Tadi aku lihat mereka ikut ke pamakaman, tapi setelah prosesi selesai mereka memilih balik duluan dan akhirnya duduk-duduk di teras rumahku. Ada beberapa cemilan dan minuman segar juga di sana, yang mungkin disajikan sama bunda. Buru-buru aku ke sana, mendudukkan tubuhku yang terasa pegal ini.Menyambar es yang rasanya segar di tenggorokan itu."Capek ya? Pegel gak punggungnya? Sini aku pijit.." Nadine yang duduk di sebelahku, menggerakkan tangannya memijat bagian yang dirasa pegal.Dia pernah hamil kali, makanya dia paham banget sama apa yang aku rasakan."Banget.. tapi untungnya gak rewel.." "Yang sabar ya Rey.. ibu udah gak kesakitan lagi.." Clara berkata sambil menggenggam tanganku. Sedikit banyaknya, Clara itu pernah tinggal sama kita dulu pas akang kuliah di Kairo. Jadi, dia dan ibu udah sempat dekat sebelum akhirnya dia kembali ke Jakarta dan sekarang berdomisili di Bandung."Udah jalan Allah nya begini.. oh ya, di mana Rania?""Main sama anak lo Rey, sama siapa tuh Retno.. be
"Gue rasa sih, kalau kembaran yang bener-bener plek ketiplek mirip tapi gak ada hubungan darah, gak ada. Kecuali ya dia emang punya kembaran identik. Emang siapa sih yang lo liat?!"Aku juga gak tau siapa yang aku lihat. Apakah benar wanita itu, atau bukan. Masalahnya ini sudah dua tahun berlalu dan masa iya dia harus hadir lagi? Astaghfirullah, pikiranku udah ke mana-mana kan jadinya.."Jangan bilang lo liat almarhum bokap mertua lo, ih Rey! Seremmmm..." Aku cuma memutarkan bola mata dengan malas karena jiwa lebay Clara itu gak pernah ilang, meski mau kepala tiga."Bokap mertua gue orang soleh, gak mungkin arwahnya gentayangan, apalagi setelah lima tahun. Gue itu kayak ngeliat seseorang di masa lalu gue, dan itu kayak gak mungkin dia ada di sini.. dia itu orang jauh..." Semakin gue cerita, rasa penasaran kedua orang itu semakin tinggi dan mereka berdua saling pandang buat tau jawabannya."Sejauh mana?"Aku diem dulu, belum berani jawab karena ini cuma praduga aku aja."Jangan-janga
"Assalamualaikum..""Waalaikumsalam..Iya dengan siapa ya?" Zulaikha masih ada di dekatku dan hanya memandang heran pada wanita yang ada di depan kami ini. Perasaan aku sedikit gak enak... Gimana kalau tiba-tiba dia bilang minta pertanggungjawaban pada Husein karena dia- Haish, astaghfirullah.. kenapa pikiranku jadi gak sehat begini sih? Apa karena hormon kehamilan?"Perkenalkan, nama saya Luna Khoriyah.. saya adalah sepupu Husein..""Sepupu?" Aku jelas terkejut dong.. setahuku, sepupu Akang hanya Faris saja, anaknya paman Muhlil. Sepupunya dari mana? Ayah mertuaku anak tunggal. "Iya benar, aku anak dari Ibu Karina, adik dari Tante Fatimah dan Om Muhlil."Sumpah, aku gak paham deh. Aku gak tau asal muasal si teteh Luna ini. Soalnya yang aku tahu, ibu mertuaku hanya punya adik Paman Muhlil. "Rey, saya-"Ucapan akang terhenti saat melihat seorang wanita yang berdiri di depan rumah kami. "Kak Husein ya? Aku Luna kak Sein, kita pernah ketemu dulu, di pemakaman kai Ahmad."Kudengar nama
Waktu sudah menunjukkan jam setengah dua dan sepertinya aku merasa langkah kaki Akang semakin dekat menuju rumah. Aku duduk di depan kursi televisi sambil membaca majalah busana muslim keluaran terbaru. kayaknya ada beberapa yang aku suka deh, nanti aku minta akang buat beliin deh. dan tak lama...tok..tok..tok.."Assalamualaikum.."Baru aja aku mau berdiri membukakan pintu rumah, dari arah dapur berlari seorang perempuan yang entah kenapa seperti tergesa sekali ingin membukakannya. padahal ada aku yang lebih dekat jarak ke pintu, tapi Si Luna malah mendahuluiku. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala, dan memilih berdiri tak jauh dari sofa."Waalaikumsalam, kak Husein... sudah pulang??" kata si Luna sambil senyum-senyum ke notabene nya 'suami orang' ini.Tapi.. sayangnya Husein tidak menggubris pertanyaan si Luna, dia malah berjalan mepet tembok melihat ke arahku dan kemudian menjatuhkan kecupan sambil memelukku."Merindukan saya, Ay?" Aku tersenyum dan mengangkat tanganku untuk membala
