Share

Bab 48. Undangan Elma

Faqih bersikeras tidak kembali ke kamarnya, kini justru tidur di sofa kamar Jeta. Alasan dia adalah, risau andai gadis itu tiba-tiba berpikiran sesat lalu ingin mati. Dirinya akan merasa bersalah dan menyesal, sebab telah gagal menjaga seorang gadis yang baru saja menjadi saudara tirinya.

"Faqih, bangun!" Jeta sedikit mengguncang ujung kakinya.

"Faqih!" Ulang Jeta membangunkan. Kini lebih kuat dan keras. Susah sekali lelaki itu terjaga.

Guncangan kali ini membawa dampak lumayan. Perlahan badan besar itu berbalik dari tidur yang tengkurap di sofa. Matanya memicing tipis saat sudah terlentang dan menatap Jata yang menjulang di dekat kakinya.

"Faqih, kembalilah ke kamarmu. Ada kamu, aku malah tidak bisa tidur. Kamu tidak kasihan padaku? Sudah hampir pukul dua. Aku benar-benar tak bisa tidur, kepalaku sakit," ucap Jeta mengusir.

"Tidur, tidur saja. Kenapa tidak bisa tidur?" tanya Faqih terheran. Lelaki itu belum juga bangun dan berdiri.

"Kamu pikir aku biasa tidur sama kamar dengan lel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status