Prosesi pemakaman sudah dilakukan dengan lancar, mulai dari sholat jenazah hingga sampai di liang lahat, semua dipimpin langsung oleh Akang. Aku tidak melihat secara langsung bagaimana prosesnya, hanya saja sekarang aku dengan rombongan lainnya pergi ke tanah di belakang pondok yang sengaja dibangun khusus makam-makam pendiri pondok. Bahkan, lahan itu juga di sediakan untuk santri yang mana pada saat menuntut ilmu di Al-aqso harus menemui ajalnya.Dan rupanya, ibu telah menyiapkan tempat khusus di samping makam bapak. Di mana ia tak ingin berjauhan dengan pasangan hidupnya lagi."Nenek.. hikss nenek.. Uma.. nenek.. zuya mau sama nenek..""Zupi juga Uma.. nenek baik, nenek cuka ngacih peymen dan uang.. hikss nenek..." Begitulah tangis kedua anakku yang sepertinya sangat terpukul dengan kepergian neneknya. Ada ibu dan bunda juga yang sudah tiba tadi pagi, melalui penerbangan subuh. "Ya Allah, yang sabar ya Rey.. bunda yakin kamu dan Husein pasti kuat.." Hanya dekapan ibu yang membuat a
Tadi aku lihat mereka ikut ke pamakaman, tapi setelah prosesi selesai mereka memilih balik duluan dan akhirnya duduk-duduk di teras rumahku. Ada beberapa cemilan dan minuman segar juga di sana, yang mungkin disajikan sama bunda. Buru-buru aku ke sana, mendudukkan tubuhku yang terasa pegal ini.Menyambar es yang rasanya segar di tenggorokan itu."Capek ya? Pegel gak punggungnya? Sini aku pijit.." Nadine yang duduk di sebelahku, menggerakkan tangannya memijat bagian yang dirasa pegal.Dia pernah hamil kali, makanya dia paham banget sama apa yang aku rasakan."Banget.. tapi untungnya gak rewel.." "Yang sabar ya Rey.. ibu udah gak kesakitan lagi.." Clara berkata sambil menggenggam tanganku. Sedikit banyaknya, Clara itu pernah tinggal sama kita dulu pas akang kuliah di Kairo. Jadi, dia dan ibu udah sempat dekat sebelum akhirnya dia kembali ke Jakarta dan sekarang berdomisili di Bandung."Udah jalan Allah nya begini.. oh ya, di mana Rania?""Main sama anak lo Rey, sama siapa tuh Retno.. be
"Gue rasa sih, kalau kembaran yang bener-bener plek ketiplek mirip tapi gak ada hubungan darah, gak ada. Kecuali ya dia emang punya kembaran identik. Emang siapa sih yang lo liat?!"Aku juga gak tau siapa yang aku lihat. Apakah benar wanita itu, atau bukan. Masalahnya ini sudah dua tahun berlalu dan masa iya dia harus hadir lagi? Astaghfirullah, pikiranku udah ke mana-mana kan jadinya.."Jangan bilang lo liat almarhum bokap mertua lo, ih Rey! Seremmmm..." Aku cuma memutarkan bola mata dengan malas karena jiwa lebay Clara itu gak pernah ilang, meski mau kepala tiga."Bokap mertua gue orang soleh, gak mungkin arwahnya gentayangan, apalagi setelah lima tahun. Gue itu kayak ngeliat seseorang di masa lalu gue, dan itu kayak gak mungkin dia ada di sini.. dia itu orang jauh..." Semakin gue cerita, rasa penasaran kedua orang itu semakin tinggi dan mereka berdua saling pandang buat tau jawabannya."Sejauh mana?"Aku diem dulu, belum berani jawab karena ini cuma praduga aku aja."Jangan-janga
"Assalamualaikum..""Waalaikumsalam..Iya dengan siapa ya?" Zulaikha masih ada di dekatku dan hanya memandang heran pada wanita yang ada di depan kami ini. Perasaan aku sedikit gak enak... Gimana kalau tiba-tiba dia bilang minta pertanggungjawaban pada Husein karena dia- Haish, astaghfirullah.. kenapa pikiranku jadi gak sehat begini sih? Apa karena hormon kehamilan?"Perkenalkan, nama saya Luna Khoriyah.. saya adalah sepupu Husein..""Sepupu?" Aku jelas terkejut dong.. setahuku, sepupu Akang hanya Faris saja, anaknya paman Muhlil. Sepupunya dari mana? Ayah mertuaku anak tunggal. "Iya benar, aku anak dari Ibu Karina, adik dari Tante Fatimah dan Om Muhlil."Sumpah, aku gak paham deh. Aku gak tau asal muasal si teteh Luna ini. Soalnya yang aku tahu, ibu mertuaku hanya punya adik Paman Muhlil. "Rey, saya-"Ucapan akang terhenti saat melihat seorang wanita yang berdiri di depan rumah kami. "Kak Husein ya? Aku Luna kak Sein, kita pernah ketemu dulu, di pemakaman kai Ahmad."Kudengar nama
