Semua Bab Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya: Bab 81 - Bab 90

282 Bab

Bab 81

Kabut tebal masih menyelimuti langit perkampungan tempat Tuan Sangir berada. Lelaki yang berdiri di samping jendela kamar itu hanya terdiam menatap ke arah luar jendela. Benaknya mengembara jauh, tentang masalalu yang belum usai. Ingatan itu begitu membekas di dalam kepalanya."Sekar, Sekar, maafkan aku! Aku sama sekali tidak bermaksud melakukan hal itu padamu," lirih Tuan Sangir muda dengan wajah ketakutan. Ia tidak menemukan wanita bernama Sekar di dalam curamnya jurang. Hanya tanaman liar yang bergerombol di dasar jurang.Dengupan jantung Tuan Sangir memburu sangat cepat. Bahkan peluh hampir membanjiri seluruh tubuhnya. Lelaki itu sangat ketakutan sekali, padahal ia sama sekali tidak berniat untuk membunuh wanita yang sangat ia cintai.Suara tangis Danil yang saat itu masih bayi melengking keras. Tuan Sangir tidak bisa memenangkan bayi yang berada di dalam gendongannya, meskipun ia telah berusaha untuk membuat bayi itu terdiam."Diamlah, Nak! Aku mohon!" ucap Tuan Sangir kebingunga
Baca selengkapnya

Bab -82

Tuan Sangir membunuh kedua orang tua Sekar dengan cara membabi buta. Tapi sayangnya saat ia melakukan kejahatan itu ada seseorang yang memilihnya. Pemuda kampung yang kebetulan hendak mengantarkan obat untuk Danil yang saat itu sedang demam.Malam yang semakin larut membuat Tuan Sangir tidak bisa menemukan jejak pemuda yang mengetahui pembunuh itu. Akhirnya Tuan Sangir pasrah dan membawa Danil yang masih bayi, pada seorang wanita yang di tinggal di kampung cukup jauh' dari kampung tempat tinggal Tuan Sangir. Ia tidak mungkin membawa Danil kecil ke rumahnya."Apa ini, Tuan Sangir?" tanya wanita itu terkejut saat tiba-tiba Tuan Sangir memberikan bayi mungil itu pada wanita tersebut."Aku titip anak ini, jaga dia baik-baik. Aku yang akan mencukupi semua kebutuhannya nanti," ucap Tuan Sangir.Wanita dengan rambut disanggul itu menjatuhkan tatapan serius pada balita yang ada di dalam gendongannya dengan tatapan tegang. Ia hendak menolak, tapi ia sama sekali tidak memiliki keberanian tentan
Baca selengkapnya

Bab 83

Tubuh Asma luruh bersimpuh depan pintu. Debaran jantungnya berdegup tidak beraturan. Bahkan netranya masih basah bekas air mata yang mengalir. Pandangannya menatap pada dua lelaki yang berjalan meninggalkannya di depan pintu rumah. Setelah ia berhasil mempertahankan harga dirinya atas tawaran Tuan Sangir."Tidak ada yang mampu membeli keluargaku. Apalagi cintaku dengan Bang Wisnu," lirih Asma menyakinkan dirinya sendiri. Bahwa keputusan yang baru saja ia ambil adalah benar dan ia tidak akan menyesali hal itu.Sepersekian detik Asma terduduk. Wanita berkerudung coklat itupun segera bangkit dan masuk ke dalam rumah. Ia telah sepakat untuk menjual tanah berserta rumah yang selama ini ia tinggali untuk membiayai pengobatan Umi. Karena hanya itulah harta yang Asma miliki.Beberapa barang-barang telah Asma kemasi dalam kardus besar. Wisnu telah berjanji, sesaat lagi ia akan kembali ke rumah setelah mendapatkan mobil sewaan yang akan ia gunakan untuk mengangkut barang-barang itu ke rumah Umi
Baca selengkapnya

