulut menganga. Mungkin tidak menyangka jika aku akan memergokinya berusaha masuk ke rumah."Tolong bawa dia ke kantor polisi Pak. Dia hampir menerobos rumah saya." Rani sudah menangis sesenggukan. Bertindak seolah dia adalah korban yang hendak di rampok."Bohong. Dia bukan pemi_." Budi tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena salah satu pria berbadan kekar sudah meninju wajahnya."Jangan banyak bicara. Kita bawa saja ke kantor polisi," kata pria itu. Pak RT datang tidak lama kemudian. Beliau sempat kaget saat melihatku. Setelah warga menjelaskan situasinya, Pak RT juga mengira jika Rani adalah pemilik dari rumah yang hendak di terobos Budi. Karena selama ini Rani yang mengurus ijin tinggal kami di lingkungan i
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

Bab 66

Hanin terdiam sambil mengunyah makanannya. Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Hanin lebih memilih menyelesaikan makanannya dengan ekspresi wajah yang terlihat berpikir. Aku yang mengenal sifatnya juga memilih diam. Adikku itu akan berpikir sebelum memberikan jawaban. Setelah makanan di piringnya habis, Hanin minum segelas air putih.“Apa Mbak Nia yakin bisa aman di rumah baru itu? Budi dan Ana punya dukungan kuat. Kita tidak tahu siapa orang yang mendukung mereka. Bukannya aku meragukan bantuan para tetangga. Hanya saja apakah mereka memang orang-orang yang baik? Tidak bisa diajak bekerja sama dengan para penjahat itu?” tanya Hanin retoris. Sudah kuduga jika Hanin tidak akan langsung setuju dengan usulku.“Bisa jadi tidak semua tetangga baik pada kita. Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, aku ingin bisa hidup dengan bebas. Tidak lagi bersembunyi dengan memakai tameng orang lain. Justru karena kita sudah kenal dengan para tetangga, mudah bagi mereka untuk penasaran pada orang
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

Bab 67

Aku berdehem untuk mencairkan suasana. Membuat Mawar dan Melati sontak menyalami tangan Mas Aksa. Baru menyalami tangan Bapak yang tampak riang saat mengecup kening kedua cucunya. Bapak sudah lebih dulu duduk di sofa panjang. Mas Aksa meletakan plastik berisi buah naga dan pisang yang ia bawa.“Ayah membawakan makanan untuk kalian. Mau makan sekarang?” tanya Mas Aksa kaku. Wajah Mawar dan Melati tampak bingung melihat kelakuan ayah mereka. karena selama in Mas Aksa selalu bersikap acuh dan marah-marah.“Ayo dicoba. Ayah sudah membelikan untuk kalian.” Aku mendorong tubuh Mawar agar duduk di samping Mas Aksa. Sedangkan Melati memilih duduk di samping Bapak.“Pak, aku tinggal membersihkan dapur dulu ya. Kalau Bapak mau lihat lantai satu, itu ada dua kamar. Kamar depan adalah kamar Bapak. Sedangkan yang belakang adalah kamar Rani.”“Iya Nduk. Kamu lanjutkan saja bersihkan rumah.”Melihat anak-anak yang hanya terdiam, aku hanya bisa tertawa dalam hati. Sikap mereka sangat lucu. Canggung d
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

Bab 68

Aku sudah memegang ponsel yang memperlihatkan rekaman kamera CCTV di rumah kontrakan. Rani dan Bapak berdiri di belakangku. Mobil berwarna putih berhenti tepat di depan rumah. Ana turun bersama dua wanita paruh baya. Tidak lama kemudian turun dua pria yang memakai jas hitam dan kacamata ala bodyguard.Ana berusaha membuka pintu, tetapi tidak terbuka. Dia terus mengetuk pintu sambil memanggil nama Bapak. Wanita paruh baya yang memakai jas berwarna putih dengan rambut pendek dan makeup natural, duduk menunggu di teras. Kakinya terus bergoyang tidak sabar. Wajahnya cemberut menatap Ana.“Bapak cepat buka pintunya.” Ana masih terus mengetuk pintu.“Sudah jelas bahwa Bapakmu tidak ada di rumah. Lebih baik hubungi dia sekarang agar cepat pulang,” seru wanita itu ketus.“Baik Nyonya,” jawab Ana dengan tubuh gemetar. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Jadi wanita itu adalah Nyonya yang menyokong kehidupan Budi dan Ana. Aku bisa mengenal sosok wanita itu dengan jelas. Adik Pak Harsono yan
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more

Bab 69

Teringat dengan kejadian sore ini maka aku memutuskan untuk membawa Bapak dan anak-anak ke rumah Hanin. Syukurlah aku memegang kunci serep yang ia serahkan sejak membeli rumah Ibu lagi. Jadi tidak perlu bolak-balik. Sesampainya di rumah Hanin, aku meminta Bapak untuk tidur di kamar yang dulu dijadikan Ibu sebagai gudang untuk peralatan dan perlengkapan menjahit. Dulu kamar itu digunakan sebagai kamar Kakung dan Uti. Rani tidur dikamar yang dulu ditempat Hanin. Sedangkan aku dan anak-anak tidur di kamar yang dulu aku tempati. Semuanya masih sama seperti saat terakhir kali kami menginap disini.Kami hanya tinggal selama sehari di rumah Hanin. Karena jasa bersih rumah yang kupanggil sudah menyelesaikan pekerjaan mereka. Aku dan Rani pergi ke rumah itu sebentar untuk melihatnya lalu segera pulang ke rumah Hanin karena tidak ada yang menjaga Bapak dan anak-anak. Untuk barang-barang kami, Hanin akan mengantarkannya sendiri dengan menggunakan mobil. Dia juga akan pergi ke rumah ini untuk mem
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

Bab 70

Sejak tingal di rumah ini, aku sering berbaur dengan tetangga sekitar. Masuk ke grup RT dan mendaftar di grup yasinan agar lebih akrab dengan para tetangga. Setiap keluar rumah aku selalu bersama dengan Rani. Hubunganku dengan Mas Aksa masih berada di titik semu. Sudah satu minggu berlalu, ia sering berkunjung ke rumah untuk memberi oleh-oleh pada Salma dan Salwa. Setiap Mas Aksa datang, para tetangga yang melihat akan bertanya kenapa aku dan Mas Aksa tidak tinggal serumah.Karena tidak ingin membuat masalah rumit di saat status kami belum jelas, aku terpaksa berbohong jika Mas Aksa tinggal dengan ibu dan kedua adiknya karena ibunya sakit. Begitu juga denganku yang tinggal bersama Bapak setelah hendak diperas oleh kedua anaknya dari istri kedua. Sayangnya Bapak dan Ibu mertua tidak bisa disatukan dalam satu rumah karena sering bertengkar. Hal ini aku ceritakan pada Mas Aksa. Dia setuju dengan cerita bohong yang aku sampaikan pada para tetangga.“Tidak masalah. Aku tidak ingin kamu mer
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status