Jeta sudah tidak sabar untuk cepat duduk di meja makan. Nafsu makannya benar-benar menggila saat sore dan malam. Hingga membantu mamanya menyiapkan segala hal di dapur secara bersama-sama supaya cepat kelar."Jovan akan datang malam ini?" tanya Fani sambil meletak sup di meja."Iya, Ma. Entah jadi, entah enggak. Ini aku lapar sekali. Ntar misal Bang Jovan ngajakin makan lagi di luar, aku sih sanggup saja," ucap Jeta dengan menebak maksud Fani bertanya. Tentu saja sambil menahan tawa."Ya, iya … ikut makan atau enggak, diturutin aja. Temani calon suami kamu ke mana pun, dengan begitu kalian akan makin dekat. Mama tahu kamu tidak terlalu dekat. Entah apa yang bikin kamu kepincut dan memutuskan menikah dengannya buru-buru," ucap Fani kembali meluah perasaan. Kini mereka telah duduk dan bersiap untuk makan."Iya, Ma. Maafkan, Jeta. Apa pun alasan aku menikah cepat, doakan terus anakmu ini, Ma," ucap Jeta terlihat sendu dan pasrah. Fani menghela napas sebelum kemudian mengangguk. Lalu diam
Read more