All Chapters of Aku Bukan Tulang Punggungmu, Mas!: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

Bab 71

Keesokan harinya kami pergi ke rumah Pak RT untuk minta bantuan. Kebetulan sekali ketua RW yang menjabat saat masalah keluarga Rani berlangsung adalah paman beliau. Sehingga Pak RT bisa mendapat berkas yang masih disimpan oleh pamannya selama puluhan tahun. Rani sudah membawa semua persyaratan yang dibutuhkan. Jadi, dia diminta menghubungi Tantenya yang sudah ada di kota ini untuk datang ke rumah Pak RT sesuai dengan alamat yang dikirimkan.“Untuk apa melibatkan orang lain? Kita selesaikan sendiri masalah keluarga. Kau tinggal membatalkan pembelian, mengusir mereka lalu menyerahkan sertifikat rumah itu padaku. Kalau tidak hidupmu dan ibumu akan terancam,” hardik Tante Mega dengan saura menggelegar. Karena Rani menekan mode pengeras suara, aku dan Pak RT bisa mendengar jelas suaranya.“Tidak bisa Tante. Harus ada pihak ketiga yang bisa berlaku adil untuk memutuskan siapa pemilik sah rumah itu. Kita selesaikan di rumah Pak RT atau aku bawa Tante ke kantor yang bersangkutan untuk membukt
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

Bab 72

“Maaf kalau membuatmu tersinggung Ran.” Sadar bahwa aku sudah salah bicara, segera minta maaf lebih baik. Mungkin harga diri Rani terusik karena aku seolah memberikan rumah gratis untuk ibunya. Ada beberapa orang yang tidak ingin menadahkgan tangan begitu saja dan mungkin Rani adalah salah satunya.Rani justru menggeleng sambil tertawa. Matanya sudah mengembun yang segera diusap dengan jari tangan kanannya. Kami kembali melangkah bersama. Aku mengusap bahu Rani yang hendak menangis. Perlahan ekspresi sedihnha sudah memudar setelah ia menghela nafas berulanb kali. Dia tersenyum haru padaku. “Terima kasih banyak Mbak. Aku juga berpikir untuk mengajak Ibu pindah lagi ke kota ini agar dekat dengan saudara dari pihak Ayah. Karena semua saudara Ibu sudah tidak tinggal lagi di Semarang. Kalau ada waktu luang selesai menulis, aku selalu mencari rumah yang bisa Ibu tinggali. Namun beliau menolak karena tidak ingin tinggal sendiri di kota ini. Trauma dengan kejadian masa lalu. Berulang kali kub
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 73

Tidak terasa langit sore sudah berganti lembayung senja. Adzan maghrib sebentar lagi berkumandang. Anak-anak yang sudah mandi segera keluar dari kamar mereka. Menonton TV bersama Bapak dan Mas Aksa di ruang tengah. Sementara aku sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Rani ikut membantu agar masakan lebih cepat matang. Teringat kejadian beberapa waktu lalu usai kami berkebun bersama.“Bapak boleh makan malam bersama kita Bu?” tanya Mawar antusias. Tidak butuh waktu lama untuk Mas Aksa mengambil hati anak-anak. Kini mereka sangat dekat dengan sang ayah. Di sisi lain aku juga tidak bisa menanggapi dengan leluasa saat mereka bicara tentang Mas Aksa seperti dulu karena status kami yang belum jelas saat ini. Mawar dan Melati juga paham bahwa orang tua mereka tidak bisa lagi tinggal bersama. Jadi, mereka lebih memilih menghubungi Mas Aksa sendiri saat waktunya bermain ponsel. Baru kali ini Mawar dengan berani meminta ayahnya tinggal lebih lama untuk makan malam bersama kami.“Boleh. Nanti bi
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