Bab 84

Degupan jantung Asma berpacu semakin cepat. Berjalan mondar mandir dengan perasaan takut di depan ruangan Dokter yang menangani Umi."Bagaimana ini, Mbak?" lirih Rani yang tidak kalah paniknya dengan Asma. Wanita berkerudung itu menoleh pada Rani dengan tatapan gusar."Kita tunggu Bang Wisnu dulu, Ran," balas Asma mencoba menenangkan Rani. Sekalipun hatinya sendiri sedang tidak baik-baik saja.Suara derit pintu mengalihkan tatapan Asma dan Rani. Kedua wanita bersaudara itu mempercepat langkah kakinya menghampiri Wisnu yang muncul dari balik pintu ruangan dokter yang terbuka. Diikuti langkah kaki Ustaz Azhar di belakang punggung Wisnu."Bang, apa yang Dokter katakan?" seloroh Asma menjatuhkan tatapan cemas pada Wisnu yang berdiri di depannya.Sepersekian detik Wisnu bungkam. Ia menatap lekat pada Asma. Wanita berkerudung coklat itu sekuat tenaga menahan gerombolan air mata yang memenuhi pelupuk matanya. Tubuhnya gemetaran dengan wajah penuh kekhawatiran."Operasi Umi gagal, As. Dokter
Baca selengkapnya

Bab 85

Wisnu berjalan cepat menghampiri Asma yang sudah menunggu di rumah sakit. Beberapa petugas kesehatan telah bersiap untuk menemani Umi ke Jakarta. Mobil ambulans pun sudah menunggu di luar."Bagaimana apakah semuanya sudah siap?" tanya Wisnu yang baru tiba pada Asma dan Rani yang terlihat gusar. Sementara Ustaz Azhar, tidak nampak diantara mereka."Sudah bang!" jawab Asma cepat. "Bagaimana, apakah Abang mendapatkan uangnya?" cetus Asma menjatuhkan tatapan penasaran. Kekhawatiran masih saja menyelimuti wajah wanita itu. "Dapat As, dapat!" balas Wisnu cepat. "Alhamdulillah!" Asma dan Rani berucap penuh rasa syukur. Kedua saudara itu terlihat sangat lega sekali."Ayo, As, kita harus segera membawa Umi," ajak Wisnu dengan nada memburui. "Iya Bang!" jawab Asma cepat. Asma segera memberikan aba-aba pada suster yang sudah bersiap mendorong rajang pasien di mana Umi berada. Mereka segera membawa Umi menuju mobil ambulans yang sudah menunggu._____Tuan Sangir menarik kedua sudut bibirnya t
Baca selengkapnya

Bab 86

"Ibu harus menjaga Uwak Sarto. Tadi dia menyerang seseorang di perkebunan teh. Untung ada aku yang melihat, jadi bisa menolong orang itu," ucap Ustaz Azhar dengan nada kesal pada Ibu Fatimah yang terduduk lesu pada bangku di ruang tamu rumahnya."Lebih baik, uwak Sarto jangan dibiarkan keluar, Bu!" imbuh Ustaz Azhar mejatuhkan tubuhnya duduk pada bangku yang berada di depan Ibu Fatimah. Wanita itu menatap sesaat pada Ustaz Azhar. Lalu membuang nafas berat."Uwak kamu itu tidak gila, Azhar. Dia hanya trauma. Apalagi setelah kematian Kakek kamu yang dibunuh. Jadi dia selalu berpikir seperti itu," tutur Ibu Fatimah, raut wajahnya berubah sedih. Seperti paham betul apa yang adik satu-satunya rasakan.Ustaz Azhar menatap sesaat lalu membuang nafas berat. "Aku tau Bu, tapi Iwak Sarto sudah membahayakan orang lain," debat Ibu Fatimah.Lagi-lagi wanita berkerudung hitam itu hanya bisa terdiam. Ia tidak memiliki alasan untuk membela apa yang telah Uwak Sarto lakukan. Sebenarnya, selama beberap
Baca selengkapnya

Bab 87

"Nad!" ucap Wisnu dengan bibir bergetar. Wanita yang duduk di kursi roda itu hanya terdiam menjatuhkan tatapan datar pada Wisnu. Namun tatapan itu cukup membuat nyali Wisnu sebagai seorang lelaki menciut. Ia terlihat menjadi salah tingkah."A, apa yang sedang kamu lakukan di sini, Nad?" cetus Wisnu terbata. "Lama tidak jumpa Mas?" celetuk Nada datar. Ucapan itu membuat Wisnu menjadi semakin salah tingkah. "Rupanya dunia ini memang sangat sempit sekali, Mas. Aku tidak menyangka jika kita akan bertemu di sini," imbuh Nada dengan nada sinis."Hari ini adalah jadwalku untuk melepaskan perban di kakiku," imbuh Nada menarik kedua sudut bibirnya sinis.Wisnu mematung sesaat. Ia bergegas keluar dari dalam lift, karena ada beberapa orang yang juga hendak masuk."Aku akan mengantarkan kamu," celetuk Wisnu seperti orang yang kebingungan.Nada terdiam, menatap seksama lelaki yang berdiri di depanya. "Apakah kamu yakin, Mas?" celetuk Nada. Sepesekian detik Wisnu hanya terdiam. Lelaki itu bergegas
Baca selengkapnya

