Semua Bab Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya: Bab 91 - Bab 100

282 Bab

Bab 91

Matahari telah sepenggalan naik. Dokter pun sudah mengizinkan Umi untuk dibawa pulang setelah melakukan pengecekan pada keadaannya. Tapi Asma masih belum ingin beranjak dari dalam ruangan. Wajahnya terlihat gusar, seperti sedang menunggu seseorang.Umi mendesah lesu. Wanita yang Menyadarkan tubuhnya pada ujung ranjang itu menatap pada Asma. "Bagaimana kalau kita pulang saja duluan, As?" sela Umi memecah keheningan yang tercipta.Wanita yang duduk pada bangku sofa yang berada di dalam ruangan itupun mengalihkan tatapannya. "Tapi kemarin Bang Wisnu sudah berjanji akan menemani kita pulang, Bu!" keluh Asma penuh keyakinan. "Sepertinya Tuan Wisnu ada urusan mendadak Nyonya. Jadi beliau tidak bisa menemani Nyonya," celetuk Hamzah yang sudah menunggu lebih dari tiga puluh menit yang lalu untuk mengantarkan Umi dan Asma kembali ke kampungnya.Asma mengalihkan tatapannya pada Hamzah. Ada kekecewaan yang terlukis di sana. Namun ia tetap berharap jika Wisnu akan datang menemuinya. Ia yakin Wis
Baca selengkapnya

Bab 92

Hari berlalu begitu cepat. hampir satu minggu setelah kepulangan Asma dari Jakarta Wisnu tidak kunjung kembali. Membuat wanita itupun semakin khawatir. Apalagi Akbar bersama dengan Wisnu. Nomor ponsel Wisnu pun sama sekali tidak bisa dihubungi, semakin membuat Asma dilanda ketakutan.Pagi-pagi sekali Asma telah mengemasi barang-barangnya. Ia yakin pasti ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya."As, apakah kamu yakin akan pergi ke Jakarta?" tanya Umi yang duduk pada bibir ranjang. Sejak beberapa menit yang lalu Wanita yang masih terlihat lemas itu terus memperhatikan Asma. "Iya Umi, aku harus mencari Akbar dan Bang Wisnu. Aku yakin pasti Abang membawa Akbar ke Jakarta. Karena Tuan Sangir sangat menyayangi cucunya," tutur Asma tanpa menolah sedikitpun kepada Umi. Ia sibuk menyiapkan beberapa potong baju yang ia masukkan ke dalam tasnya."Kenapa kamu tidak menunggunya pulang, As?" lirih Umi."Tidak Umi, aku sudah tidak bisa bersabar lagi." Asma menoleh sesaat pada Umi.Umi
Baca selengkapnya

Bab 93

Langkah Asma tertatih saat turun dari bus. Beruntungnya ada Ustaz Azhar yang setia menemaninya. Lelaki itu menuntun Asma duduk pada bangku yang berada di terminal kota."As, kamu makan dulu ya! Dari tadi sore kamu belum makan," tutur Ustaz Azhar terlihat khawatir. Asma menggeleng lembut. Wajahnya kini terlihat sangat pucat dengan tatapan menerawang jauh. Mungkin karena seharian perutnya belum terisi makanan."Tidak, As, kamu harus makan," ucap Ustaz Azhar. "Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa," imbuhnya. Kekhawatiran itu terlihat jelas dari tatapan Ustaz Azhar kepada Asma."Tunggu di sini! Aku akan beli makan untuk kamu," ucap Ustaz Azhar menyentuh lembut bahu Asma. Sebelum ia melangkahkan kakinya cepat menuju kedai yang terletak di terminal bus.Beberapa saat kemudian, Ustaz Azhar kembali dengan nasi bungkus yang ia beli serta sebotol air mineral. Ia segera membuka nasi dan mulai menyuapkannya pada Asma."Tidak, Ustaz, biar aku makan sendiri saja," tolak Asma. Ia mengambil alih sendok
Baca selengkapnya