Tak mau menunggu waktu lebih lama lagi, Akang sebelumnya sudah mengontek paman Muhlil untuk datang ke rumah, dan aku memberitahu ayah bunda supaya ikut mengobrol. Kami semua, harus mendengar semua penjelasan dari wanita itu, tanpa harus ada yang ditutup-tutupi.Kenapa ayah dan bunda juga harus hadir? Karena akang takut mereka akan salah paham, jika suatu saat melihat kedekatan Husein dengan sepupunya itu. Yah walaupun kemungkinannya kecil, karena biarpun dengan saudara, selama itu bukan mahromnya, maka akang pasti akan selalu menjaga jarak.Anak-anak seperti biasa, dititipkan dulu pada Retno agar tak perlu mendengar pembicaraan orang dewasa.Kami semua sudah berkumpul, dan satu orang yang menjadi icon utama itu, terlihat gusar dan penuh kekhawatiran.Padahal kita gak ada yang nuntut kok, kita semua diam sampai perempuan itu sendiri yang berani buka suara. Kita semua sabar dan gak memojokkan dia. Entahlah, terlalu misterius sih dia ini."Uhm.. pertama-tama, saya mau minta maaf pada kak
Kuberfikir, mungkin yang dimaksud tragedi oleh dia tadi siang adalah kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya ini. Sungguh cerita yang malang. Dibalik prilakunya yang menyebalkan tadi, sebenarnya dia sedang menyimpan duka yang mendalam. Kasian sekali.. batinkku."Innalilahi.. kasian sekali nasibmu nak.." Bundaku beranjak untuk memeluk tubuh bergetar Luna, yang saat ini diliputi dengan isak tangis."Bukan hanya suamiku bu.. hikss.. tapi anak dalam kandungan kami juga harus gugur, bahkan rahimku diangkat karena kata dokter, rahimku mengalami kerusakan yang cukup fatal. Aku, sudah tidak bisa mengandung lagi."Ya Allah, aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aku mohon ampun ya Allah, aku bersikap tidak baik padanya sejak tadi. Padahal, dia hanya wanita yang sedang berduka. Siapa yang tidak sedih saat dirinya dinyatakan tidak bisa mengandung lagi? Siapapun wanita itu, pasti akan hancur. Kesedihannya tiga kali lipat. Suami dan anak, bahkan 'tempat tinggal' anaknya juga ikut pergi. Aku sun
"Ay, dasinya mana?""Ini sebentar!" Aku belum bisa ngurus diri aku sebelum bayi besarku ini selesai duluan. Padahal semua yang mau dia pakai sudah aku siapkan di atas kasur, tapi dia masih teriak-teriakan nyari apa yang dia perlukan tanpa mau bergerak di tempatnya. Apakah suami-suami kalian juga begitu?Fix, berarti mereka satu spesies."Sini aku pakekin. Oh iya Akang, tadi subuh lucu, masa Zulfi sambil merem nyariin adiknya masuk ke kamar. Begitu liat Zulaikha yang tidur di kasur kita, akhirnya Zulfi ikut tidur ndusel-nduselan." Aku cekikikan sambil nyeritain kejadian subuh tadi. Tak lupa tanganku jiga sibuk memasangkan dasi bayi besar.Anak-anak udah selesai dari tadi. Semuanya aku paksa bangun pukul tujuh dan langsung aku mandiin, lalu pakai baju formal, karena hari ini kita harus hadir di acara pembukaan kafenya Clara. Semua anak-anak ikut."Dia itu emang begitu ay, pernah malem-malem juga gantian Zulaikha yang nyariin Zulfi pas anak lelaki kita tidur di depan televisi. Mereka itu
Mobil yang dikendarai Husein telah sampai di kafe Clara dan terpantau tempat itu sudah ramai dengan banyak tamu. Mereka masih asyik saling bercengkrama sambil menunggu kedatangan seseorang. Yaps, siapa lagi kalau bukan ustadz menyebalkan yang ada di sebelah Reynata ini.Kenapa menyebalkan? Lagi-lagi ini masalah perbedaan pendapat yang menurut Rey, Husein itu terlalu baik. Sekali-kali curiga dan sedikit waspada gitu? Mungkin aja, Rey akan merasa senang karena setidaknya ada seseorang yang mendukung pemikirannya.Tapi kalau itu bersangkutan dengan yang namanya 'prasangka buruk', maka meminta pendapat ustadz tampan itu, pastinya akan berujung dengan sebuah perdebatan."Cudah nyampe, yeayy!!""Kita matan enak yeeayy!!"sorak bahagia dua buah hati mereka telah menyeruak di dalam mobil, sambil sesekali menggedor kaca sebagai tanda mereka tak sabar ingin segera turun dari sana.Baru saja Rey membuka sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya, Husein terlebih dulu menghentikan pergerakan Rey y