All Chapters of Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Chapter 201 - Chapter 210

259 Chapters

201. Cinta Yang Terbagi

‘’Aku mohon, Gav. Aku mohon padamu,’’ lirih Sandra dengan tangis menyentuh relung hati. ‘’Apa kamu tidak memikirkan dirimu dan anak kita?’’ Sandra menggeleng lemah. ‘’Aku hanya memikirkan dirimu,’’ jawab Sandra cepat. ‘’Aku ingin kamu bahagia. Mungkin jika bukan dengan aku, pastilah dengan Vania,’’ jelas Sandra pasrah. Dirinya sudah tidak memikirkan apapun termasuk bayinya. Hanya Gavi dan Gavi lah yang dirinya pikirkan. Gavi tatap wanita itu lamat-lamat. Menyingkirkan helaian rambut yang menutupi kecantikan Sandra. Sehingga membuat wanita itu terdiam ingin mendengar jawaban Gavi. 
Read more

202. Bertahan Dalam Bahtera

Pagi nan cerah, kicauan burung sampai di telinga Sandra. Membangunkannya dari indahnya mimpi. Semalam lebih dari indah untuk dikatakan sebagai bunga tidur.  Sandra memijat tengkuk yang terasa pegal.  Namun ketika melihat ke samping, Gavi sudah tidak ada ketika dirinya terbangun. Dalam hati merasa sedih karena Gavi meninggalkannya tanpa berusaha membangunkan. Apakah Gavi membohonginya?  Kalaupun laki-laki itu pergi bekerja, seharusnya Gavi pamit padanya bila mengingat janji Gavi tadi malam. Tidak akan pilih kasih dan akan bersikap adil. Brak. Pintu terbuka. 
Read more

203. Tidak Ada Muka

‘’Bik Lia, Sandra mana?’’ Sepulangnya Gavi dari rumah sakit, dirinya tidak mendapati Sandra berada di kamar. Mencari ke mana-mana tetapi orang yang dicari tak kunjung ditemukan. Mengira bahwa Sandra mungkin saja ada di dapur. Namun bukannya Sandra, yang didapati Gavi malah Lia. ‘’Kayaknya ada di halaman belakang, Tuan. Mau saya panggilkan?’’ tawar Lia dengan sopan.‘’Tidak usah. Biar saya saja.’’ Benar saja. Gavi mendapati Sandra berada di sana. Duduk sendirian, termenung seperti orang linglung. Namun ternyata lebih dari itu.‘’Sand, kamu menangis? Kenapa? Ada apa?’’ cecar Gavi tidak mau ada air mata lagi. Membuatnya berpikiran yang tidak-tidak bahwa Sandra menangis dikarenakan dirinya.‘’Jangan bilang kamu masih ingin bercerai,’’ tebak Gavi.Sandra menoleh tanpa menghapus air mata yang jatuh. Wanita itu menggeleng. Lalu kembali menunduk.Melihat itu, Gavi berlutut di hadapan Sandra. Masih penasaran penyebab istrinya itu menangis.‘’Katakan, Istriku? Apa ada yang mengganggumu?’’So
Read more

204. Tanda Jatuh Cinta

‘’Papa kok nggak ngabarin mama, sih, kalau pulang?’’ Yura mencubit pinggang Dani dan menyebabkan mobil kehilangan keseimbangan beberapa detik.‘’Mama! Papa lagi nyetir!’’ seru Dani. Melirik Yura sekilas.‘’Iya, Oma. Kalau mau berantem, nanti saja di rumah. Gia nggak mau kecelakaan terus masuk rumah sakit.’’ Gia menimpali dari kursi belakang.Pasangan di kursi depan sontak tertawa. Vania mengusap kepala Gia kemudian bertanya. ‘’Bukannya Gia suka rumah sakit?’’ Karena setiap akhir pekan, Gavi biasanya mengajak Gia ke tempatnya bekerja. Timbul ketertarikan dan terbentuklah keinginan. Sehingga gadis cilik itu bercita-cita ingin jadi seperti sang ayah.Dokter yang hebat.Begitulah kala Gia mengatakannya pada Vania.‘’Sudah nggak, Ma. Gia nggak suka lagi. Soalnya, nanti Gia ketemu sama papa.’’‘’Loh, kenapa jadi nggak mau ketemu papa, Nak? Apa Gia sudah tidak sayang papa lagi?’’ ‘’Papa lebih sayang Tante Sandra dibandingkan Gia sekarang, Ma. Buktinya, papa nggak mau pergi sama kita ke mal
Read more