Waktu sudah menunjukkan jam setengah dua dan sepertinya aku merasa langkah kaki Akang semakin dekat menuju rumah. Aku duduk di depan kursi televisi sambil membaca majalah busana muslim keluaran terbaru. kayaknya ada beberapa yang aku suka deh, nanti aku minta akang buat beliin deh. dan tak lama...tok..tok..tok.."Assalamualaikum.."Baru aja aku mau berdiri membukakan pintu rumah, dari arah dapur berlari seorang perempuan yang entah kenapa seperti tergesa sekali ingin membukakannya. padahal ada aku yang lebih dekat jarak ke pintu, tapi Si Luna malah mendahuluiku. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala, dan memilih berdiri tak jauh dari sofa."Waalaikumsalam, kak Husein... sudah pulang??" kata si Luna sambil senyum-senyum ke notabene nya 'suami orang' ini.Tapi.. sayangnya Husein tidak menggubris pertanyaan si Luna, dia malah berjalan mepet tembok melihat ke arahku dan kemudian menjatuhkan kecupan sambil memelukku."Merindukan saya, Ay?" Aku tersenyum dan mengangkat tanganku untuk membala
Tak mau menunggu waktu lebih lama lagi, Akang sebelumnya sudah mengontek paman Muhlil untuk datang ke rumah, dan aku memberitahu ayah bunda supaya ikut mengobrol. Kami semua, harus mendengar semua penjelasan dari wanita itu, tanpa harus ada yang ditutup-tutupi.Kenapa ayah dan bunda juga harus hadir? Karena akang takut mereka akan salah paham, jika suatu saat melihat kedekatan Husein dengan sepupunya itu. Yah walaupun kemungkinannya kecil, karena biarpun dengan saudara, selama itu bukan mahromnya, maka akang pasti akan selalu menjaga jarak.Anak-anak seperti biasa, dititipkan dulu pada Retno agar tak perlu mendengar pembicaraan orang dewasa.Kami semua sudah berkumpul, dan satu orang yang menjadi icon utama itu, terlihat gusar dan penuh kekhawatiran.Padahal kita gak ada yang nuntut kok, kita semua diam sampai perempuan itu sendiri yang berani buka suara. Kita semua sabar dan gak memojokkan dia. Entahlah, terlalu misterius sih dia ini."Uhm.. pertama-tama, saya mau minta maaf pada kak
Kuberfikir, mungkin yang dimaksud tragedi oleh dia tadi siang adalah kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya ini. Sungguh cerita yang malang. Dibalik prilakunya yang menyebalkan tadi, sebenarnya dia sedang menyimpan duka yang mendalam. Kasian sekali.. batinkku."Innalilahi.. kasian sekali nasibmu nak.." Bundaku beranjak untuk memeluk tubuh bergetar Luna, yang saat ini diliputi dengan isak tangis."Bukan hanya suamiku bu.. hikss.. tapi anak dalam kandungan kami juga harus gugur, bahkan rahimku diangkat karena kata dokter, rahimku mengalami kerusakan yang cukup fatal. Aku, sudah tidak bisa mengandung lagi."Ya Allah, aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aku mohon ampun ya Allah, aku bersikap tidak baik padanya sejak tadi. Padahal, dia hanya wanita yang sedang berduka. Siapa yang tidak sedih saat dirinya dinyatakan tidak bisa mengandung lagi? Siapapun wanita itu, pasti akan hancur. Kesedihannya tiga kali lipat. Suami dan anak, bahkan 'tempat tinggal' anaknya juga ikut pergi. Aku sun
"Ay, dasinya mana?""Ini sebentar!" Aku belum bisa ngurus diri aku sebelum bayi besarku ini selesai duluan. Padahal semua yang mau dia pakai sudah aku siapkan di atas kasur, tapi dia masih teriak-teriakan nyari apa yang dia perlukan tanpa mau bergerak di tempatnya. Apakah suami-suami kalian juga begitu?Fix, berarti mereka satu spesies."Sini aku pakekin. Oh iya Akang, tadi subuh lucu, masa Zulfi sambil merem nyariin adiknya masuk ke kamar. Begitu liat Zulaikha yang tidur di kasur kita, akhirnya Zulfi ikut tidur ndusel-nduselan." Aku cekikikan sambil nyeritain kejadian subuh tadi. Tak lupa tanganku jiga sibuk memasangkan dasi bayi besar.Anak-anak udah selesai dari tadi. Semuanya aku paksa bangun pukul tujuh dan langsung aku mandiin, lalu pakai baju formal, karena hari ini kita harus hadir di acara pembukaan kafenya Clara. Semua anak-anak ikut."Dia itu emang begitu ay, pernah malem-malem juga gantian Zulaikha yang nyariin Zulfi pas anak lelaki kita tidur di depan televisi. Mereka itu
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada