"Mi, minta nomor A Yusuf, dong." "Lah, untuk apaan?" tanya wanita di seberang sana. Aku mengerlingkan mata seraya beranjak dari tempat duduk. Berjalan ke arah pintu balkon, lalu menempelkan sebelah pundak ke sana. "Ada yang ingin aku bicarakan pada A Yusuf, Mi. Udah, deh jangan banyak tanya. Eh, sekarang kamu lagi di restoran, kan? Ada A Yusuf, gak? Aku mau ngomong, dong, sebentar." Aku bicara tanpa jeda, tidak memberikan kesempatan Mimi untuk menjawab. Terdengar helaan napas dari Mimi, kemudian dia berteriak membuatku menjauhkan ponsel dari telinga karena suaranya yang nyaring. Sekarang, suara Mimi sudah tidak terdengar lagi. Berganti dengan suara kasak-kusuk, dan entah apa yang menjadi sumbernya. "Mana, Mi?" Pertanyaan itu terdengar jelas di telingaku. Suara laki-laki dari seberang sana. "Ini, A.""Oh .... Saya bawa ke luar, ya?" Suara Mimi saling bersahutan dengan suara laki-laki tadi. Hening kembali. Suara pria tadi dan Mimi tidak terdengar lagi. Ah, aku memang salah tela
Baca selengkapnya