Semua Bab Dinikahi Ustadz Tampan 2: Bab 31 - Bab 40

86 Bab

Supir Pengganti

"Ay...!!!"Aku menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namaku dan yang kulihat adalah lelaki yang wajahnya pucat pasi, berlarian mencari keberadaanku. Ya hanya aku sendiri yang ikut di mobil ambulance dan anak-anak bersama Retno.Aku putuskan untuk cepat-cepat membawa ibu, dan menyuruh akang untuk menyusul. Karena perjalanan dari lokasi pembangunan yang cukup jauh, aku takut semakin beresiko jika tetap memaksakan untuk menunggunya."Akang.." Begitu melihatku, Akang memeluk tubuhku dengan erat tanpa menekan perutku. Jujur saja, sampai detik ini kram itu masih terasa, hanya saja tidak separah tadi. Aku sudah konsul ke dokter kandungan selagi menunggu ibu diperiksa oleh dokter. Kata dokter kandungan itu sangat lumrah jika memasuki trimester kedua karena otot-otot perut semakin melebar dan tentu saja perut perlu adaptasi.Tapi aku memutuskan untuk tak memberitahu Akang karena aku gak mau menambah beban pikirannya."Apa yang terjadi.. saya sepanjang jalan panik Ay.. saya bahkan gak fo
Baca selengkapnya

Apa Sudah waktunya?

Bagai mendengar petir di siang bolong. Bahkan ibu baru beberapa hari di rumah dan ini terjadi? Secepat ini?Tau gitu, mending kita menahan ibu untuk tetap di pondok kiayi Manshori daripada pulang dan akhirnya ibu jadi celaka.Kami memang meminta ibu untuk cepat pulang karena kami sangat rindu dengan kehadirannya.. Tapi bukan untuk seperti ini..Aku gak bisa membendung air mata, dan kuyakin muka ini sudah tak berbentuk lagi. Tapi hebatnya, lelaki di sampingku ini kelihatan begitu tegar. Walau kesedihan nampak di wajahnya, tapi dia tidak memperlihatkannya. Mungkin karena dia laki-laki, dan dia lebih hebat mengendalikan perasaannya."Nak.. sini..."Usai berperang dengan ego, kami pun memberanikan diri masuk ke ruang perawatan ibu dan yang terlihat pertama kali adalah sosok yang rapuh dan lemah sedang terbaring di kasur ditutupi selimut berwarna hijau."Ibu.. kenapa.. hikss.. kenapa.."Tapi, akhirnya pertahanan dia runtuh. Semakin mendekat ke dekat ibunya, semakin deras air matanya."Sstt
Baca selengkapnya

Selesai

"Rey.. kemarilah.."Aku yang merasa terpanggil, segera mendekat dan meraih pergelangan tangan ibu. Ya Allah, aku baru sadar kalau kulit ibu pucat dan banyak lebam biru di mana-mana. Aku bukan dokter, tapi sedikitnya aku pernah baca-baca artikel mengenai berbagai macam penyakit dan ciri spesifiknya.Di antara yang pernah aku baca adalah tanda-tanda penyakit jantung yaitu banyak lebam di kulit, dan ini persis seperti yang aku lihat di gambar waktu itu."Iya bu, ini Rey.. hikss.. ibu yang kuat.."Rasanya suaraku hampir hilang, tenagaku rasa mau habis.. aku paksakan untuk tetap di samping ibu, walau rasanya aku seperti mau ambruk.Ibu menggeleng lemah, "Ibu tidak bisa. Rasa rindu pada bapak lebih besar.. maafin ibu ya.. dan.." Air kata beliau turun lagi, dan aku mengusapnya."Ibu mau minta maaf sama kamu Rey.. perlakuan ibu.. ketika awal kamu menikah.. sangat buruk.. hahhh..." Ya Allah, ibu... kenapa masih mengingatnya.. aku padahal sudah melupakan masa itu. Bagiku, itu adalah jalan yang
Baca selengkapnya

