10 Tahun kemudian.Nada akhirnya bisa terbiasa hidup di daerah pedalaman. Sesuatu yang selama ini ia anggap sulit, kini menjadi hal yang sangat biasa saja untuk Nada. Meskipun di perkebunan itu hanya ada kediamannya dan Paman Tek, lelaki yang selama ini membantu Nada dan Tuan Seno selama mereka tinggal di sana. Tidak hanya itu Nada juga telah berhasil mendidik bocah lelaki bernama Gala yang kini telah duduk di bangku kelas 2 menengah atas. Tapi bukan disekolah umum seperti anak-anak pada umumnya. Melainkan homeschooling seperti apa yang Tuan Seno janjikan dulu. Meskipun Gala hanya bersekolah di rumah, tapi bocah lelaki itu sangat pandai sekali. Karena ia dididik langsung oleh guru-guru hebat pilihan Tuan Seno. Kecerdasan dan ketangkasan Gala membuat Tuan Seno semakin menyayanginya.Sejak tadi Tuan Seno mencari keberadaan Gala. Bocah lelaki itu tiba-tiba saja menghilang dari rumah. Biasanya di pagi seperti ini Gala akan menghabiskan waktunya di depan layar televisi."Kakek, sedang apa
Ketakutan semakin memenuhi benak Nada. Rasa kantuk yang sempat datang menyergap, kini tiba-tiba saja hilang dan musnah. Ia hampir dibuat gila. Apa yang ia takutkan selama ini sudah ada di depan mata. Wisnu telah bangkit dari keterpurukan. Ia menjelma menjadi seorang pengusaha yang sukses. Bahkan beberapa usahanya mulai merambah sektor-sektor penting di negara ini. Tidak memungkinkan, Jika Wisnu suatu saat nanti bisa mengembangkan perusahaannya hingga ke kancah luar negeri.Iklan yang baru saja Nada lihat seperti memaju detak jantungnya lebih cepat. Ia segera menutup laptop yang telah mati dan mematikan sambungan wi-fi yang terhubung di rumahnya. Beberapa saat ia mengatur nafasnya yang hampir terputus."Gala tidak boleh mengetahui hal ini. Tidak boleh!" guman Nada penuh dengan ketakutan. Degupan jantungnya bertalu-talu. Beberapa kali Nada menghela nafas panjang. Mencoba menenangkan gemuruh yang memenuhi dadanya."Tenang Nada, tenang! Percayalah semuanya akan baik-baik saja. Kakek past
Matahari telah meninggi. Aroma masakan menyeruak memenuhi dapur di rumah panggung tempat Nada kini sedang berkutat. Sesekali Nada melirik kepada jam dinding yang menempel pada dinding ruang televisi. Kebetulan dapur dengan ruang televisi itu hanya dibatasi oleh dinding penyekat yang terbuat dari kayu. Waktu sudah menunjukkan tujuh pagi. Tapi bocah lelaki yang sejak tadi Nada tunggu tidak kunjung juga kembali ke rumah."Apakah Gala belum bangun? Atau dia lupa jika hari ini ada kelas," monolog Nada pada dirinya sendiri. Ia segera menyelesaikan kegiatannya. Menata piring-piring di atas meja makan. Setelah selesai, Wanita itu bergegas berjalan keluar dari dapur. Namun langkahnya terhenti saat melewati ruang televisi. Siaran berita yang sedang berlangsung, cukup menarik perhatian Nada."Pagi ini CEO Perusahaan Wisnu Hutama akan melakukan sebuah proyek besar di daerah pusat kota. Beberapa proyek barunya akan membuka seribu lebih lowongan pekerjaan untuk masyarakat pribumi dan hal itu sanga
Mobil yang Nada kendarai bersama dengan lelaki bernama Tagor itu akhirnya tiba di pusat kota. Keadaan pasar memang sangat ramai sekali, sepertinya sedang ada acara yang berlangsung di sana. Sepanjang mata memandang ia tidak melihat mobil yang Paman Tek bawa. Wanita yang berada di dalam mobil Jeeb berwarna biru tua itupun semakin gusar."Bagaimana bisa kita menemukan Gala di sini, Tagor!" keluh Nada dengan wajah kacau. Netranya menatap ke sekeliling pasar. Ribuan orang berkumpul di bazar pasar murah yang sedang berlangsung.Lelaki bertubuh gempal itu terdiam untuk sesaat. Ia menjatuhkan tatapan yang sama seperti Nada. Wajahnya nampak berpikir keras."Kita coba saja mencari Mina dan Tek, siapa tahu Gala sedang bersama mereka," jawab Tagor mengalihkan tatapannya kepada Nada. Wanita yang saat ini dilanda kegusaran yang hebat.Wanita berkerudung merah muda itu mengangguk mantap. "Hubungi aku jika kamu menemukan Gala!" ucap Nada penuh penekanan. Tagor mengangguk mantap dan segera turun dari
