Semua Bab Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya: Bab 101 - Bab 110

282 Bab

Bab 101

Tuan Seno menyunggingkan senyuman lebar. Seolah ia tidak mengetahui apapun. "Sepertinya Akbar Pup, jadi aku membawanya ke sini," tutur Tuan Seno sekilas mengalihkan tatapannya pada balita yang sedang berceloteh manja dalam gendongannya.Wajah Nada masih tercekat. Tidak ada ekspresi apapun kecuali ketegangan. Sementara Wisnu nampak gusar di dalam kamar, terlihat dari pintu kamar yang terbuka."Sejak kapan Kakek ada di sini?" lirih Nada dengan suara berat. Degupan jantungnya berdebar cepat tidak beraturan.Tuan Seno terdiam sesaat. Menjatuhkan tatapan sedalam mungkin pada netra Nada yang terlihat sembab. "Barusan! Barusan saja Kakek ke sini!" balas Tuan Seno dengan nada lembut. Tidak ada ekspresi apapun yang lelaki itu tunjukkan.Nada mengangguk. Mencoba mempercayai apa yang Tuan Seno katakan. Saat ini otaknya sama sekali tidak dapat berpikir apapun. Ia segera mengambil alih Akbar dari pelukan Tuan Seno."Biar aku bersihkan dulu!" tutur Nada dengan suara lemah. Ia membawa Akbar masuk ke
Baca selengkapnya

Bab 102

Danil kembali ke rumah saat matahari telah meninggi. Sejauh dirinya berlari, bayangan Asma tetap saja selalu mengikuti. Meskipun ia terus berusaha untuk melupakan Asma. Tetapi tetap saja, hal itu justru semakin menyiksanya. Hingga tidak ada pilihan lain, kecuali membiarkan bayangan Asma terus mengikuti. Sampai waktu yang tidak bisa Wisnu ketahui kapan ia bisa melupakan wanita yang telah melahirkan putranya ke dunia.Rumah baru itu terlihat sepi. Ia tidak menemukan siapapun di dalam rumah. Bahkan Tuan Seno juga tidak ada di dalam rumah.Tidak ada firasat buruk sedikitpun dari Wisnu. Ia berjalan menuju kamar dan segera membersihkan diri. Bermalam di tepi pantai cukup membuat tubuhnya terasa lengket. Apalagi matanya yang terasa mengantuk berat. Karena semalam, ia hanya merenungi jalan cerita hidupnya.Setelah mandi Wisnu memilih merebahkan tubuhnya di atas pembaringan dan perlahan rasa kantuk yang sejak semalaman ia tahanpun datang menyergap dan mulai membuai.Baru beberapa saat Wisnu te
Baca selengkapnya

Bab 103

BRUAK!Tuan Sangir memukul meja kerjanya dengan keras. Telapak tangannya terasa memanas sekitar. Tapi tidak sesakit dan sekecewa hatinya saat ini. Argh ...Teriak Tuan Sangir menyapu semua barang-barang yang berada di atas meja hingga berhamburan di atas lantai. Rasa sakit pada tangannya tidak cukup membuatnya puas meluapkan kemarahannya.Wisnu meringis, netranya terpejam untuk sesaat. Ia tau hal ini pasti akan terjadi."Tol*l sekali kamu Wisnu. Kamu itu tol*l!" hardik Tuan Sangir mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah lelaki yang berdiri di depan meja kerjanya. Wajahnya memerah penuh kemarahan."Aku sudah mencari Nada ayah. Aku kira dia kembali' ke Jakarta," jawab Wisnu dengan nada lesu. Ia menundukkan wajahnya beberapa kali. Tidak berani menatap pada Tuan Sangir.Dada Tuan Sangir bergerak naik turun. Gemuruh di dalam dadanya, seperti ingin meledak saat itu juga. Kedua tangannya mengepal, tapi ia tidak tau harus meluapkan amarahnya pada siapa."Maafkan aku, Ayah! Aku tidak tau
Baca selengkapnya

