Jeta melewati rasa resah luar biasa dengan mengikuti kata hati. Faqih yang berjalan cepat menuju dekat vila dicegahnya. Tidak peduli lelaki itu akan marah."Kenapa, Jeta?" Pandangan mata berkilatnya tampak heran. Tiba-tiba Jeta berseru lirih, mengajak untuk kembali."Ayo kita pergi saja. Jangan bikin rusuh di sini, Faqih," ucap Jeta lembut membujuk."Jangan coba halang-halangi aku, Jeta. Mereka sudah tidak menghargaiku sama sekali." Faqih berbicara menghentak tegas. Kemudian berbalik pergi meninggalkan Jeta ke arah vila kembali. Jeta pun bergegas mengejar."Faqih!" "Jeta, apa yang kamu lakukan?!" Mereka berdua saling memekik tertahan. Jeta menggayut lengan tangan Faqih sekuat tenaga, sedang Faqih berusaha melepas dan mengibas. Mereka saling bertahan dengan keinginan masing-masing."Faqih, jangan berbuat konyol. Jangan mengganggu mereka berdua! Mereka … mereka berhak bahagia. Sudah, ayo kita pergi saja!" Jeta kembali mengerah tenaga menarik tangan Faqih. Namun, tubuh besar lelaki it
Read more