Share

Bab 126

"Saya senang, Ra, melihat kehidupan kamu yang sekarang. Hilang sudah sebutan gadis miskin yang dulu tersemat padamu," ujar A Yusuf, lalu menyesap kopi hitam yang aku buatkan untuknya.

Bibirku tersenyum simpul menanggapi perkataan A Yusuf.

Memang, aku dikenal sebagai gadis miskin sebelum menikah dengan Mas Raffi. Terlebih, sebutan itu sering diucapkan ibunya Arga sewaktu dulu.

"Sekarang pun saya masih miskin, A. Apa yang ada pada saya, itu hanyalah titipan semata. Apalah saya yang hanya numpang hidup pada keluarga suami?"

"Tidak ada kata menumpang. Milik suami, milik istri juga. Harta memang bukan tolak ukur seseorang mempunyai label kaya atau miskin. Semuanya sama. Papa, kamu, A Yusuf, sama. Sama-sama numpang hidup sama Tuhan," ujar Papa menyanggah ucapanku.

A Yusuf manggut-manggut. Sedangkan aku menunduk, memainkan jari jemari di bawah meja.

Entahlah, jika membahas soal harta, aku merasa paling rendah. Meskipun kata Papa harta bukan tolak ukur seseorang menjadi kaya raya, tapi t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Erna Dwi
hedeh..malah kebelet
goodnovel comment avatar
Zubaidah Zubaidah
wkwkwk...raya ganggu kesenangan Raffi aja tuh si kebelet..hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status