205. Selingkuhan Bisa Hamil

‘’El, apa menurut kamu aku salah?’’ Sandra memandangi anak kembar yang sedang bermain pasir di pantai itu. Terpaksa menemani Elsa sedang bertugas menjaga si kembar, sementara Alin dan Delia sedang berbelanja.Elsa yang duduk di sampingnya menoleh, ‘’Tentu saja salah. Mendekati pria beristri itu tidak ada benarnya,’’ tegas Elsa.‘’Aku mati-matian mendapatkannya dan sekarang aku telah menikah dengan Gavi, apa aku tidak boleh bahagia berkat usahaku?’’ Sandra membela diri.‘’Boleh saja. Tapi kamu bahagia di atas derita seorang wanita.’’ Elsa melirik Sandra sebelum kembali terfokus pada Raffi dan Rico.Sandra menunduk, merasa malu pada dirinya. Seakan bercermin dengan suara hati sendiri. Padahal selama ini memegang teguh membenarkan diri. Bahwa pernikahannya dan terajutnya cinta adalah buah dari kegigihannya mengejar seorang Gavi Ravindra.Melewati badai salju, angin topan beratapkan halilintar menggelegar. Menjadi selingkuhan, tak diinginkan, dinikahi tapi dicampakkan. Hingga akhirnya, mu
Read more

206. Di Sidang Mertua

Walau tidak sepi, tetapi suasana hening ini sangat mencekam. Bukan karena adanya sepasang suami istri yang tengah dimabuk asmara. Melainkan karena Dani.Ayah mertua Vania itu sangat tegas namun sangat penyayang. Tapi, wajah Dani kini tidak menunjukkan itu semua. Dani terlihat marah.‘’Sekarang pilih, Vania atau Sandra?’’ Dani berkata tiba-tiba.‘’Maksud, Papa?’’ Gavi langsung menatap Dani padahal sebelumnya menunduk.Sandra di sebelah Gavi, Vania di sebelah Dani. Duduk bersebrangan layaknya dua kubu saling berlawanan.‘’Kamu yang meminta papa bicara begini?’’ tanya Gavi pada Vania.Selama ini Dani tidak pernah ikut campur urusan Gavi, apapun itu bentuknya. Tapi kini? Dani seperti sedang ikut campur. Karena Gavi sangat tahu sesayang apa Dani pada Vania, sehingga Gavi berpikir Vania lah yang meracuni sang ayah untuk menyidaknya.Vania menggeleng dengan mata membola. Kaget karena menjadi tertuduh.‘’Tidak ada sangkut pautnya dengan Vania. Ini murni dari papa.’’ Dani menengahi. Menolong
Read more

207. Segenap Jiwa Raga

Baru saja ingin menaiki tangga, tiba-tiba tangan Vania dicekal seseorang. Gavi meletakkan telunjuk di bibir agar Vania tidak bersuara. Sebab, Yura dan Dani masih di ruang tamu namun membelakangi mereka.Mau tak mau Vania menurut. Entah apa yang ingin dibicarakan. Padahal semua sudah jelas. Gavi sudah menerima Sandra dengan lapang dada. Bukan lagi mencoba ikhlas, tapi memang menginginkan wanita itu.‘’Vania?’’ Sandra yang terduduk di ujung ranjang bangkit melihat siapa yang masuk.‘’Sekarang bicara! Mau kamu apa?’’ seru Gavi seraya melepas cekalan tangannya. Berkacak pinggang seperti menantang. Vania hampir saja terjatuh akibat Gavi yang entah disengaja atau tidak seperti menyeretnya.Gavi sudah sangat berbeda di mata Vania.Beruntung Vania bisa menyeimbangkan tubuh, jika tidak, mungkin kini sudah tersungkur di lantai. Akan tetapi tangannya terasa sakit luar biasa. ‘’Bukannya aku sudah menuruti kemauanmu?’’ ‘’Memang. Tapi aku tidak menyangka, dari yang ingin membunuh anak yang dika
Read more

