Semua Bab Hasrat Cinta Abang Tiri: Bab 21 - Bab 30

104 Bab

Bab 21. Akan Pulang

Makan malam berempat telah bubar dengan penutup kudapan buah jeruk. Jeta menyambar dua biji dan membawanya menuju kamar. Mbah Ranti sudah lebih dulu meluncur ke ruang tengah untuk melihat televisi sambil selonjoran."Faqih!" Jeta berseru pada lelaki yang berjalan santai di depannya. Faqih berhenti dan berbalik, berdiri diam di tempat, menunggu Jeta yang berjalan ke arahnya."Ada apa? Apa kamu tiba-tiba ingin dibekam?" Faqih bertanya dengan alis bertaut saat Jeta sudah sangat dekat di depannya."Bukan masalah bekam. Aku memang benar-benar tidak ingin." Jeta menyahut tegas sambil menggeleng."Lalu ...?" tanya si lelaki dengan memicingkan mata."Aku hanya ingin tahu, kenapa kamu tidak bilang jika aku adalah anak dari wanita yang bersama Om Ardi?" Jeta berbisik dengan berdiri lebih dekat lagi pada Faqih. Takut jika Mbah Ranti mendengarnya. Atau tiba-tiba melewati mereka untuk masuk ke dalam kamar. Model kamar-kamar dalam rumah adalah pada lorong yang sama."Kamu sangat ingin tahu?" Faqih
Baca selengkapnya

Bab 22. Apa Faqih Tahu?

Jeta menyeka air mata yang menetes keluar begitu saja. Merasa sedih dan trenyuh meninggalkan Mbah Ranti di rumahnya sendirian. Wanita tua itu sedang melambai tangan yang kian lama kian mengecil dan hilang dari pandangan. Jeta menangis hingga habis berlembar-lembar tisu untuk diusapkan di mata dan di pipinya. Bukan selepas subuh lagi waktu perjalanan yang dipilih untuk kembali ke Kota Batam. Melainkan pukul tiga tepat seperti yang sudah Faqih katakan semalam. Tidak menerima usul kemunduran waktu berangkat barang semenit pun.Setelah menghampiri Jeta bersama Ilyas di teras depan kamar, pria itu menyuruh Jeta segera pergi ke kamarnya agar cepat istirahat. Sebab, dirinya ingin meninggalkan rumah Mbah Ratri pukul tiga tepat sebelum jatuh subuh.Terlepas lelaki itu mendengar atau tidak isi perbincangan Jeta dan Ilyas di teras, tidak ada teguran apa pun pada jeta darinya hingga sekarang. Mereka saling bungkam dalam perjalanan pagi yang sepi dan lengang.Kepatungan mereka terusik saat Ilyas
Baca selengkapnya

Bab 23. Sikap Hangat Faqih

Masjid sangat luas itu memiliki banyak sarana tranksaksi ekonomi dan administrasi di bagian belakang dan sampingnya. Deret kios baju, buah, oleh-oleh dan kosmetik memenuhi sepanjang serambi belakang dan samping masjid. Deret perkantoran untuk urusan perpajakan, perbankan, tiket perjalanan dan akomodasi pun berjajar di serambi. Tidak ketinggalan, gerai makanan dan kafe juga berderet beragam di sana. Di serambi belakang masjid itulah Faqih membawa Jeta berkunjung. Berjalan keliling sejenak di sepanjang serambi sebelum masuk ke sebuah gerai makan pilihannya. Mereka duduk berhadapan dengan hidangan dua cangkir kopi dan dua mangkok bubur ayam.Bukan hanya mereka. Banyak lelaki berkoko dan wanita berhijab yang menempati meja kursi. Sepertinya mereka juga ingin mengisi perut dengan cepat pagi ini. Faqih memilih gerai itu sebab penasaran dengan ramainya pengunjung yang antri. Sebera lezat makanan yang disaji.Jeta duduk sedikit gelisah, berusaha keras menghindar untuk tidak terlalu sering m
Baca selengkapnya

Bab 24. Ternyata ....