Bab 74

Dengan dada berdebar, kubuka kontak Hanin untuk membaca semua pesannya. [Mungkin proses perceraian Mbak Nia dan Mas Aksa bisa ditunda jika itu adalah jawaban salat istikharah yang menampakan wajah suami dan anak-anak. Gugatan cerai bisa dicabut oleh tergugat. Semua keputusan kembalu pada Mbak Nia sendiri. Apakah ingin memberi kesempatan lagi atau tetap kukuh berpisah.]Membaca pesan Hanin membuatku bingung. Haruskah aku melakukannya. Mas Aksa memang sudah berubah menjadi ayah yang sangat baik untuk anak-anak. Namun bayangan masa lalu masih menghantui. Apalagi bayangannya dengan Arumi saat berhubungan badan di atas ranjang kami. Ada trauma tersendiri yang kupendam dari semua orang dan hanya Hanin yang tahu. Awalnya aku berpikir Hanin akan membalas jika aku harus tetap berpisah dari Mas Aksa. Di luar dugaan dia justru memberi jawaban bijak. Tidak menuntut walaupun sudah tahu kondisiku. Tidak mudah untuk rujuk, tetapi aku juga sedih membayangkan anak-anak yang akan terus terpisah dengan
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab 75

“Maaf jika saya mengganggu.” Wanita itu langsung masuk ke dalam. Mas Aksa hanya mengangguk tanpa menanggapinya. Ekspresi wajahnya juga dingin. Masih sama sepeti Mas Aksa yang dulu. Sepertinya kami tidak bisa bicara disini jika ada pegawai yang tiba-tiba masuk seperti tadi.“Ada yang mau aku bicarakan denganmu Mas. Salatlah dulu lalu ijin pada pegawai lain untuk makan siang bersamaku di warung dekat sini.” Rasanya tangan sudah keringat dingin karena memberanikan diri mengajak suami sendiri untuk makan siang bersama. Hal yang tidak pernah kulakukan saat kami masih tinggal bersama. Mas Aksa terdiam. Matanya mengerjap, menatapku bingung.“Kalau kamu sibuk kita bisa pergi lain waktu.” Tidak tahan dengan suasana hening, aku kembali bicara.“Tidak.” Sela Mas Aksa cepat. Suaranya juga terdengar gugup.“Aku akan salat dulu setelah ada pegawai yang keluar. Kamu bisa tetap tunggu disini. Oh ya, bagaimana dengan sekolah anak-anak hari ini?” tanya Mas Aksa mengalihkan percakapan.“Seperti biasa.”
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Bab 76

Mas Aksa mengangguk. Perlahan dia menggenggam tanganku erat. Tidak ada pelukan karena kami sedang berada di tempat umum. Namun dari matanya aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar. Saat mengambil keputusan ini, alasannya hanya anak-anak agar mereka bisa memiliki keluarga utuh yang bahagia. Untuk hubunganku dan Mas Aksa, kami bisa memulai semuanya dari awal.Dulu dia menikah denganku hanya karena wajah dan sifat penurut. Kali ini aku berharap jika Mas Aksa belajar untuk mencintaiku apa adanya. Terlepas dari masa lalu kami. Masih ada banyak hal yang perlu kami ketahui satu sama lain."Kenapa kamu tidak pernah menanggapi godaan wanita lain Mas? Kamu juga berselingkuh dengan Arumi hanya karena uangnya." Ini adalah pertanyaan yang sudah kupendam.sejak lama. Sejak mengetahui bahwa Mas Aksa sudah punya selingkuhan lain.Mereka punya tujuan yang berbeda satu sama lain. Arumi yang dibutakan cintanya pada Mas Aksa. Sedangkan pria itu hanya menerima uang yang selalu diberikan selingkuhannya.
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Bab 77

Rani dan Hanin menyambut baik keputusanku untuk rujuk saat kami bertemu di rumahku. Aku ingin mereka bisa bicara secara langsung. Mas Aksa sempat menyapa Hanin sejenak sebelum anak-anak menguasai ayah mereka. Bapak tidak hentinya tersenyum sejak tadi sambil menatap Mas Aksa yang tengah berada di teras samping bersama anak-anak. Duduk sambil menatap kebun yang sudah kami tanami bunga. Malam ini kami kembali makan malam bersama. Lengkap bersama Hanin.“Berarti ibumu sudah setuju untuk pindah ke kota ini lagi Ran? Kemarin Mbak Nia berkata kamu masih harus bertanya pada ibumu.” tanya Hanin mengalihkan percakapan setelah pembahasan sebelumnya sudah selesai. Rani mengangguk dengan senyum penuh kelegaan.“Ibu setuju setelah aku menjelaskan semuanya Mbak. Apalagi kami juga akan tinggal bersama Tia dan ibunya. Insyaallah uang dari novel online akan cukup tahun depan untuk membeli rumah itu. Aku juga sudah bicara pada pemiliknya akan membeli jika masa kontrak habis.” Rani memberi penjelasan den
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