208. Keguguran

‘’Kamu keguguran.’’Deg.Baru saja terbangun dan minum seteguk air putih, Vania mendapati segumpal daging berukuran sekepal tangan telah keluar dari rahimnya.Vania tak kuasa untuk tak menangis.Yura pun segera memeluk Vania. Ikut merasakan penderitaan menantunya itu. Padahal sudah membayangkan akan menimang cucu kedua yang sama lucunya seperti Gia. Tetapi suratan takdir tidak bisa dikalahkan oleh inginnya manusia.Yura buru-buru mengusap air mata yang refleks jatuh. Vania tidak boleh melihatnya ikut bersedih. Tugasnya sekarang ialah menghibur Vania. Setelah kehilangan suami akibat wanita lain, kini Vania harus kehilangan anak yang dikandungnya. Kalau bukan karena mertua yang menyayanginya, mungkin Vania tidak akan bertahan hingga sekarang.‘’Sabar, ya, Nak. Sabar.’’ Yura mengusap punggung Vania dengan perasaan pedih.Tetapi hanya anggukan tanpa suara sebagai balasan. Vania sudah sangat menderita. Terkadang berpikir mengapa cobaan tidak ada habisnya. Apakah Tuhan tidak mengizinkan
Read more

209. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

‘’Gavi, hentikan!’’ ‘’Kamu menyakitiku, Gavi.’’ Vania menarik tangannya tetapi masih belum terlepas juga.‘’Aku menyakitimu? Apa tidak terbalik?’’ desis Gavi. Tak mengindahkan Vania sama sekali.‘’Sakit,’’ lirih Vania sekali lagi.‘’Gavi berhenti. Vania baru saja keguguran. Dan itu anak kamu, Gavi.’’ Sandra terus mencoba berbagai cara agar Gavi sadar.Selang beberapa detik, kekerasan itu berhenti. Gavi disadarkan dengan kalimat Sandra yang memilukan.Bertahun-tahun menjalani pasang surut rumah tangga, baru kali ini Gavi bersikap kasar. Ternyata adanya Sandra memberikan pengaruh buruk untuk Gavi. Vania jadi penasaran, apa yang membuat Gavi seperti orang yang tidak Vania kenal begini?Padahal anak yang tiada itu adalah anak mereka. Tetapi tidak ada rasa kasihan sedikitpun Gavi pada Vania.Dalam kondisi lemah, Vania malah ditindas.‘’Kalau ini menjadi awal dari kekerasan-kekerasan lain, lebih baik kamu cerai saja aku sekarang!’’ teriak Vania.‘’Kamu berani berkata begitu? Wanita sialan
Read more

210. Kacang Lupa Kulit

Suasana lengang.Hanya terdengar isak tangis dan napas memburu.Vania tidak bisa berlama-lama di sana. Kamar yang seharusnya menjadi tempat beristirahat, tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.Vania memberanikan diri turun dari tempat tidur, akan tetapi…‘’Mau kemana kamu?!’’Teriakan Gavi membuatnya benar-benar kaget setengah mati. Sentakan demi sentakan. Tatapan tak bersahabat. Ucapan yang menyakiti. Untuk apa lagi Vania di sana jika hanya mendengar itu semua?‘’Apa urusanmu?’’ Vania menatap nyalang. Walau disakiti luar dalam tapi keberaniannya tidak padam.‘’Kurang ajar! Kamu berani menantang?’’ Gavi tidak suka cara bicara seperti itu. Dirinya kemudian kembali mendekati Vania dan menarik rambut Vania untuk kedua kali.‘’Aaakkhh!’’ Susah payah melepaskan tangan Gavi yang mencengkram rambutnya erat.‘’Sakit!’’Rintihan Vania tidak membuat Gavi mengasihaninya. Pria itu kini menariknya hingga di ambang pintu. Menyeretnya tanpa hati.‘’Gav, secinta itu kah kamu padaku?’’ Sandra tak
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
26
DMCA.com Protection Status