Bab 94

BRUAKPintu pagar rumah mewah Tuan Sangir dibanting kasar oleh petugas keamanan rumah tersebut. Asma diusir paksa karena mengamuk di dalam rumah.Bruak! Bruak!"Buka pintunya! Cepat buka pintunya! kembalikan anakku," teriak Asma memukuli pagar tinggi rumah Tuan Sangir. Tenaganya mendadak menjadi sangat kuat sekali. Ustaz Azhar hampir saja kualahan menahan tubuh Asma yang terus mengamuk."Asma tenang, As!" Ustaz Azhar berusaha untuk menenangkan Asma. Ia menyentuh lembut baju Asma yang berguncang hebat."Mereka telah menipuku, Ustaz! Mereka telah mengambil anakku!" Tangis Asma memecah keheningan malam. Sayangnya pengendara yang berlalu lalang di jalan besar rumah Tuan Sangir hanya memperhatikan Asma sekilas.Tidak terasa sudut mata Ustaz Azhar telah basah. Dengan cepat lelaki itu mengusap sudut matanya. Satu tangannya memutar tubuh Asma ke arahnya."Sabar, As, sabar! Tidak ada gunanya kamu seperti ini." Ustaz Azhar menahan tubuh Asma yang berguncang sekuat mungkin. Perlahan tenaga wanit
Baca selengkapnya

Bab 95

Kepulan aroma lezat dari masakan yang baru saja matang menyerukan ke udara. Nada mencoba makanan yang baru saja ia masak seujung sendok. "Lumayan!" monolognya pada dirinya sendiri. Ini adalah kali pertama ia mencoba memasak untuk Wisnu. Karena selama ini pekerjaan itu telah dilakukan oleh para pembantu yang berada di rumah Tuan Sangir. Hampir semua yang melayani Wisnu adalah Bik Tum. Kecuali soal ranjang.Dering ponsel yang berada di atas meja makan mengalihkan tatapan Nada untuk sesaat. Ia melirik benda pintar yang sedang berdering di sana lalu mematikan kompornya."Ayah!" Lirih Nada saya membaca nama Tuan Sangir pada layar ponsel yang berkedip. "Halo," sapa Nada pada Tuan Sangir yang berada di balik telepon setelah menekan tombol hijau."Bagaimana kabar kalian di Bali, Nad?" tanya Tuan Sangir terdengar begitu bersemangat.Nada membuang nafas berat. Wajahnya berubah lesu. Ia menarik tubuhnya duduk pada bangku meja makan. "Sepertinya Mas Wisnu belum bisa melupakan wanita itu, ayah!
Baca selengkapnya

Bab 96

Sejak tadi Nada terus mengawasi lelaki yang duduk di depan sofa televisi. Tidak ada hal yang lain yang Wisnu lakukan sepanjang hari. Kecuali duduk di depan layar televisi yang menyala dengan benak yang entah kemana. Ia akan tersadar jika suara tangisan Akbar menggema, atau Nada membutuhkan bantuannya.Kedua mata Nada tidak berkedip sama sekali. Ia masih berdiri di ambang pintu memikirkan ucapan Danil. Apa yang lelaki itu katakan memang ada benarnya. Percuma Wisnu kini ada berada bersama Nada, jika hati Wisnu masih bersama Asma. Hati Nada semakin diremas-remas dan terasa sakit sekali.Perlahan Nada menyeret langkah kakinya gontai menghampiri Wisnu. Lelaki itu tergeragap saat tiba-tiba Nada menjatuhkan tubuhnya duduk pada bangku di sampingnya."Nad, kamu kapan pulang?" seloroh Wisnu gugup. Memaksakan senyuman pada kedua sudut bibirnya menyambut kedatangan Nada."Berurusan, Mas!" jawab Nada dengan suara lesu."Mana Akbar, Mas?" tanya Nada yang tidak menemukan balita itu bersama Wisnu."A
Baca selengkapnya

Bab 97

"Makanlah, As! Jangan siksa dirimu seperti ini," pinta Umi menyodorkan makanan ke dekat bibir Asma. Netranya penuh dengan embun yang tertahan. Wanita dengan kerudung yang berantakan itu hanya terdiam. Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Bibirnya semakin pucat, dengan lingkaran hitam yang memenuhi pada sekeliling matanya.Umi membuang nafas berat. Hatinya semakin hancur melihat keadaan Asma. Setelah ia mengetahui tentang perjanjian antara Wisnu dan Tuan Sangir, Asma menjadi wanita yang seperti kehilangan kewarasan. Ia membisu dan tidak mau makan. Sepanjang hari ia hanya mengurung dirinya di dalam kamar. Sesekali ia mengamuk, berteriak menyerukan nama putra semata wayangnya."Umi!" Wanita bergamis hitam itu terkejut saat sebuah tangan menyadarkannya dari lamunan. Ia menoleh pada Rani yang berdiri di belakang punggungnya."Biar aku saja yang menyuapkan makan untuk Mbak Asma," ucap Rani. Umi mengdongak menatap pada Rani. "Tidak usah, Ran. Biar Umi saja yang menyuapi Mbak kamu,
Baca selengkapnya

