All Chapters of Hasrat Cinta Abang Tiri: Chapter 51 - Chapter 60

104 Chapters

Bab 51. Berubah Dingin

Sejak malam kejadian itu, perilaku Jeta terlihat tidak biasa di mata Faqih. Gadis ceria dan terkadang bermulut usil yang dikenalnya selama ini, mendadak lenyap sama sekali. Berubah sebagai Jeta yang dingin, patuh dan sering bermata sembab. Seperti selalu menangis diam-diam. Ada apa dengannya ...? Membuat Faqih gundah gulana.Seperti pagi ini, Faqih mendapati hal yang sangat aneh dan mengejutkan. Dirinya yang tidak biasa keluar kamar sebelum subuh, tiba-tiba haus dan pergi ke dapur. Saat kembali, baru terlihat bahwa kamar Jeta sedang tidak ditutup dan remang. Ternyata gadis penghuni kamar sedang bertelepon di dalam. Faqih menghendap di antara dua pintu kamar."Iya, aku tidak apa-apa. Jangan khawatir." Suara Jeta menanggapi seseorang di telepon. Lalu tidak ada suara, hening sejenak. "Iya, Bang Jovan, Wa'alaikumsalam." Jeta berbicara menyambut salam dan sepertinya sudah berakhir panggilan itu. Faqih berjalan cepat untuk kembali ke kamar sendiri tanpa suara langkah kaki. Berjalan jinji
Read more

Bab 52. Mereka Menikah!

Kotak besi yang membawa meluncur turun terasa sangat lambat. Sepuluh lantai yang dilalui seperti magnit penghambat gerakan mesin yang mengangkut. Begitu waswas andai Jeta sudah tidak ada lagi kelebatnya. Dirinya akan gagal melihat siapakah seseorang yang membawa si gadis keluar sore ini.Jeta sudah berdiri di teras lobi dengan seorang pria tampan membuka pintu mobil untuknya. Tepat saat Faqih tiba di lobi dan kemudian mengamati diam-diam. Hingga mobil berlalu pun, kedua kakinya seakan telah memaku dalam ke inti bumi. Begitu tercengang hingga tubuhnya seperti sangat susah digerakkan.Hati kecil yang berharap agar jangan pria itu sebagai orang dengan nama Jovan, akhirnya kecewalah yang dia rasa. Nyatanya Jeta telah pergi diam-diam juga dengan lelaki itu. Faqih risau jika mereka ternyata menjalin hubungan serius, maka Jeta lah yang akan sering makan hati. Bagaimanapun, hubungan jarak jauh pastilah cukup beragam cobaannya. Merasa sungguh iba andai Jeta tidak bahagia. Faqih pun tidak habi
Read more

Bab 53. Segera Menikah

Lelaki yang tiba-tiba sangat emosi itu seketika sadar dan mengucap istighfar akan rasa amarah. Dua tangan dingin dan lembut sedang menahan gerak tangannya. Meski cekalan itu lemah dan tanpa tenaga berarti, telah mampu meredam bara api di dada."Faqih, jangan apa-apakan Bang Jovan. Kubilang dia tidak salah. Sama sekali tidak ada paksaan darinya padaku saat itu!" Jeta pun berseru lembut. Tidak ingin Faqih bertindak gegabah pada Jovan yang terlihat serba salah."Apa kamu bilang? Kamu tidak dipaksanya?" Faqih menatap Jeta terheran. Gadis itu mengangguk dan memandang Jovan sekilas. Kemudian menunduk dan menangis tersedu. Faqih mundur kembali, menghempas keras dirinya di sofa."Lekas ceritakan detail padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?" Faqih kembali bertanya setelah bernapas dengan normal. Derunya setenang semula bahkan tidak lagi terdengar."Saat Ilyas ke latar parkir, Bang Jovan datang menghampiriku dan kami mengobrol di taman belakang hotel. Ada pegawai wanita berseragam ho
Read more