Bab 104

Suara dering ponsel mengalihkan tatapan Wisnu dari jalanan yang berada di depan mobil. Ia sudah bertekad akan pergi ke Belanda, untuk mencari keberadaan Akbar dan Nada. Lelaki berlesung pipi itu yakin jika Tuan Seno menyembunyikan anak dan istrinya di Belanda. "Nomor siapa ini?" guman Wisnu menaikkan kedua alisnya menatap pada deretan angka yang tertera pada layar ponsel yang berkedip. Satu tangannya terulur dan meraih benda pintar yang ia letakkan di samping setir mobil. "Halo," sapa Wisnu pada seseorang yang berada di balik telepon setelah menekan tombol hijau pada layar."Halo Tuan, ini Tuan Wisnu, kan?" cetus suara seorang lelaki yang berada di balik telepon dengan nada panik."Iya, saya Wisnu? Ini siapa?" balas Wisnu cepat. Netranya berfokus pada jalanan yang berada di depan mobil."Gawat Tuan! Gawat! Tuan Sangir sekarang sedang berada di rumah sakit beliau terkena serangan jantung," cetus suara panik yang berada di balik telepon sontak membuat Wisnu terkejut.Tubuh Wisnu mend
Baca selengkapnya

Bab 105

Ustaz Azhar perlahan menutup daun pintu kamar Asma. Diikuti oleh seorang lelaki bersorban putih yang berjalan di belakang punggungnya. "Bagaimana, Bang?" sergah Rani memburui yang sejak tadi menunggu di luar kamar. Ia mengikuti langkah Ustaz Azhar menuju ke ruang tamu. Lelaki bersorban putih itu menghempaskan tubuhnya duduk pada bangku kayu yang berada di ruang tamu. Di sampingnya ada Ustaz Azhar dan juga Rani yang duduk saling bersebelahan. "Ustazah Asma tidak mengalami gangguan jin. Tetapi lebih karena beban pikirannya dan yang bisa menyembuhkan hanya diri beliau sendiri," tutur Kiai yang baru saja meruqyah Asma.Rani tertunduk lesu, beberapa saat ia tenggelam dalam pikirannya. Ustaz Azhar menoleh sekilas kepada Rani lalu mengalihkan tatapannya kembali kepada lelaki bersorban yang duduk di sampingnya."Lalu apa yang harus kita lakukan, Abah Yai?" ucap Ustaz Azhar dengan wajah memelas."Perbanyaklah berdoa dan cobalah kalian bawa Asma ke psikiater. Siapa tau, ustadzah Asma bisa s
Baca selengkapnya

Bab 106

Beberapa alat medis masih menempel pada tubuh Tuan Sangir. Seperti apa yang Dokter katakan sebelumnya, lelaki yang tidak lagi muda itu akan mengalami kelumpuhan pada tubuhnya. Ia masih bisa mendengar dan melihat, tapi tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.Sudah hampir satu minggu Tuan Sangir berada di rumah. Setelah menjalani perawatan hampir satu bulan di rumah sakit. Harapan lelaki itu bisa kembali seperti semula, atau setidaknya bicara dan memberikan sedikit respon itulah yang membuat Wisnu memaksa Dokter membiarkan beberapa alat medis tetap ada pada tubuh Tuan Sangir. "Tuan besar sudah tidak membutuhkan semua ini, Tuan Wisnu!" ucap Hamzah menyadarkan Wisnu dari lamunannya. Sepanjang hari, setelah pulang dari kantor Wisnu akan melihat keadaan Tuan Sangir yang hanya terbaring di atas ranjang sepanjang hari.Lelaki yang sejak tadi berdiri menatap pada Tuan Sangir yang sedang tertidur itupun tersadar."Tapi aku masih berharap ada sedikit perkembangan pada Ayah," lirih Wisnu t
Baca selengkapnya

Bab 107

Wisnu terkejut mendengar apa yang baru saja Danil katakan. Kedua matanya membulat penuh, dengan wajah menegang."Apa yang salah, Danil?" cetus Wisnu menjatuhkan tatapan heran pada Danil."Sepertinya aku harus mundur dari perusahaan ini, Wisnu," keluh Danil. "Hutang-hutang perusahan yang sangat banyak tidak mungkin bisa menyelamatkan perusahaan ini lagi," tutur Danil menjatuhkan tatapan lekat pada Wisnu.Wisnu mendengus berat. Ia semakin kebingungan jika Daniel benar-benar akan hengkang dari perusahaan Tuan Sangir. Selain cerdas, Danil juga termasuk orang yang sangat berpengaruh sekali pada perusahaan Tuan Sangir dirinya selama ini. Bahkan Danil tau betul dengan keadaan perusahaan."Ayolah Danil jangan seperti itu!" lirih Wisnu. "Lihatlah ayahku! Apakah kamu tidak kasihan dengannya? Dia harus mengalami kelumpuhan saat tau jika semua usahanya hancur seperti ini," mohon Wisnu. "Bukankah kita adalah saudara yang harus saling tolong menolong." Wisnu menatap lekat pada Danil.Danil membalas
Baca selengkapnya

