Semua Bab Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Bab 211 - Bab 220

259 Bab

211. Vira Mengetahui Semuanya

Mengetahui berita menyedihkan hati atas gugurnya calon cucunya membuat Vira terus kepikiran.Apalagi sebelumnya Vania pernah mengalami hal serupa.Tak tunggu siang, Vira segera meninggalkan rumah untuk mendekap putrinya yang membutuhkan perannya sebagai ibu.‘’Vir, kamu kapan sampai?’’ Yura kaget melihat besannya sudah berada di depan rumah di jam tujuh pagi.‘’Baru saja. Sekarang mana, Vania, Yur?’’ Buru-buru Vira menanyakan setelah saling bersalaman juga berpelukan.‘’Ada di atas. Tapi kayaknya masih tidur. Ayo sarapan dulu,’’ ucap Yura sembari menggandeng sang besan.‘’Duh, Yur. Saya tidak bisa tidur waktu di telepon kamu. Makanya saya cepat-cepat datang ketika hari sudah berganti.’’Sebagai orang tua, Yura memahami kekhawatiran beralasan tersebut. Karena itu, Yura tidak lagi menahan Vira yang datang tanpa hiasan sedikitpun.‘’Yaudah, yuk, langsung ke kamarnya saja.’’Setibanya di depan kamar, Vira memutar pelan gagang pintu agar tak menimbulkan bunyi. Membukanya sedikit demi sedik
Baca selengkapnya

212. Kepergian Vania

‘’Vira, tolong jangan bawa Vania. Dia masih belum pulih.’’ Yura menyetarakan langkahnya, akan tetapi Vira terus menyusuri tangga tidak mau mendengar.Yura berharap ada sedikit celah di hati Vira, agar Vania bisa tetap tinggal. Cukup lama bersama seatap dan tahu sebaik apa Vira, rasa sayang Yura semakin besar pada menantunya itu.Dan lagi, Vania masih butuh istirahat. Kondisinya belum sehat betul.‘’Sudah cukup aku mendengar cucuku meninggal. Aku tidak mau anakku yang berharga ini juga menyusul ke surga,’’ jelas Vira.‘’Tolonglah, Vir. Aku mohon. Jangan bawa menantuku pergi,’’ Rasanya begitu menyakitkan Vania dibawa paksa seperti ini. ‘’Mama,’’ Vania tidak tega melihat Yura memohon. Tanpa sadar Vania kembali menangis. Merasakan kasih sayang Yura begitu nyata.‘’Kamu anak mama. Kamu tidak di sini untuk dimadu apalagi disiksa.’’ Vira menghentak tangan Vania agar tidak terfokus pada Yura.Tetapi, mata Vania masih tertuju pada mertuanya yang baik hati dan masih berusaha menahannya.Yura
Baca selengkapnya

213. Pendarahan

‘’Baru kali ini, Ma,’’ seru Vania. Menjawab pertanyaan sang mama.Gavi dengan sifat kasarnya membuat siapapun sulit menerima. Pria yang dikenal baik ternyata bertabiat buruk. Mata kepala menjadi saksi dan luka di tubuh Vania menjadi bukti.Vira terus mendekap putrinya tanpa mau melepas.Kemarin dirinya tidak bisa melindungi Vania, kini Vira akan berada dalam baris terdepan. Menempatkan Vania dalam pengawasannya.Vania tidak berkata apapun. Di tengah matahari yang kian menunjukkan sinarnya, ada kegelapan yang menyelimuti dirinya. Akankah dirinya bisa bahagia seperti dulu?Melihat Vania kembali menangis, air mata Vira pun turut jatuh.‘’Mama jangan nangis,’’ pinta Vania. Tak ingin Vira ikut bersedih seperti dirinya. ‘’Vania bahagia mama bawa Vania pergi. Vania sekarang sudah tidak apa-apa.’’Biarkan luka ini dirinya sendiri yang merasakan. Vania buru-buru menyeka pipinya yang basah, tak ingin menunjukkan rasa sakitnya yang teramat dalam. Apalagi sampai membaginya dengan Vira. Vania tida
Baca selengkapnya