Bab 54. Percayalah Padaku

Merasa bersalah sangat besar pada gadis itu, telah membuat efisiensi kerjanya memburuk. Apalagi semalam hampir tidak bisa memejamkan mata sebab isi kepala berantakan. Menyesal dalam telah membawa Jeta ke acara Elma yang sungguh sial malam itu. Sebagai lelaki yang sebenarnya sudah memiliki hubungan keluarga sebagai saudara tiri yang sesungguhnya, Faqih merasa gagal memberikan perlindungan."Ilyas, apa yang harus kulakukan sekarang?" Pertanyaan Faqih membuat Ilyas gelagapan. Setelah si bos bercerita tentang Jeta beberapa menit lalu, asisten pribadi multiguna itu terpekur."Kasihan Jeta, Bang. Tapi, yang lalu biarlah berlalu. Jangan menyesal berlebihan dan merugikan diri sendiri. Sekarang … tidak ada orang di sekitar yang memberi perhatian lebih padanya. Hanya denganmu dia dekat. Meski juga tidak dekat. Kurasa, tidak ada salahnya Bang Faqih memberi Jeta perhatian. Supportlah Jeta, Bang," ucap Ilyas sungguh-sungguh. "Aku harus perhatian bagaimana, Yas?" Faqih terlihat suntuk dan kalut.
Read more

Bab 55. Keluh Kesah di Lenganmu

Kakak dan adik bersaudara tiri itu baru keluar dari klinik periksa kandungan termahal di Nagoya. Kini duduk di taman depan dan tidak jauh dari lokasi klinik."Sebenarnya, pas dengan Bang Jovan, juga datang dan periksa ke sini. Ternyata harus daftar dulu sehari sebelumnya. Tidak peduli sedang ada pasien atau tidak, waktu itu aku kena tolak," kata Jeta dengan santai pada Faqih di sebelahnya. Tampak nyaman bercerita."Terima kasih sudah mengatur pendaftaran untukku ke sini, Faqih," ucap Jeta menyambung. Lelaki itu telah memaksanya pergi periksa dengan tujuan mendapat obat mujarab anti mual dan mendapat nafsu makan. Sebab obat dan vitamin dari klinik yang dikunjungi bersama Jovan hari itu, sama sekali tidak mujarab baginya."Sudah seharusnya kulakukan. Aku tidak tahan melihatmu mual, muntah dan tidak bisa sarapan tiap pagi. Itu akan membuat tubuhmu drop. Tidak cukup hanya makan salad dan mangga tiap malam saja." Faqih menyandar di bangku taman dan menengadahkan kepala. Hamparan langit ge
Read more

Bab 57. Izin Menikah

Nyala lampu di apartemen masih terang benderang. Pemiliknya sedang hilir mudik di dapur membuat air panas. Lalu dituang dalam bak dengan dicampur air dingin dan ditaburi dengan garam. Selain atas saran dari Ilyas, juga hasil petuah dari googling."Masukkan kedua kaki kamu di air dalam bak ini, Jeta. Sudah bercampur garam biar kakimu tidak bengkak," ucap Faqih. Bak kecil telah diletak dekat kaki Jeta. Sedang duduk di sofa sambil menyaksikan televisi."Kenapa repot-repot begini, Faqih. Ini sudah sangat malam. Kamu tidurlah sana," ucap Jeta canggung. Belakangan, perempuan hamil tipis itu selalu susah tidur saat malam. Untuk menghilangkan jenuh, maka dibawanya duduk di sofa dengan menyalakan televisi. Hingga ketiduran sendiri menjelang subuh."Jeta, Qolbi beberapa kali menanyakan kabarmu. Serta berniat mengajakmu keluar, tapi kubilang terus terang jika dirimu sudah menerima lamaran dari seorang pria," ucap Faqih sambil mengguncang kecil ponselnya."Maaf, Faqih. Apa proyek rabatmu di huta
Read more

Bab 57. Ingin Kembali

Rasa mengantuk demikian menggayut sesaat setelah makan malam. Bahkan belum juga adzan isya berkumandang terdengar. Namun, Jeta masuk kamar mengabaikan mamanya yang mencuci piring kotor dengan Om Ardi bersama Faqih di ruang televisi.Kini, tengah malam dirinya terbangun. Rasanya seperti hampa kala mengingat sesuatu yang mungkin telah berlaku. Ya, Faqih pasti sudah kembali ke apartemen dan meninggalkannya tanpa pamit. Merasa hal mustahil jika dia akan menginap juga di rumah ini.Tidak salah lelaki itu, memang dirinya harus kembali pada ibunyalah yang lebih patut. Bukan justru merepotkan seorang lelaki yang tak ada hubungan darah sama sekali. Satu pesan dari Faqih cukup menghibur. Ternyata telah meninggalkan kata pamit untuknya di ponsel. Hal itu telah membuatnya lega. Akan rela dihabiskan sisa waktu sebelum menikah dengan Jovan di rumah mamanya.Tengah malam itu Jeta tersenyum. Merebah dengan wajah tengadah dan memandang langit kamar. Teringat betapa berubah sangat baik sikap Faqih pa
Read more