Bab 108

10 Tahun kemudian.Nada akhirnya bisa terbiasa hidup di daerah pedalaman. Sesuatu yang selama ini ia anggap sulit, kini menjadi hal yang sangat biasa saja untuk Nada. Meskipun di perkebunan itu hanya ada kediamannya dan Paman Tek, lelaki yang selama ini membantu Nada dan Tuan Seno selama mereka tinggal di sana. Tidak hanya itu Nada juga telah berhasil mendidik bocah lelaki bernama Gala yang kini telah duduk di bangku kelas 2 menengah atas. Tapi bukan disekolah umum seperti anak-anak pada umumnya. Melainkan homeschooling seperti apa yang Tuan Seno janjikan dulu. Meskipun Gala hanya bersekolah di rumah, tapi bocah lelaki itu sangat pandai sekali. Karena ia dididik langsung oleh guru-guru hebat pilihan Tuan Seno. Kecerdasan dan ketangkasan Gala membuat Tuan Seno semakin menyayanginya.Sejak tadi Tuan Seno mencari keberadaan Gala. Bocah lelaki itu tiba-tiba saja menghilang dari rumah. Biasanya di pagi seperti ini Gala akan menghabiskan waktunya di depan layar televisi."Kakek, sedang apa
Baca selengkapnya

Bab 109

Ketakutan semakin memenuhi benak Nada. Rasa kantuk yang sempat datang menyergap, kini tiba-tiba saja hilang dan musnah. Ia hampir dibuat gila. Apa yang ia takutkan selama ini sudah ada di depan mata. Wisnu telah bangkit dari keterpurukan. Ia menjelma menjadi seorang pengusaha yang sukses. Bahkan beberapa usahanya mulai merambah sektor-sektor penting di negara ini. Tidak memungkinkan, Jika Wisnu suatu saat nanti bisa mengembangkan perusahaannya hingga ke kancah luar negeri.Iklan yang baru saja Nada lihat seperti memaju detak jantungnya lebih cepat. Ia segera menutup laptop yang telah mati dan mematikan sambungan wi-fi yang terhubung di rumahnya. Beberapa saat ia mengatur nafasnya yang hampir terputus."Gala tidak boleh mengetahui hal ini. Tidak boleh!" guman Nada penuh dengan ketakutan. Degupan jantungnya bertalu-talu. Beberapa kali Nada menghela nafas panjang. Mencoba menenangkan gemuruh yang memenuhi dadanya."Tenang Nada, tenang! Percayalah semuanya akan baik-baik saja. Kakek past
Baca selengkapnya

Bab 110

Matahari telah meninggi. Aroma masakan menyeruak memenuhi dapur di rumah panggung tempat Nada kini sedang berkutat. Sesekali Nada melirik kepada jam dinding yang menempel pada dinding ruang televisi. Kebetulan dapur dengan ruang televisi itu hanya dibatasi oleh dinding penyekat yang terbuat dari kayu. Waktu sudah menunjukkan tujuh pagi. Tapi bocah lelaki yang sejak tadi Nada tunggu tidak kunjung juga kembali ke rumah."Apakah Gala belum bangun? Atau dia lupa jika hari ini ada kelas," monolog Nada pada dirinya sendiri. Ia segera menyelesaikan kegiatannya. Menata piring-piring di atas meja makan. Setelah selesai, Wanita itu bergegas berjalan keluar dari dapur. Namun langkahnya terhenti saat melewati ruang televisi. Siaran berita yang sedang berlangsung, cukup menarik perhatian Nada."Pagi ini CEO Perusahaan Wisnu Hutama akan melakukan sebuah proyek besar di daerah pusat kota. Beberapa proyek barunya akan membuka seribu lebih lowongan pekerjaan untuk masyarakat pribumi dan hal itu sanga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
29
DMCA.com Protection Status