Bab 98

Lelaki tua dengan gaya necis itu menyapu padangan ke sekeliling jalanan di kota Denpasar. Beberapa tahun terakhir ini ia sama sekali tidak pernah menginjakan kakinya di negaranya tercinta. Bisnisnya dalam bidang otomotif dan jam tangan mahal membuatnya terlalu sibuk untuk mengunjungi kampung halamannya. Belum usahanya lainya yang baru ia kembangkan. Semua itu sangat menguras waktu Tuan Seno.Senyuman terukir dari kedua sudut bibir Tuan Seno saat sebuah panggilan masuk pada ponselnya dari seseorang yang tidak asing untuknya. Cepat ia mengangkat panggilan itu. "Halo Sangir!" sapa Tuan Seno pada lelaki yang berada di balik telepon."Maafkan aku Tuan Seno. Aku baru melihat panggilanmu. Semalam aku kurang enak badan dan aku beristirahat lebih awal," jelas Tuan Sangir.Tuan Seno terkekeh. "Tidak masalah, aku hanya ingin mengatakan padamu saja, kalau aku sudah berada di Bali sekarang," tutur Tuan Seno."Apa? Anda sudah ada di Bali?" Suara Tuan Sangir terdengar terkejut. "Iya Sangir!" Tuan
Baca selengkapnya

Bab 99

Danil menepikan mobil yang membawanya di depan rumah baru milik Nada. Ia semakin yakin jika lelaki tua bernama Tuan Seno itu tidak lain adalah kakek Nada yang terkenal kaya raya itu. Hingga membuat Tuan Sangir bersikukuh untuk menjodohkan Wisnu dengan Nada. Semua cara itu ia lakukan demi kekayaan yang Tuan Seno miliki."Terimakasih Danil, senang sekali kamu sudah mau mengantarkan aku ke rumah cucuku," ucap Tuan Seno sebelum ia turun dari dalam mobil Danil. "Sama-sama Tuan," balas Danil melemparkan senyuman hangat pada Tuan Seno.Lelaki dengan rambut yang dipenuhi uban itu mengeluarkan sesuatu dari balik jas yang ia kenakan. "Jika kamu tertarik dengan tawaranku tadi kamu bisa menghubungi aku di nomor ini." Tuan Seno menyodorkan sebuah kartu nama kepada Danil. Sepanjang perjalanan Tuan Seno memang banyak sekali mengobrol dengan Danil tentang jiwa bisnis pemuda bertubuh jangkung itu.Danil menerima secarik kartu nama dari Tuan Seno, sesaat ia menatap pada deretan aksara yang tertulis pa
Baca selengkapnya

Bab 100

"Tadi Mas Wisnu ...!" lirih Nada terbata."Tadi aku, habis ...!" ucap Wisnu terbata.Nada dan Wisnu berucap secara bersamaan. Tuan Seno dengan mulut yang penuh makanan menatap kepada Wisnu dan Nada secara bergantian. Lalu tertawa renyah."Kalian ini!" ucap Tuan Seno meraih segelas air putih dan segera meneguknya."Bagaimana bisa kamu tidak tahu keberadaan suamimu, Nad?" Tuan Seno mengalihkan tatapannya kepada Nada yang terlihat gugup.Wanita berambut sebahu itu menarik kedua sudut bibirnya tersenyum paksa. "Tadi aku kira Mas Wisnu sedang pergi keluar. Jadi aku tidak tahu kalau dia masih tidur," balas Nada menatap pada Tuan Seno dan Wisnu secara bergantian. Satu tangannya menyelipkan rambutnya pada telinga untuk menghilangkan rasa gugup yang bergemuruh di dalam dada."Memangnya kalian tidak tidur sekamar? Sampai kamu tidak tau kalau Wisnu masih tertidur?" cetus Tuan Seno menatap pada Wisnu dan Nada secara bergantian.Wajah Nada berubah tegang seketika. Begitu juga dengan wajah Wisnu. M
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
29
DMCA.com Protection Status