Bab 88

"Wak Sarto!""Wak Sarto!"Suara teriakan itu menggema memacah suara derasnya hujan yang turun. Petir yang menyambar saling bersahutan bersamaan dengan seruan nama Wak Sarto yang dikumandangkan oleh para penduduk kampung. Mereka bersorak mencari keberadaan lelaki yang memiliki gangguaan kejiwaan itu. Danil melonjak dengan wajah waspada. Suara panggilan itu terdengar hingga ke telinganya. "Sudah di sini saja!" cegah lelaki berambut gondrong mejatuhkan tatapan tagang pada Danil saat Danil terlihat semakin penasaran.Rasa kebingungan dan penasaran bercampur menjadi satu. Semetara suara itu terdengar semakin mendekat ke rumah tempat Danil berada saat ini. "Bagaimana kamu tau nama itu?" cetus Uwak Sarto mengalihkan tatapan Danil. Lelaki bertubuh jangkung itu terlihat cemas dan penasaran. Kedua matanya sedikit membuka."Aku akan melihat sebentar ke depan," ucap Danil hendak bangkit. Tapi sayangnya dengan cepat sebuah tangan menjegal pergelangan tangannya. "Tetap di sini, atau kamu akan m
Baca selengkapnya

Bab 89

"Danil, apa yang kamu lakukan?" sentak Tuan Sangir bangkit. Satu tangannya memegangi sudut bibirnya yang berdarah. Wajahnya terkejut menatap pada Danil. Danil mencengkram kerah baju yang Tuan Sangir kenakan. "Dasar pembunuh!" hardik Danil, rahangnya mengeras dengan wajah merah menyala. "Kamu pikir aku tidak tau apa yang sudah kamu lakukan selama ini?" sentak Danil, amarahnya semakin meledak-ledak."Tuan Sangir, Tuan Danil?" Hamzah datang berlari tergopoh-gopoh. Lelaki itu terkejut mendapati Danil yang hendak menjatuhkan tinjuan untuk yang kesekian kalinya pada Tuan Sangir."Cukup, Tuan Danil! Hentikan!" titah Hamzah. Suara berat lelaki itu menggema di seluruh penjuru. Ia menarik paksa tubuh' Danil, lalu menghempaskannya hingga terpelanting ke ujung beranda rumah. Sebelum tinjuannya mengenai Tuan Sangir.Tuan Sangir terengah-engah. Dadanya bergemuruh, bergerak naik turun. Cengkraman tangan Danil cukup menyayat kulit lehernya, mungkin terkena kuku-kuku tajam Danil. Darah segar mengalir
Baca selengkapnya

Bab 90

"Tidak tolong lepaskan aku!" teriak suara menggelegar itu mengalihkan semua tatapan mata ke arah ujung jalan menuju Villa. Seorang lelaki berambut gondrong yang hampir menutupi seluruh bagian wajahnya meronta tak kala seorang pekerja di perkebunan menarik tubuhnya paksa menuju halaman Villa."Lepaskan aku sialan!" sentak lelaki berambut gondrong yang sama sekali tidak dihiraukan oleh lelaki bertubuh tegap itu. "Tuan, saya mohon Tuan, lepaskan adik saya!" seru seorang wanita berjalan cepat mengekori langkah lelaki yang menyeret tubuh Wak Sarto. Dengan berlinang air mata, Ibu Fatimah terus memohon.Lelaki bertubuh tegap itu menghempaskan tubuh Wak Sarto di depan para lelaki berambut gondrong yang berbaris di depan halaman Villa.Danil memperhatikan dengan seksama lelaki dengan wajah yang tertutup oleh sedikit rambutnya itu. Perlahan Danil menurunkan langkah kakinya dari anak tangga menuju halaman. "Lelaki ini yang sudah mengatakannya kepadaku," lirih Danil mengacungkan jari telunjukn
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
29
DMCA.com Protection Status