All Chapters of Aku Bukan Tulang Punggungmu, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20

90 Chapters

Bab 11

Jawaban Mas Aksa membuat amarahku naik sampai ke puncaknya. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan tadi jika uangku tidak cukup untuk biaya pernikahan adiknya. Walaupun apa yang aku katakan hanya kebohongan semata, tetapi mendengar sendiri Mas Aksa yang terus merongrong uangku untuk memenuhi kebutuhan keluarganya membuatku menjadi semakin merasa tidak berguna di matanya. Aku ini hanyalah pemuas nafsu sekaligus sumber uang untuk mereka.Kedua tanganku terkepal erat di atas paha. Kutahan lisan yang hendak mengeluarkan segala bentuk caci maki untuknya. Kutahan juga air mata agar tidak menggenang. Jangan pernah mempermalukan diri sendiri di depan orang lain hanya karena orang jahat seperti Mas Aksa. Aku harus bisa menanggapinya tanpa harus marah-marah di depan para pembeli.“Maaf mas. Aku nggak bisa meyisihkan karena kebutuhan warung memang sedang habis. Belum lagi dengan harga kebutuhan pokok seperti tabung gas yang meroket tinggi. Hari ini semua pegawaiku juga akan gajian. Mana mun
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 12

Dadaku berdegup kencang. Perkataan Mas Aksa memang ada benarnya. Aku memang menyembunyikan sesuatu. Di lantai dua aku menyimpan emas, sertifikat bangunan, bpkb motor dan barang berharga lainnya di dalam brankas. Letak brankas juga di samping tempat tidur. Begitu menginjakan kaki di lantai dua brankas itu akan terlihat. Tidak ada pembatas yang akan menghalangi.Mas Aksa masih menunggu jawabanku sambil tersenyum. Sudah jelas jika mereka merencanakan sesuatu. Mungkin dalam benak Ibu dan Mas Aksa ingin mengambil perhiasan emasku yang sudah tidak lagi tersimpan lagi di rumah. Aku melihat dari rekaman CCTV jika Mas Aksa sudah berhasil membuka pintu lemari. Mencari ke setiap sudut kamar dan seisi rumah. Tetap saja perhiasan emasku tidak di temukan. Dia sudah pasti menduga jika aku akan menyimpannya di toko ini. Tapi, tanpa mereka ketahui aku juga menyimpan barang berharga lainnya.“Bukan begitu. Aku tidak akan melarangmu untuk bertemu anak-anak di warung. Tapi, lihat deh Mas sekarang jam be
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Bab 13

“Oh ini HP-nya Mas Aksa,” jawabku begitu melihat HP yang di pegang Hanin.“Kok ada nama kontak Arumi cantik. Jangan-jangan Mas Aksa selingkuh,” tebak Hanin yang punya pikiran yang sama denganku.Aku hanya mengedikan bahu. Karena memang selama ini aku tidak pernah memeriksa hp Mas Aksa. Buat apa? Yang ada dia akan marah saat aku menyentuh barangnya seperti di awal pernikahan kami dulu. Aku hanya menngangkat telpon dari Ibu. Bukannya berterima kasih, Mas Aksa justru menghardikku.“Kamu berani banget sih Nia.” Hardik Mas Aksa lalu merebut HP-nya yang sedang aku pegang kala itu. Matanya menatapku nyalang penuh amarah.“Aku hanya mengangkat telpon dari Ibu mas. Siapa tahu penting.” Aku membela diri karena tidak ingin dia marah.“Nggak perlu di angkat juga. Lain kali cukup langsung berikan HP ini padaku. Jangan usik privasi masing-masing. Karena aku juga tidak akan pernah membuka HP-mu,” perintahnya dengan wajah penuh amarah. Dia meninggalkanku di dalam kamar.Sejak saat itu aku tidak perna
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

