"Selamat pagi, Ibu Hamil?" Sambutan yang hangat aku dapatkan saat baru saja tiba di ruang makan."Pagi, Mah," ucapku seraya menarik kursi, lalu duduk di depan Mama."Mau ke mana, sih? Pagi-pagi sekali kamu sudah turun? Jangan pergi-pergi, ah. Di rumah saja, ya?" "Enggak ke mana-mana, cuma ingin siapin makan saja untuk Mas Raffi," ucapku lagi.Ini adalah satu keharusan. Sebelum Mas Raffi turun, sarapan paginya sudah harus siap di piring. Serta air putih yang menjadi minumannya.Biasanya tidak seperti ini. Kita biasa turun bersama, dan makan bersama. Kadang, aku selalu disuapinya dan makan satu piring dengannya. Namun, tidak untuk sekarang. Dia menentang itu sampai bayiku ini lahir. Sungguh membuatku sesak. "Pagi, Mah. Pagi, Sayang!" seru Mas Raffi yang baru saja datang.Aku ingin mendongak, namun kutahan. Lebih baik menurut daripada nanti aku akan kena marahnya. "Tunggu, sepertinya ada yang salah dengan kalian." Mama melihatku dan Mas Raffi bergantian."Apa itu, Ma?" tanyaku.Wani
Baca selengkapnya