Ikhlas

Kami semua berduka.. Al-aqso kembali berduka setelah lima tahun ditinggalkan pemimpinnya. Kami kehilangan cahaya pondok ini, dan kami semua menangis...Aku sudah memberitahukan Ayah dan Bunda, para sahabat aku, termasuk Reza perihal kepergian ibu mertuaku untuk selamanya. Mereka semua sangat shock karena selama ini benar-benar tidak ada sedikitpun kabar mengenai sakitnya ibu.Aku pun begitu.. karena aku pikir ibu sehat-sehat saja mengingat beliau jarang mengeluh sakit dan selalu aktif. Tapi itu lah garis takdirnya. Ibu harus pergi karena rasa rindunya.. Dan aku ingat sekali, beberapa waktu yang lalu, sebelum ibu pergi ke pondok kiayi Manshori, ibu pernah bilang sesuatu padaku."Nanti kalau suatu saat ibu dipanggil Allah dan bertemu sama bapak.. hal pertama yang mau ibu ceritakan adalah bagaimana bahagianya ibu dengan adanya kamu, dua cucu ibu.. hanya kalianlah penyemangat ibu setelah ditinggal bapak ... Jadi untuk saat ini, ibu beruntung telah hadir di tengah-tengah kalian.."Ternyat
Baca selengkapnya

Pemakaman

Prosesi pemakaman sudah dilakukan dengan lancar, mulai dari sholat jenazah hingga sampai di liang lahat, semua dipimpin langsung oleh Akang. Aku tidak melihat secara langsung bagaimana prosesnya, hanya saja sekarang aku dengan rombongan lainnya pergi ke tanah di belakang pondok yang sengaja dibangun khusus makam-makam pendiri pondok. Bahkan, lahan itu juga di sediakan untuk santri yang mana pada saat menuntut ilmu di Al-aqso harus menemui ajalnya.Dan rupanya, ibu telah menyiapkan tempat khusus di samping makam bapak. Di mana ia tak ingin berjauhan dengan pasangan hidupnya lagi."Nenek.. hikss nenek.. Uma.. nenek.. zuya mau sama nenek..""Zupi juga Uma.. nenek baik, nenek cuka ngacih peymen dan uang.. hikss nenek..." Begitulah tangis kedua anakku yang sepertinya sangat terpukul dengan kepergian neneknya. Ada ibu dan bunda juga yang sudah tiba tadi pagi, melalui penerbangan subuh. "Ya Allah, yang sabar ya Rey.. bunda yakin kamu dan Husein pasti kuat.." Hanya dekapan ibu yang membuat a
Baca selengkapnya

Melihat Seseorang

Tadi aku lihat mereka ikut ke pamakaman, tapi setelah prosesi selesai mereka memilih balik duluan dan akhirnya duduk-duduk di teras rumahku. Ada beberapa cemilan dan minuman segar juga di sana, yang mungkin disajikan sama bunda. Buru-buru aku ke sana, mendudukkan tubuhku yang terasa pegal ini.Menyambar es yang rasanya segar di tenggorokan itu."Capek ya? Pegel gak punggungnya? Sini aku pijit.." Nadine yang duduk di sebelahku, menggerakkan tangannya memijat bagian yang dirasa pegal.Dia pernah hamil kali, makanya dia paham banget sama apa yang aku rasakan."Banget.. tapi untungnya gak rewel.." "Yang sabar ya Rey.. ibu udah gak kesakitan lagi.." Clara berkata sambil menggenggam tanganku. Sedikit banyaknya, Clara itu pernah tinggal sama kita dulu pas akang kuliah di Kairo. Jadi, dia dan ibu udah sempat dekat sebelum akhirnya dia kembali ke Jakarta dan sekarang berdomisili di Bandung."Udah jalan Allah nya begini.. oh ya, di mana Rania?""Main sama anak lo Rey, sama siapa tuh Retno.. be
Baca selengkapnya

Siapa Perempuan Itu?

"Gue rasa sih, kalau kembaran yang bener-bener plek ketiplek mirip tapi gak ada hubungan darah, gak ada. Kecuali ya dia emang punya kembaran identik. Emang siapa sih yang lo liat?!"Aku juga gak tau siapa yang aku lihat. Apakah benar wanita itu, atau bukan. Masalahnya ini sudah dua tahun berlalu dan masa iya dia harus hadir lagi? Astaghfirullah, pikiranku udah ke mana-mana kan jadinya.."Jangan bilang lo liat almarhum bokap mertua lo, ih Rey! Seremmmm..." Aku cuma memutarkan bola mata dengan malas karena jiwa lebay Clara itu gak pernah ilang, meski mau kepala tiga."Bokap mertua gue orang soleh, gak mungkin arwahnya gentayangan, apalagi setelah lima tahun. Gue itu kayak ngeliat seseorang di masa lalu gue, dan itu kayak gak mungkin dia ada di sini.. dia itu orang jauh..." Semakin gue cerita, rasa penasaran kedua orang itu semakin tinggi dan mereka berdua saling pandang buat tau jawabannya."Sejauh mana?"Aku diem dulu, belum berani jawab karena ini cuma praduga aku aja."Jangan-janga
Baca selengkapnya

