"Waalaikumsalam. Kamu apa kabar, Ra?" "Aku baik, Bu. Ibu sendiri gimana kabarnya? Maaf, ya, kemarin Raya enggak sempat angkat telepon Ibu. Rayyan jatuh, pas Raya mau angkat telepon," kataku menjelaskan. Ibu tidak mempermasalahkan persoalan aku tidak mengangkat teleponnya. Justru Ibu malah mengkhawatirkan Rayyan, cucunya. "Terus gimana keadaan cucu Ibu sekarang, Ra?" tanya Ibu kemudian. "Sudah membaik, Bu. Sekarang Rayyan sedang dibawa main sama Mama.""Oh, syukurlah kalau baik-baik saja. Gak apa-apa, anak jatuh itu biasa. Mau bisa lari dia. Kamunya jangan lengah, ya? Terus awasi Rayyan ke manapun anak itu berjalan. Celaka gak ada yang tahu, Ra. Hal kecil yang menurut kita biasa, sewaktu-waktu bisa membahayakan anak."Aku diam mendengarkan nasihat Ibu. Ah, jika sudah bertelepon dengan Ibu, rasa rindu selalu datang dengan tiba-tiba. Nasihatnya tak pernah salah, Ibu juga tidak sama sekali menyalahkan aku saat tahu cucunya terluka. "Raffi, gak marah sama kamu, kan waktu tahu Rayyan
Baca selengkapnya