All Chapters of Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....: Chapter 101 - Chapter 110

274 Chapters

Bab 101

LIMA BULAN KEMUDIAN"Memang beda kalau jadi orang kaya. Tujuh bulanan saja seperti nikahan. Pake dekor, ada katering. Dikasih bingkisan, pula."Aku tertawa kecil melihat Mimi yang melihat takjub acara tujuh bulanan yang aku gelar. Dia sampai menggeleng-gelengkan kepala seraya berdecak kagum. Seperti yang sudah-sudah, Mimi datang pasti dengan Ibu. Mereka dijemput satu hari sebelum acara tujuh bulananku. "Ra, kamu bosan tidak, jadi orang kaya?" Aku mengerutkan kening saat pertanyaan itu Mimi lontarkan. "Tidak, Mi. Kenapa nanya gitu?" ujarku seraya mengusap perut yang membuncit."Kalau kamu bosan, rencananya aku mau gantiin kamu. Enggak apa-apa bekasan, asal hidup enak."Tentu saja Mimi aku hadiahi cubitan di lengan kanannya sambil melotot ke arah dia."Kamu doain aku mati?" tanyaku tanpa melepaskan tangan darinya. "T–tidak, Ra. Ampun ampun, aduh ibu hamil bengal banget, ya? Dibecandain gitu aja langsung melotot." Mimi merengut sambil tangan mengusap lengannya yang aku cubit.Tidak
Read more

Bab 102

DUA BULAN KEMUDIAN"Sayang, kalau nanti bayi ini sudah lahir, dan badan aku tidak kembali ke semula, gimana?" Sambil merengut di depan cermin, aku bertanya hal yang begitu sensitif. Pasalnya, jika melihat tubuhku sekarang dan tubuhku sewaktu belum hamil, sangat jauh berbeda. Aku semakin gendut dengan perut yang membuncit.Mas Raffi yang tengah bergelut dengan laptopnya, seketika langsung mengalihkan perhatiannya padaku. Kedua tangannya menyusup mengusap perutku dari belakang."Sayang, apa pernah aku meminta kamu untuk berdandan biar cantik?" tanyanya dengan dagu di pundakku.Aku menggelengkan kepala. Karena itu tidak pernah dia lakukan. Mas Raffi tidak pernah protes meskipun aku tidak menyisir rambut sekalipun. "Itu yang akan aku lakukan jika tubuh kamu tetap seperti ini. Aku akan menikmati apa pun yang aku miliki. Termasuk, seorang istri. Malu sekali aku ini, bila meminta lebih darimu. Kamu saja tidak pernah memintaku menghapus noda hitam di wajahku, lalu kenapa aku harus meminta k
Read more

Bab 103

"Ya Allah, Mbak Raya kenapa?" Bi Marni langsung berlari ke arahku dan membantuku masuk ke dalam rumah.Setelah sampai di rumah, aku duduk di sofa ruang tamu. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Ini, Mbak diminum airnya," ujar Bibi memberikanku satu gelas air. Aku mengambil air itu dan meneguknya sedikit. Melihatku meringis, Mama dan Mas Raffi langsung menghampiriku dengan tergesa. "Kamu kontraksi?" tanya Mama mengusap perutku."Iya ... eh, tapi, kok enggak lagi, ya?" ujarku meraba-raba perut yang tadi terasa melilit.Mama dan Mas Raffi menatapku dengan bingung. Suamiku duduk di sampingku dengan tangan tidak lepas dari perutku yang besar. "Kamu ini gimana, tadi Bibi bilang kamu kontraksi, tapi enggak lagi. Yang bener yang mana?" Mas Raffi yang wajahnya panik, mulai bersuara."Iya, Mas. Tadi waktu di depan, perutku sakit, kok. Tapi, sekarang enggak lagi. Kok, aneh ya, Ma?" Mama yang melihatku kebingungan, malah tersenyum kecil seraya melipat kedua tangannya
Read more