Jeta menyimak saat Fani akan mulai bercerita. Wanita hampir setengah baya yang cantik itu mengambil nafas dan memulai bersuara.Bercerita jika pernah saling mencinta bersama Om Ardi yang seorang hot dady dengan anak lelaki berusia hampir lima tahun, yakni Faqih nama putranya. Om Ardi begitu cinta pada Fani hingga dicukupi segala kebutuhan dan uang jajan dengan royal. Bukan Om Ardi sepihak saja. Fani juga sangat cinta pada lelaki itu serta pada anak lelakinya, yaitu Faqih. Hubungan mereka sangat dekat sekali. Melebihi anak lelaki dan ibu kandung.Fani pulang ke Jawa yang akan disusul Ardi untuk menikah. Mereka berdua telah bersepakat. Jika Fani sudah meminta restu pada orang tua dan izin pun didapat, Ardi akan segera meluncur menyusul dan menikahinya di Jawa. Namun, di sinilah dirinya tertimpa musibah. Dalam perjalanan menuju pulang, Fani tertipu oleh seorang teman lama yang ternyata tega memperkosa. Singkatnya, si teman lama bersedia bertanggung jawab. Sedia menikahi wanita yang t
Baca selengkapnya

Bab 25. Bertabrakan di Bandara

Validasi pembelian tiket secara online telah disahkan dari ponsel oleh petugas bandara di pintu masuk. Jeta bergegas menuju antrian check in keberangkatan di line maskapai penerbangan nasional sesuai dengan nama pesawat di tiket yang sudah dibeli.Segalanya lulus sensor, tidak ada bagasi berarti yang Jeta bawa pada penerbangannya. Hanya dokumen identitas dan beberapa lembar baju saja. Maka bisa dibawa ke dalam kabin badan pesawat bersamanya.Jauh beda saat penerbangan berangkat dari Juanda menuju ke Kinabalu di Negeri Sabah kala itu. Jeta membawa ransel besar untuk pendakiannya. Kini telah hilang terkubur di puncak gunung itu. Tidak ada lagi peralatan mendaki yang kini dimiliki. Mungkin ilhamNya agar Jeta benar-benar pensiun menjelajah dan mendaki.Saat Jeta berjalan cepat menuju boarding gate pesawat miliknya, panggilan kepada seluruh penumpang tujuan Medan terus bergaung di sepeaker airport announcement. Terdengar merdu dan cukup mendebarkan bagi calon penumpang yang mendengar.Jant
Baca selengkapnya

Bab 26. Ayo Menikah!

Jeta yang masuk ke dalam rumah kini keluar lagi dengan membawa satu cangkir kopi bersama tatakan. Diletak di atas meja tanpa ditutup sebab begitu panas."Ada apa, tadi bilang mau ngomong …," tanya Azrul setelah Jeta duduk di seberang."Iya, tapi jangan terkejut setelah tahu. Wajib terus tenang," kata Jeta mengajukan syarat, nada yang biasanya, manja. Azrul tersenyum enteng dan mengangguk."Bilang saja." Azrul terlihat santai dan tersenyum.Jeta telah memutuskan untuk mengatakan masalah yang selama ini dia tanggung sendirian. Hingga membuatnya patuh pada seorang lelaki sebab video ancaman. Seperti yang dia sangka, Azrul terperangah terkejut."Siapa yang melakukan? Aku tidak percaya, Jeta. Itu pasti gertak sambal saja. Dia hanya ingin mendekatimu dengan cara amat licik," respon Azrul tampak berang."Dia tidak main-main, Mas. Aku sangat khawatir ...," ucap Jeta dan sigap mengeluarkan ponsel. Menunjukkan video yang sudah Faqih kirim ke whatsAppnya sebagai ancaman waktu itu. "Jeta, siapa
Baca selengkapnya

Bab 27. Ditolak Mentah-mentah

Jeta paham apa maksud Mas Radit menepuk pelan punggungnya. Menenangkan dan memberikan dukungan. Paham jika perasaan adiknya tengah terguncang."Tidak kusangka jika putraku, Azrul, lebih memilih dan membawamu kemari. Gadis yang asal usulnya tidak pernah kami perkirakan. Sudah kubilang jauh-jauh hari pada Azrul, bahwa telah kami siapkan calon istri, bahkan sejak kecil lagi. Memang membelot sekali."Siapa yang tidak tertohok dalam oleh ucapan sarkas seperti itu? Dengan anggun dan berwibawa, ibundanya Azrul berbicara demikian kepada Jeta dan putranya. Kini mereka tengah dalam perdebatan dan Azrul adalah tokoh si pembelot. "Umi dan Abi sama sekali tidak melarang kalian berdua menikah, juga tidak menentang pilihan hatimu. Boleh menikah, tetapi setelah menikah dengan putri dari kiai pemilik pesantren di Blitar yang kubilang itu. Juga, asalkan istri pertamamu membolehkan. Serta … gadis dengan nama Jeta ini bersedia."Itu adalah ucapan abinya Azrul yang diucapkan dengan santun, lembut dan te
Baca selengkapnya