Sepupu Katanya

"Assalamualaikum..""Waalaikumsalam..Iya dengan siapa ya?" Zulaikha masih ada di dekatku dan hanya memandang heran pada wanita yang ada di depan kami ini. Perasaan aku sedikit gak enak... Gimana kalau tiba-tiba dia bilang minta pertanggungjawaban pada Husein karena dia- Haish, astaghfirullah.. kenapa pikiranku jadi gak sehat begini sih? Apa karena hormon kehamilan?"Perkenalkan, nama saya Luna Khoriyah.. saya adalah sepupu Husein..""Sepupu?" Aku jelas terkejut dong.. setahuku, sepupu Akang hanya Faris saja, anaknya paman Muhlil. Sepupunya dari mana? Ayah mertuaku anak tunggal. "Iya benar, aku anak dari Ibu Karina, adik dari Tante Fatimah dan Om Muhlil."Sumpah, aku gak paham deh. Aku gak tau asal muasal si teteh Luna ini. Soalnya yang aku tahu, ibu mertuaku hanya punya adik Paman Muhlil. "Rey, saya-"Ucapan akang terhenti saat melihat seorang wanita yang berdiri di depan rumah kami. "Kak Husein ya? Aku Luna kak Sein, kita pernah ketemu dulu, di pemakaman kai Ahmad."Kudengar nama
Baca selengkapnya

Lancang

Waktu sudah menunjukkan jam setengah dua dan sepertinya aku merasa langkah kaki Akang semakin dekat menuju rumah. Aku duduk di depan kursi televisi sambil membaca majalah busana muslim keluaran terbaru. kayaknya ada beberapa yang aku suka deh, nanti aku minta akang buat beliin deh. dan tak lama...tok..tok..tok.."Assalamualaikum.."Baru aja aku mau berdiri membukakan pintu rumah, dari arah dapur berlari seorang perempuan yang entah kenapa seperti tergesa sekali ingin membukakannya. padahal ada aku yang lebih dekat jarak ke pintu, tapi Si Luna malah mendahuluiku. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala, dan memilih berdiri tak jauh dari sofa."Waalaikumsalam, kak Husein... sudah pulang??" kata si Luna sambil senyum-senyum ke notabene nya 'suami orang' ini.Tapi.. sayangnya Husein tidak menggubris pertanyaan si Luna, dia malah berjalan mepet tembok melihat ke arahku dan kemudian menjatuhkan kecupan sambil memelukku."Merindukan saya, Ay?" Aku tersenyum dan mengangkat tanganku untuk membala
Baca selengkapnya

Cerita Perempuan Itu

Tak mau menunggu waktu lebih lama lagi, Akang sebelumnya sudah mengontek paman Muhlil untuk datang ke rumah, dan aku memberitahu ayah bunda supaya ikut mengobrol. Kami semua, harus mendengar semua penjelasan dari wanita itu, tanpa harus ada yang ditutup-tutupi.Kenapa ayah dan bunda juga harus hadir? Karena akang takut mereka akan salah paham, jika suatu saat melihat kedekatan Husein dengan sepupunya itu. Yah walaupun kemungkinannya kecil, karena biarpun dengan saudara, selama itu bukan mahromnya, maka akang pasti akan selalu menjaga jarak.Anak-anak seperti biasa, dititipkan dulu pada Retno agar tak perlu mendengar pembicaraan orang dewasa.Kami semua sudah berkumpul, dan satu orang yang menjadi icon utama itu, terlihat gusar dan penuh kekhawatiran.Padahal kita gak ada yang nuntut kok, kita semua diam sampai perempuan itu sendiri yang berani buka suara. Kita semua sabar dan gak memojokkan dia. Entahlah, terlalu misterius sih dia ini."Uhm.. pertama-tama, saya mau minta maaf pada kak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status