Bab 104

Beberapa saat aku meringkuk, tapi rasanya posisi itu sudah tidak nyaman lagi. Aku kembali bangun dan memilih untuk menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, aku tidak henti-hentinya melafalkan Asma Allah. Segala doa yang aku bisa, aku ucapkan. Termasuk doa sebelum makan. Meskipun aku salah doa, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin menyebut nama Allah dari setiap kata yang aku ucapkan."Tenang, ya Sayang. Sebentar lagi kita sampai," ujar Mas Raffi yang masih fokus pada jalanan. "Alhamdulillah, kita sudah sampai di rumah sakit." Mama mengusap keningku yang berkeringat akibat menahan sakit. Saat Mas Raffi menghentikan mobil, tiba-tiba rasa ingin buang air besar membuatku mengejen dengan tiba-tiba. Sontak saja, itu membuat Mama kaget dan menyuruh Mas Raffi untuk segera memanggil dokter. Aku sudah tidak kuat berdiri lagi. Aku bersandar pada Mama dengan kaki yang mengangkang."Ya Allah, kenapa di sini?" Mbak Kinanti datang dengan wajah paniknya."
Read more

Bab 105

POV RAFFIIni tentang dia. Tentang seorang wanita yang mencuri hampir seluruh hatiku. Dia yang mampu menjadi penenang, di kala rasa gundahku. Namanya Raihana Kamaya. Raya, biasa aku memanggilnya. Wajahnya cantik, dengan senyum yang manis. Aku mengaguminya, bahkan sangat mengidolakannya. Dan dia ... adalah istriku. Tulang rusukku, bidadari surgaku."Mas ... kok, masih fokus sama laptop, sih? Ini sudah siang, lho." Wanita itu mulai bersuara. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit membungkus sebagian tubuhnya. Kulit putihnya terlihat begitu jelas oleh mataku. Dan itu, menghadirkan rasa yang tak bisa bagiku.Aku menyimpan laptop di meja, melangkah mendekati istriku yang tengah memilih pakaian. Dengan satu entakkan, kulingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Memeluk tubuh harum sabun yang begitu memabukkan."Mas, aku mau dibaju," ujarnya terdengar jengkel. Namun, aku tidak mengindahkan ucapannya. Aku masih menghirup wangi tubuhnya seraya memejamkan mata. "Mas,
Read more

Bab 106

POV RAFFI"Fi, lu tahu kabar tentang si kedelai hitam?" Aku mengangkat satu alis seraya memandangi Bayu. Sahabat sekaligus sepupuku itu tengah membuka bekal yang dia bawa dari rumahnya."Tidak. Kenapa?" tanyaku."Katanya, dia mau pergi ke luar negeri bersama kedua orang tuanya. Dia 'kan sudah keluar dari tempat rehab," ujarnya lagi. Kali ini Bayu mulai menikmati makan siangnya."Oh, baguslah. Mudah-mudahan dia bisa berubah. Jadi kedelai hitam yang manis.""Siapa yang manis?" Aku dan Bayu melihat ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka menampakkan seorang wanita dengan anak laki-lakinya. Kupasang senyum termanis untuk menyambut wanitaku yang baru saja tiba."Kecap, Ra. Aku makan di luar, ya? Selamat makan semuanya." Bayu keluar dari ruanganku seraya membawa bekalnya. Raya masuk ke dalam dan meletakkan rantang bekal di atas meja."Maaf, aku telat. Tadi ... ada tamu ke rumah.""Tamu? Siapa?" tanyaku."Arga. Dia mau bertemu Papa, tapi Papanya tidak ada. Jadi ....""Kamu yang menemani dia
Read more

Bab 107 SEASON 2

MENIKAH DENGAN PRIA BURUK RUPA TERNYATA DIA .... SEASON 2"Emh ... silau lah, Sayang ...."Aku tersenyum seraya menoleh ke belakang. Di mana, seorang pria baru saja membuka mata saat aku menyibak gorden kamar, hingga cahaya matahari masuk menerobos dari celah ventilasi. "Ini tandanya sudah siang, Mas. Bangun, yuk!" kataku seraya menghampirinya. Aku duduk di pinggir ranjang, menata bantal seraya merapikan selimut yang berantakan. Mas Raffi merangkak menghampiriku seperti bayi. Kemudian dia menyimpan kepalanya di pangkuanku dengan kedua tangan memeluk pinggang. "Nanti dulu lah bangunnya. Aku masih mau manja-manja sama kamu," ujarnya semakin mengeratkan pelukan. "Ish, udah jam berapa ini? Orang-orang pasti udah pada sarapan di bawah, ini masih di tempat tidur aja." Aku mengusap rambut Mas Raffi dengan sedikit mengacaknya. Sebenarnya suamiku itu sudah bangun sejak subuh, tapi karena setelah salat dia masih merasa mengantuk, akhirnya tidur kembali. Meskipun aku sudah melarangnya, tapi
Read more