Bab 14

“Apa kamu melihat HP-ku yang tertinggal Nia?” tanya Mas Aksa panik.Aku tetap mempertahankan ekpresi datar agar dia tidak curiga. Kugelengkan kepala acuh lalu menoleh pada Hanin. “Kamu lihat HP lain di dapur tadi Nin?”“Nggak Mbak. Orang aku hanya ambil minum saja di kulkas,” jawab Hanin sambil memainkan HP-nya. Sama sekali tidak melihat Mas Aksa.“Mungkin tertinggal di dapur Mas. Sebentar aku tanyakan pada pegawaiku kalau ada yang melihat.”Kakiku melangkah menuju tangga. Turun bersama Mas Aksa yang mengikuti di belakangku. Diam-diam aku menghela nafas lega karena Mas Aksa ternyata tidak melihat pegawai Hanin yang membawa brankasku pergi. Sudah ada Tika yang sedang makan di dapur.“Kamu lihat HP warna merah di meja atau kursi Tik?”Tika menganggukan kepalanya.”Aku lihat mbak. Aku kira itu HP-nya Mbak Nia atau Mbak Hanin. Jadi, aku taruh di gerobak biar bisa kalian ambil.”“Bukan. Itu HP suamiku. Terima kasih ya.”Kami berjalan lagi menuju gerobak yang tengah di jaga oleh dua pegawaik
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Bab 15

Lampu yang sudah menyala membuatku bisa melihat sosok Varo yang berdiri di depanku dengan senyum yang mengerikan. Matanya terbelalak kaget ketika melihat keberadaan Hanin yang datang bersama kami. Wajahnya sedikit ketakutan. Dengan cepat ekpresi wajah Varo sudah berubah. Seolah dia bisa menguasai keadaan dengan cepat.“Maaf Nia. Aku tidak sengaja. Kukira kamu Rosi yang tadi pergi keluar. Aku ingin memberi kejutan padanya.”“Memang kamu tidak bisa melihat dari jendela siapa yang datang? Jangan asal peluk orang seperti itu dong,” seru Hanin kesal menarik tanganku ke sisinya.Tubuhku masih mematung dengan dada berdegup kencang. Tidak percaya dengan perkataan Varo barusan. Seperti yang di katakan Hanin, dia bisa melihat kedatangan kami dari luar jendela. Kenapa juga langsung memeluk orang. Apa mungkin Varo memiliki maksud lain?“Maaf. Aku akan menunggu di kamar Rosi saja,” kata Varo pelan. Belum sempat aku bicara dia sudah berlalu dari hadapanku.“Aneh banget. Kenapa dia harus masuk ke da
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

Bab 16

Walaupun aku sudah berusaha melepaskan cekalan tangan Mas Aksa, aku tetap tidak bisa. Tenaga suamiku terlalu kuat. Kutatap wajahnya yang menatap penuh amarah padaku. Padahal dulu Mas Aksa tidak pernah berbuat senekat ini. Satu-satunya kekerasan yang dia lakukan padaku hanya tamparan itu. Lalu, Mas Aksa akan minta maaf karena takut aku laporkan ke polisi.“Lepas Mas. Kalau sampai tanganku terluka aku akan melaporkanmu ke polisi,” ancamku seperti biasa. Namun, Mas Aksa masih bergeming. Dia masih mencengkram tanganku sangat erat. Kutahan ringisan yang hendak keluar agar tidak terlihat lemah di depannya.“Laporkan saja. Varo bisa membereskan semuanya untukku. Sebagai teman sekolahnya dulu kamu pasti tahu bagaimana status keluarga Varo yang berkuasa.”Tentu saja aku tahu. Karena itulah dulu aku tidak berani melaporkan kejahatan yang Varo lakukan padaku. Bahkan aku juga tidak berani menceritakan hal itu pada Ibu dan Hanin. Memendamnya seorang diri. Hingga aku bisa melupakan kejadian itu ber
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 17

Astaghfirullah. Segera kuucap kalimat istighfar berulang kali. Teganya Ibu memfitnahku seperti itu. Segera kucari rekaman kamera CCTV di HP yang menunjukkan keadaan rumah kami saat aku membereskan semua kekacauan setelah pulang kerja. Lalu berjalan menghampiri mereka. Berdiam diri untuk sementara waktu guna mendengarkan apalagi fitnah yang akan di lontarkan Ibu untukku.“Kalau saya jadi Dania malah lebih parah Bu balasannya untuk keluarga suami. Orang Dania yang sudah membiayai kehidupan kalian selama ini,” bela tetanggaku yang seumuran.“Benar sih. Dania itu hebat banget bisa bertahan. Kalau saya sih terabas saja. Nggak peduli sama status janda. Daripada menghidupi keluarga suami yang seperti benalu,” balas tetangga yang lain.Aku masih berdiri diam di belakang mereka. Beberapa orang yang menyadari kehadiranku saling senggol dengan orang di sebelahnya. Tidak berani menatap wajahku yang masih diam sambil bersedekap tangan di dada.“Tetap saja apa yang di lakukan Dania salah. Lagian aku
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