Bab 58. Kembali

Tepat dalam dua puluh menit dari waktu yang dihitung, Jeta menarik pintu kamar dengan menguatkan raga. Berharap segera berjumpa sang mama untuk langsung berpamitan dan pergi. Rasanya ingin cepat merebah dan meletak kepala dengan tenang."Jeta, ngapain bawa tas?!" tanya Fani dari arah dapur. Sambil membawa semangkuk anggur yang habis dicuci. Jeta baru saja muncul dari kamar dan sedikit terkejut."Ma, aku mau ngambil baju ke tempat Faqih! Nanti keburu dia berangkat kerja! Aku nggak punya duplikat kunci!" Jeta menyahut cepat sambil menyambar tangan Fani. Mencium punggung tangan dan kemudian pipinya."Lhoh, belum makan?!" Fani terperanjat."Taksi sudah nunggu di pagar, Ma!" Jeta sambil pergi ke meja makan dan menyalami Ardi yang terbengong menyimak."Mari, Pa. Assalamu'alaikum!" Jeta berlalu sambil memandang Fani sekilas. Berjalan sangat cepat sambil menahan mual dan pusing."Jeta! Nanti kamu pulang, kan?!" Fani berseru dan berdiri di teras saat Jeta sudah mencapai pintu pagar."Insya Al
Read more

Bab 59. Tamu

Dua orang lelaki berdarah Austria baru saja berpamitan. Kerja sama antara dua perusahaan tour travel beda negara telah benar-benar disepakati dan ditanda tangani. Seharusnya, Faqih bisa menghembus nafas lega saat ini. Tim pelancong dari Batam yang akan dibawa sudah memiliki jaminan secara sah dan tertulis akan keamanan serta kenyamanan selama sebagai pelancong di negara Austria. Namun, adanya kabar yang diterima barusan membuat fokus kerjanya bercabang.Elma yang berkabar akan datang di apartemen, membuat dirinya tidak tenang. Wanita yang hampir satu bulan menghilangkan diri ke negeri ginseng, tiba-tiba kembali dan sangat ingin berjumpa. Kini wanita yang digadang sebagai calon istri, padahal Faqih belum pernah mengakui sekali pun, sedang meluncur dari Bandara Hang Nadim menuju Kota Nagoya deminya.Sementara di apartemen ....Jeta yang sadar diri akan kondisi drop tubuhnya dan kini berubah sangat kurus, tidak ingin terpuruk dalam keadaan. Pandangan Faqih yang trenyuh padanya, sama se
Read more

Bab 60. Menghamili ...?

Tentu saja ucapan Elma yang mengejutkan itu sangat diragukan kebenarannya. Faqih sama sekali tidak menunjukkan gelagat akan menikah apa pun sebelumnya.Lagipula, lelaki itu sudah memiliki jadwal untuk terbang ke Austria minggu depan. Membawa pelancong dari Batam- Indonesia untuk berwisata banyak hari di negara itu. Rasanya tidak mungkin jika tiba-tiba dibatalkan demi akan menikah dengan Elma. Memikirkan hal itu, dada Jeta bergemuruh resah rasanya. Berpikir andai itu benar, seperti tidak rela. Sosok abang yang baru dimiliki dan sangat perhatian, akan berpaling sebab menikah dengan wanita calon istri tiba-tiba. Tapi, serakah sekalikah dirinya? Menginginkan perhatian dua lelaki sekaligus. Kasihan sekali Jovan, kan? Dan meski Elma bersifat pedas seperti itu, dia pun berhak diperhatikan calon suami yang dicinta. Jeta banyak kali beristighfar dalam hati.Elma hampir menghabiskan saladnya saat mereka berdua mendengar bunyi pintu dibuka. Raut terkejut yang sama di wajah keduanya jelas sekal
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status