214. Mengangkat Rahim

‘’Ini demi kesehatan kamu, Nak. Kalau tidak diangkat, akan membahayakan nyawa kamu,’’ jelas Dani dengan wajah memohon. Vania membuang wajahnya ke arah lain. Tidak ingin menatap Dani ataupun Vira yang berkeras.Belum dua puluh empat jam Vania kehilangan janin tidak berdosa. Belum lahir saja sudah dihukum atas perbuatan ayahnya. Hingga keluar sebelum waktunya.Mungkin Gavi memang tidak ingin anaknya lahir sehingga anak mereka pun enggan untuk hidup dan tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Dan kini harus merubuhkan rumah tempat anak-anaknya pernah tumbuh? Vania seperti tidak diizinkan lagi untuk mengandung oleh Tuhan.Padahal telah berusaha menjaga dengan baik, tetapi, tetap saja Tuhan berkehendak lain.‘’Akh.’’ Vania memegangi perutnya yang terasa sakit.‘’Vania, tolong pikirkan diri kamu, Nak.’’ ‘’Iya, Sayang. Dengar apa yang dikatakan Papa Dani. Kamu tidak boleh egois.’’ Vira membelai wajah putrinya yang terlihat kesakitan.‘’Tidak, Ma.’’‘’Mama tidak mau kehilangan kamu,’’ Wanita i
Baca selengkapnya

215. Pendonor

‘’Sepertinya kali ini mereka benar-benar tidak akan bersama.’’ Sandra memantau dari kejauhan. Tadi Vania sempat pergi, namun kembali lagi ke rumah sakit di dorong menggunakan brankar.Ketika melihat Vania dibawa oleh beberapa perawat, Gavi hanya melihat sekilas dengan tatapan dingin.Sandra bisa menyimpulkan bahwa keretakan itu tak lagi menyatu, melainkan pecah berjauhan.Tidak salahkan, jika Sandra merasa senang? Pikiran menjadi satu-satunya Nyonya Ravindra menjadi hiburannya saat ini.Apalagi Gavi sudah sangat tergila-gila padanya. Oh, ya ampun. Rencananya berjalan sukses. Sandra sampai melompat-lompat di tempat.Rasanya jangan ditanyakan lagi. Seperti musafir yang kehausan lalu mendapat segelas minuman. Sungguh menyegarkan membayangkan akan menguasai Gavi secara utuh.Tanpa berbagi apalagi dibarengi cemburu. Misinya berhasil.Akhirnya perjuangan Sandra terbayar lunas. ‘’Sandra, kamu ngapain di sini?’’ Lili menepuk bahu Sandra. Sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Sandra sungguh
Baca selengkapnya

216. Merasakan Kegagalan Untuk Kedua Kali

‘’Terimakasih, Nak, sudah membantu Vania. Kalau tidak ada kamu, mama tidak tahu kapan Vania mendapat penanganan.’’‘’Sama-sama, Ma. Bagaimanapun Vania adalah kakak ipar Leo.’’Vira memeluk Leo erat, mengungkapkan rasa terimakasih tak terhingga.Jika bukan karena Valerie yang memohon di telpon, mungkin Leo tidak akan melewatkan tanda tangan kontrak senilai milyaran rupiah.Tapi demi sang istri, Leo rela menunda.Secepat kilat perawat dan Dani mengambil alih setelah mendapatkan darah yang dibutuhkan. Mereka pun segera keluar agar Vania ditangani oleh ahlinya.Tanpa sengaja Leo melihat Gavi tengah membetulkan resleting, disusul oleh Sandra di belakangnya, membuat emosi Leo membulat tiga ratus enam puluh derajat. ‘’Bajingan!’’ Walau sudah jadi mantan istri, bekas memar di tubuh Vania membuatnya sangat marah.‘’Mas, jangan!’’ Valerie menahan lengan Leo agar tak membuat keributan. ‘’Biarkan saja.’’Sementara itu, seluruh rumah sakit telah mendengar berita tentang Gavi. Juga Sandra yang men
Baca selengkapnya

217. Masa Lalu Biarlah Masa Lalu

‘’Selalu ada matahari setelah hujan. Jangan lupakan itu.’’‘’Jangan pikirkan apa yang telah hilang. Tapi pikirkanlah apa yang masih kamu miliki.’’Leo bukanlah teman dekat Vania. Mungkin juga bukan orang yang diharapkan untuk ada didekatnya sekarang. Tetapi siapapun berhak mendapat semangat, di saat harapan hidup lenyap perlahan .Terlihat Vania seakan tengah berpikir. Memikirkan kata-kata Leo yang ada benarnya. Itu membuatnya merenung mensyukuri hidup.Walau senyum belum tercetak di wajah Vania, namun Leo bisa melihat kemuraman sedikit demi sedikit menarik diri.‘’Kamu benar, Mas. Terimakasih.’’ ‘’Bila perlu apa-apa dan butuh bantuan apapun, jangan lupa kalau ada aku, adik iparmu, Van.’’Segaris senyum terukir halus Lucu sekali. Juga terdengar aneh di telinganya. Sudah lama Vania dan Leo tidak bertegur sapa. Bahkan lupa bila mereka adalah saudara ipar. Akan tetapi fakta akan status tersebut, masihlah rancu bagi Vania. Sebenarnya Leo juga.Bagaimana tidak? Dulu dekat seperti Rama dan
Baca selengkapnya