Bab 28. Putus

Menjalin hubungan spesial dentan seorang Gus, sangat tidak bebas hanya untuk bertemu. Mereka berdua selalu memilih waktu dan tempat secara tepat serta rahasia. Tapi terasa seru dan juga menyenangkan. Toh, nyatanya hubungan mereka telah bertahan sekian lama. Seperti sore ini, Azrul memintanya datang ke sebuah rumah makan yang sudah dia tentukan di pusat Kota Malang.Jeta sengaja datang lebih awal guna singgah sebentar di alun-alun indah kota yang sudah lama tidak didatangi. Dulu, semasa kuliah, hampir tiap hari Jeta bersantai di sana bersama teman-teman. Kini mereka sudah pada pulang ke daerah asalnya masing-masing setelah menamatkan pendidikan dan wisuda. Sementara teman dekat di Malang, Jeta kesulitan menghubungi. Dari pesan grup yang diikuti, mereka tengah ada kesibukan dan urusan masing-masing. Sebagai generasi milenial, urusan datang pun beragam silih berganti.Rumah makan khas padang di belakang pusat berbelanjaan, Jeta sedang menuju ke sana sekarang. Duduk di hadapan seorang le
Baca selengkapnya

Bab 29. Kembalilah!

Sesak dada Jeta sebab geram. Entah sungguh-sungguh, gertak sambal, atau justru hanya menggoda. Merasa sungguh risih setiap Faqih mengklaim bahwa Jeta adalah calon istrinya. Menggelikan sekali."Jeta …? Kamu masih di sana?" Faqih bertanya heran. Talian dalam selular terasa hening tanpa desih nafas."Tidak, aku tidak di sini," ucap Jeta. Ingin menghibur diri sendiri kali ini."Kamu di mana?" Faqih menyahut cepat di talian."Di belakang kamu, Faqih. Hi … hi … hi …," sahut Jeta. Rasa kesal telah berubah tawa sebab lelucon yang dibuat sendiri."Jeta …! Itu ucapanmu ya. Kupastikan dalam tiga hari ini kamu sudah harus terbang kembali ke sini," tandas Faqih tegas. Rasanya geram sekali sebab dipermainkan, berani-beraninya. "Kenapa kamu tidak tertawa? Sesekali bercandalah, agar kamu tidak tampak setua umurmu, Faqih …," ucap jeta di sela reda tawanya. Mengingat wajah tegang lelaki itu, rasanya terus ingin tertawa. Marah pun hanya seperti itu. Tidak memaki, membentak, apalagi membanting, sangat
Baca selengkapnya

Bab 30. Asisten Faqih

Saat petang selepas shalat maghrib, di teras sebuah rumah khas model Belanda yang direnovasi .…"Lepaskan dong, Mas!" Jeta berusaha menarik tangannya dari ditahan oleh Azrul. "Tidak Jeta. Katakan dulu kamu bersedia menungguku. Kita akan hidup bersama, aku sudah mengupayakan segalanya dengan damai. Orang tuaku dan orang tua perempuan yang akan dinikahkan denganku, menerima keputusanku untuk menikah yang kedua denganmu. Bukan nikah siri. Kita akan menikah resmi." Azrul terus mencekal tangan Jeta. Gadis itu keberatan untuk kembali membahas masalah mereka dengan kesepakatan yang sejalan. Jeta menganggap masalah sudah selesai dan tidak ada yang perlu dibincang lagi. Tetapi tidak dengan Azrul."Tidak ada hal pribadi apa pun yang patut dibahas. Anggap hubungan yang pernah ada itu adalah masa lalu, please …," ucap Jeta kesal dan sedih. Merasa diri tidak punya kebebasan dan seperti dikendalikan."Aku tidak bisa. Aku terlanjur berniat serius denganmu, Jeta," tandas Azrul mengiba."Lepaskan du
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status