Bab 78

Pagi ini aku sibuk menyiapkan sarapan spesial untuk menyambut kedatangan Mas Aksa dan keluarganya. Hanya Hanin yang membantu karena Rani akan pergi tepat setelah salat subuh ke Semarang dengan naik travel yang sudah dipesan. Dia mengatakan akan menjemput ibunya dan pulang dengan mobil pick up yang sudah di sewa. Setelah itu, Rani dan keluarganya akan langsung menempati rumah kontrakan. Menata barang-barang mereka. Termasuk Tia yang baru akan bekerja nanti sore.Tidak lama kemudian terdengar suara derit pintu yang terbuka dan tertutup. Disusul dengan langkah kaki yang mendekat. Rani sudah keluar dengan penampilan yang sama seperti saat pertama kali dia datang kesini. Tidak lupa dengan tas selempang yang tersampir di pundak. Dia sempat sibuk dengan ponselnya lalu menatap kami.“Mbak Nia, Mbak Hanin aku pergi dulu ya. Sopir travelnya sudah datang,” pamit Rani menyalami kami bergantian sambil mencium pipi kanan dan kiri seperti layaknya salaman seorang wanita.“Hati-hati di jalan Ran.” Ak
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

Bab 79

Hanin masih menginap di rumah sampai besok karena Rani masih dalam perjalanan pulang dari Semarang. Kemarin Rani bercerita bahwa ibunya sempat menelepon dan sudah mengemasi semua barang yang diperlukan. Begitu juga pagi ini, Rani sudah mengabariku tadi bahwa dia dan ibunya naik mobil pick up yang tertutup untuk mengangkut barang mereka. Karena aku belum di ijinkan keluar sendiri, Hanin yang menjemput anak-anak. Kegiatan di rumah hanya bersih-bersih lalu memeriksa laporan keuangan yang di kirim Tia.Di waktu luang seperti ini, aku menonton TV dengan Bapak di ruang tengah. Terdengar suara mobil yang berhenti. Aku segera bangkit karena mungkin saja Hanin sudah datang bersama anak-anak. Dengan cepat aku berlari lalu melihat dari lingkaran kecil di gerbang untuk memastikan jika Hanin yang datang. Lingkaran ini juga bisa digunakan oleh orang di luar untuk melihat keadaan dibalik pagar. Rani sengaja membukanya kemarin agar memudahkan tetangga kami yang datang berkunjung.Aneh sekali. Ada dua
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more

Bab 80

Siang harinya berjalan seperti biasa. Kami makan siang bersama karena Hanin selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul di meja makan. Kami membicarakan Rani yang baru mengirim pesan setelah tadi pagi baru bertolak dari Semarang untuk menjemput ibunya agar tinggal di lingkungan ini lagi. Hanin bertanya kapan Rani dan keluarganya akan menempati rumah kontrakan itu."Katanya Rani dan ibunya sudah sampai di rumah keluarganya Tia. Mereka masih berkemas disana lalu baru akan pindah ke rumah kontrakan sekitar jam dua siang," ucapku memnjawab pertanyaan Hanin. Teringat dengan pesan Rani tadi."Memang tugas di sekolahnya anak-anak itu banyak ya Mbak? Mereka juga masih TK. Kebetulan saja besok tidak ada tugas."Percakapan sudah beralih tentang sekolah anak-anak yang tidak memberikan tugas. Karena besok sudah hari libur sekolah. Termasuk tentang pekerjaan Mas Aksa di toko Danang. Aku menceritakan secara detail pekerjaannya disana. Berapa jumlah pegawai lain dan masih banyak lagi. Sesuai yang Mas
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status