218. Gavi Datang

‘’Tunggu, ya, Nak. Mama mau antar semuanya ke depan. Gak lama kok.’’‘’Pergi saja. Ada saya di sini, Besan.’’ Dani meyakinkan Vira untuk tidak tidak khawatir.Vania pun turut mengangguk.Benar juga. Dani tidak mungkin macam-macam dengan putrinya. Walaupun ayah dan anak, tetapi Dani bukan Gavi.Baiklah, Vira memilih percaya saja.‘’Papa, kalau papa sibuk, Vania nggak apa-apa, kok, sendirian. Vania juga merasa sudah baikan.’’Kesibukan Dani sebagai dokter senior sangat diketahui Vania. Gavi pernah menceritakan sepenting apa posisi Dani di rumah sakit. Karena itu, Vania tidak mau menjadi beban yang harus dijaga.Tok… tok… tok…‘’Dok, maaf mengganggu. Ada pasien…’’Dani mengangkat tangannya, sang perawat pun langsung terdiam.‘’Tuh, Pa. Vania nggak apa-apa, kok.’’Menarik napas sedalam-dalamnya, Dani merasa sedikit ragu untuk pergi. ‘’Pasiennya kritis, Dok.’’Jleb.‘’Papa, Vania pun pasien. Tapi pasien lain lebih membutuhkan papa.’’ Vania tampak bersungguh-sungguh.‘’Baiklah. Kalau ada a
Baca selengkapnya

219. Tidak Ada Lagi Luka, Sakit, Kecewa, Air mata

‘’Wow, aku berhasil. Yes.’’ Sandra mengepalkan tangan berjingkrak-jingkrak kegirangan. Beberapa hari ini menguntit, ternyata Gavi sudah sejahat penjahat.Khususnya pada Vania.Itulah yang Sandra nantikan selama ini.Ketika Gavi dan Sandra pulang ke rumah. Tak ada yang menyambut bahkan Yura terlihat menghindar ketika melihatnya. Seakan enggan menatap barang sedetik, sehingga buru-buru berlalu.Gavi pun cuek, begitu juga Sandra yang sudah putus urat malunya.Sampai di depan kamar, Gavi tergerak melihat ke lantai atas. Hingga dirinya memilih masuk ke kamarnya dan Vania di lantai dua, mungkin akan sedikit menghiburnya.Gavi pun harus mengambil beberapa barang yang masih tersisa.Kamar itu masih berantakan. Tidak ada yang berubah. Lia mungkin dilarang merapikan nya. Tiba-tiba saja manik Gavi melihat sebuah gumpalan daging di atas meja. Sudah hampir membusuk dan Gavi tahu apa itu. Dirinya mengambil baju sembarangan dari lemari dan menggunakannya untuk menutup onggokan janin tersebut. Lal
Baca selengkapnya

220. Pendirian Sekeras Karang

Berkali-kali Yura menyambangi Vania sekaligus menjenguk cucunya, namun tetap tak bisa mengubah pendirian Vania yang sekeras karang.Vania kekeh menolak. Ajakan demi ajakan tak membuahkan hasil.Dani pun sudah putus asa, bisa dibilang menyerah untuk membuat menantunya luluh, agar bisa kembali ke rumah.‘’Mama mohon, Van. Rumah terasa berbeda semenjak kamu tidak ada.’’‘’Mama hanya belum terbiasa.’’ Vania tersenyum meyakinkan Yura bahwa semua bisa dilalui oleh mertuanya. Sama sepertinya sekarang. Dan lagi, ada atau tidaknya dirinya dan Gia tidak berpengaruh apapun. Khususnya pada Gavi. Yang bahkan tidak menanyakan kabar anaknya. Mungkin Gavi memang sudah bahagia dengan istri barunya.‘’Ma, sudahlah. Kita harus hargai keputusan Vania. Lagi pula ini semua karena ulah anak kita.’’ Dani mengusap punggung Yura dan menatap mata tua itu dengan kesedihan yang sama.Barangkali jika diminta terus-menerus Vania akan berubah pikiran. Itulah yang diharapkan Yura.Raut wajah Yura tampak sangat me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
26
DMCA.com Protection Status