“Apa rencanamu Ran?” tanya Hanin penasaran.Rani justru menunjukkan gambar yang sudah ia buat di ponselnya. Rute rumah kami lewat pintu belakang. Ada banyak kelokan jalan yang harus dilalui di gank kecil. Dari rumah, kami harus berjalan satu kilometer lalu berbelok ke kiri. Terus jalan hingga ada pertigaan, jalan lurus melewati empat rumah sampai kami tiba di rumah kosong itu.Menurut papan yang terpasang di depan pagar, rumah dua lantai itu di jual oleh pemiliknya. Rumah yang sudah kusam dengan pelataran penuh daun membuatku yakin jika rumah itu sudah lama kosong. Belum ada yang membelinya sejak dijual. Jika melewati rumah itu pada malam hari suasananya akan terasa sangat aneh.“Kita akan membuat Varo yakin kalau Mbak Nia tinggal di rumah ini,” jawab Rani.“Caranya?” Keningku berkerut tidak mengerti.Tidak mungkin kami masuk ke dalam pagar karena rumah itu milik orang lain. Atau hanya berpura-pura berdiri di depan gerbang. Bisa jadi Varo justru akan semakin curiga. Apalagi aku yakin
Terakhir Diperbarui : 2024-08-09 Baca selengkapnya