Bab 18

Aku pura-pura duduk di salah satu meja saat Varo menoleh padaku. Begitu dia membayar lalu keluar dari warung, aku menghela nafas lega. Sekarang tidak hanya keluarga Mas Aksa yang menjadi beban tetapi juga ambisi Varo untuk menguasai warung ini. Pikiranku jadi tambah kalut.“Ayo kita naik ke atas mbak. Lagi lihatin siapa sih?” tanya Hanin yang langsung menarik tanganku untuk melangkah menaiki tangga menuju lantai dua.“Tadi ada Varo yang baru beli makanan di warung ini. Karena penasaran aku berjalan mendekat dengan memakai masker. Aku tidak sengaja mendengar jika Varo ingin menguasai warung ini agar bisa di jadikan franchise. Lalu orang tuanya akan menerima Varo kembali.”Hanin berdiri terpaku dengan mata membulat tidak percaya. Wajahnya sudah berubah merah menahan amarah. Aku menarik tangannya untuk duduk di tepi tempat tidur lalu memberikan segelas air agar Hanin lebih tenang. Sejenak kulihat Mawar dan Melati yang masih terlelap di tempat tidur.“Kurang ajar,” desis Hanin lirih.Buka
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 19

“Memang kita mau berhubungan dimana? Nggak mungkin di kamar ini karena aku tidak ingin mengganggu tidur anak-anak. Nggak baik juga kalau mereka mendengar suara kita walau sedang tidur. Kalau dua kamar lain sudah di pakai oleh Ibu dan kedua adikmu,” tantangku menunggu jawabannya. Aku masih penasaran apa tujuan Mas Aksa bersikap baik padaku malam ini.“Di hotel saja. Aku dapat bonus yang bisa kita gunakan untuk menginap di hotel semalam. Semuanya akan aman tanpa ada yang terganggu. Anak-anak bisa di tinggal di rumah karena ada Ibu, Rosi dan Syntia,” jawab Mas Aksa cepat. Seolah dia sudah lebih dulu mengetahui pertanyaanku sebelum aku bertanya.“Baguslah, tetapi maaf Mas. Bagaimana kalau minggu depan kita pergi ke hotelnya? Baru saja siang ini aku kedatangan tamu bulanan.”Wajah Mas Aksa seketika memberengut kesal. Dia melepaskan pegangannya di tanganku. Pandangannya justru menoleh pada kalender di dinding yang memang sering aku coret sebagai pengingat. Terutama tentang tamu bulanan. Men
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Bab 20

“Hmmm,” gumam Mas Aksa yang ternyata hanya mengigau. Aku menghela nafas lega. Segera meletakan H lalu memejamkan mata. Besok saja aku bicara pada Hanin.Keesokan harinya, aktivitasku berjalan seperti biasa. Hari ini aku juga sudah memberi tahu Tika jika tidak akan bisa ke warung. Membuatnya harus mengambil shift sampai malam. Anak-anak tetap ke sekolah seperti biasa. Aku mengantar mereka tepat pada waktunya. Begitu pulang ke rumah, sudah ada mobil Hanin yang terparkir di halaman.Aku segera turun lalu masuk ke dalam. Melihat Hanin yang menunggu di ruang tamu. Wajahnya terlihat senang saat melihatku masuk. Aneh sekali.“Kok kamu nunggu disini Nin? Biasanya juga nunggu aku di ruang tengah?” tanyaku heran.Aku hendak berjalan saat Hanin sudah mencekal tangan ini. Dia memaksa agar aku duduk di sampingnya. Ekspresi Hanin sangat kesal sekaligus malu. Terbukti dari wajahnya yang berubah jadi merah.“Kenapa sih Nin?” tanyaku heran. Bukannya menjawab pertanyaanku, kepala Hanin justru mendekat
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status