Share

Bab 94

Aku menggelengkan kepala tanda menolak. Sebentar lagi akan maghrib. Dan Mama pasti akan melarang kita keluar rumah di malam hari. Sebelum mendapatkan teguran, lebih baik aku diam mencari jalan aman.

"Terus, maunya ke mana?" Mas Raffi kembali bertanya.

"Ke kamar sajalah. Aku mau rebahan saja. Mau jadi istri yang pemalas," ujarku kemudian meninggalkan Mas Raffi.

Kesal sekali aku dilarang ini itu oleh mertuaku.

Jika seperti ini, aku bagaikan burung dalam sangkar emas. Terlihat indah, namun menyedihkan.

"Astaghfirullah ...," lirihku seraya mengusap wajah.

Aku mengusir pikiran buruk yang bersarang. Aku harus ingat pesan Ibu. Apa pun yang dilakukan mertuaku, selama itu yang terbaik untukku, aku tidak boleh mengeluh. Bisa saja, kehidupan yang aku jalani ini adalah kehidupan yang diimpikan orang lain di luar sana.

"Mas Raffi, mana, ya?" ucapku saat tidak aku dapati suamiku itu berada di kamar.

Sudah setengah jam aku mengurung diri, tapi Mas Raffi tidak datang menyusulku. Dia pun tidak menen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
aduh kmu Raffi hrs percaya diri d ttupin kaya apapun klo Allih sdh berhendak kita sembagai umat bisa apa itudh kehendak alloh .kmu hrs percaya kepada penciptanya ..baca part ini sambil nangis .karena Raffi ..
goodnovel comment avatar
carsun18106
bilangin aja, sekalian pisah rumah dulu selama hamil, ngga perlu ketemu2, ngapain ttp sekamar tp ngga boleh liat wajah, raffi mikir ngga perasaan istri, jgn cuma mikir diri sendiri, bkn kasian ke anak klo kyk gitu mah
goodnovel comment avatar
carsun18106
raffi ayo dong percaya diri, jgn terpengaruh sama hal2 yg ngga nasuk akal seperti ini, bersyukur dpt istri yg mencintai kamu unconditionally, bahkan si malika aja dgn ngga tau malunya msh ngejar2 kamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status