Bab 108

"Biar Mama aja yang mandiin Rayyan, ya? Kamu beresin meja makan aja, terus beresin kamar yang katanya tadi diberantakin Raffi sama Rayyan," lanjut Mama seraya menggendong anakku. Lagi-lagi peranku diambil Mama. Jika mungkin sebagian wanita di luaran sana merasa bahagia jika mertuanya mengambil tugas mengurus anak, tapi tidak denganku. Bukannya tidak suka, tapi menurutku Mama berlebihan. Kesannya aku jadi tidak berguna dan malas mengurus putraku sendiri. "Biar Bibi yang beresin, Mbak Raya," ujar Bi Marni mengambil alih piring kotor yang sudah kutumpuk di meja makan. "Gak apa-apa, Bi. Biar saya saja, daripada saya bengong, kan?" "Hehe .... Enggak gitu juga, Mbak. Mbak Raya, kan majikan Bibi, masa iya, tugas saya diambil alih majikan. Isin saya, Mbak."Aku terkekeh seraya mengangguk membiarkan Bi Marni membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci. Suara tawa Rayyan membuatku penasaran ingin melihat putraku itu. Apakah dia sudah selesai mandi? Ah, ternyata benar saja. Saat aku masuk
Read more

Bab 109

"Mas, Mama nyuruh kita punya anak lagi."Mas Raffi langsung menatapku dengan kedua alis yang terangkat. "Masa?" tanyanya. "Mama yang nyuruh, apa kamu yang mau? Hem ....""Mama, Mas. Ih, kamu mah suka curigaan gitu." Aku mengusap wajah Mas Raffi yang dengan sengaja menggodaku seraya menaikturunkan alisnya. Dia tergelak. Tawanya pecah melihatku cemberut. "Padahal, ya, Mas. Aku masih mau main sama Rayyan. Kan, usia dia sekarang ini, gak akan terulang lagi. Tapi ...." Aku menatap suamiku seraya menjeda ucapan. "Rayyan lebih banyak dengan Mama?" tebaknya tidak meleset. Aku tidak berani mengangguk atau menggeleng. Aku justru beranjak darinya, lalu duduk di sofa panjang yang ada di dekat jendela. Tangan ini memainkan gorden warna hitam yang menjuntai pada sandaran sofa, seraya pandangan keluar melihat mobil yang berjejer rapi di sana. Kantor Mas Raffi sudah direnovasi. Ruangannya tidak sesempit saat pertama aku datang. Sekarang lebih luas, lebih rapi dan lebih privat. "Kamu cemburu,
Read more

Bab 110

"Boleh aku masuk?" tanya dia lagi. Aku mengangguk, kemudian menggeser pintu gerbang agar wanita itu bisa memasukkan mobilnya ke halaman rumah. Malika. Dia terlihat berbeda dari terakhir kami bertemu. Selain penampilan pakaian yang lebih tertutup dari sebelumnya, kini wajahnya pun ... putih mulus, tidak ada tanda lahir seperti pada suamiku. Mungkinkah dia telah melakukan operasi di luar negeri? Tentu saja iya. Mana mungkin tanda lahir itu akan hilang dengan sabun belerang. "Apa kabar, Ra?" tanya Malika setelah turun dari mobilnya. "Alhamdulillah, baik. Kamu gimana kabarnya?" Aku balik bertanya."Seperti yang kamu lihat. Aku sangat baik."Aku memindai penampilan Malika dari atas hingga bawah. Ada rasa tak tenang setelah dia kembali ke negeri ini. Entahlah, melihat dia yang sekarang, membuatku merasa tidak percaya diri. Dia sangat cantik, bulu mata lentiknya menjadi magnet utama yang menarik tatapanku. Sekarang dia tidak lagi memakai pakaian terbuka yang ketat di tubuh. Malika m
Read more
PREV
1
...
910111213
...
28
DMCA.com Protection Status