Sepanjang perjalanan Nada terdiam memasang wajah kesal. Bocah lelaki yang duduk pada bangku di belakang kemudi memilih untuk bungkam dengan wajah takut. Ia tau, pasti setelah ini wanita yang duduk di samping Tagor itu akan marah besar kepadanya atas tindakannya yang diam-diam mengikuti Bik Mina dan Paman Tek pergi ke kota."Gala, apakah kamu sudah makan?" celetuk Tagor memecah keheningan yang tercipta. Lelaki bertubuh gempal yang dipenuhi otot itu menatap iba pada Gala dari kaca yang berada di atas kemudi.Dengan cepat bocah lelaki berkaos putih itu mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk. "Su-sudah Paman!" balas Gala cepat.Kruk ... Kruk ...Bunyi keroncongan perut Gala cukup memberikan jawaban atas kebohongan bocah lelaki itu. Wajah Gala tercekat, satu tangannya memegang perutnya. Ia nampak kesal, karena perutnya yang telah berbunyi tidak tepat pada waktunya.Nada membuang nafas berat. Kediamannya meredam amarah, menjadi sebuah rasa bersalah. Ia tidak bisa membayangkan bagaima
Lelaki pemilik lesung pipi itu menghempaskan kasar tubuhnya pada bangku. Netranya menatap pada langit-langit ruangan. Namun benaknya sedang mengembara jauh. Harusnya saat ini Wisnu berbahagia, karena apa yang telah Ia perjuangkan selama sepuluh tahun terakhir membuahkan hasil. Perusahan yang hampir saja bangkrut itu kini telah kembali bangkit dan berkembang begitu pesat. Pelan tapi pasti, perusahan Wisnu Hutama hampir menduduki posisi yang setara dengan perusahaan-perusahan terbaik di Indonesia. Perusahaan yang telah berganti nama itu, kini mulai menemukan kejayaannya.Satu tangan Wisnu memijat keningnya yang tidak berdeyut. Netranya tertutup rapat. Satu persatu bayangan di masalalu kembali terputar di dalam memorinya. Tentang wanita yang sangat ia cintai dan bayi lelaki, darah dagingnya yang hilang di bawa Nada.Setalah sekian lama mencari, ia sama sekali tidak dapat menemukan keberadaan Nada dan Tuan Seno. Bahkan perusahaan lelaki konglomerat itupun mendadak diambil alih oleh orang
Pagi-pagi sekali Gala telah sibuk. Tidak seperti biasanya, di akhir pekan ia akan menghabiskan waktunya untuk tidur atau bermain dengan Benu. Tapi kali ini, bocah lelaki pemilik lesung pipi yang sama persis seperti dengan Wisnu terlihat sudah sangat rapi sekali dengan celana jeans dan kemeja kotak-kotak yang melekat pada tubuhnya. Sesekali ia memutar tubuhnya di depan cermin ke kiri dan ke kanan."Gala!"Nada terkejut melihat putranya sudah sangat rapi sekali. Ia menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala bocah lelaki yang masih berdiri di depan cermin. Dengan santai Gala masih menyisir rambutnya kebelakang. Ia menggunakan minyak rambut, agar rambutnya tidak berhambur menjadi poni yang menutupi keningnya. Karena rambutnya yang lembut mudah sekali berantakan."Kamu mau kemana?" cetus Nada penasaran."Aku hanya ingin pergi sama Kakek, Bu!" jawab Gala dengan nada santai. Ketakutan yang kerap kali menguar saat ingin meninggalkan rumah. Kini mendadak menghilang. Ia memiliki malaikat peli
"Papamu sudah meninggal saat kamu masih berada di dalam kandungan Ibumu dan semua foto-foto tentang Papamu sudah hilang saat kita semua pindah ke sini."Tuan Seno menjelaskan sebuah kebohongan besar kepada Gala. Agar bocah lelaki itu berhenti menanyakan keberadaan Wisnu. Tuan Seno sudah berjanji pada dirinya sendiri akan membalas perbuatan Wisnu yang telah menyakiti Nada, seumur hidupnya. Ia akan menyiksa Wisnu perlahan tapi pasti.Sejak beberapa saat yang lalu Nada berjalan mondar-mandir di depan beranda rumah. Waktu berjalan seolah melambat. Hampir menjelang malam, mobil Tuan Seno tidak juga kunjung kembali. Membuatnya semakin dilanda kekhawatiran."Paman Tek!" teriak Nada pada lelaki berkulit hitam yang melintas di jalan depan rumah panggungnya."Iya Nyonya!" balas Paman Tek menoleh ke arah Nada yang berdiri di bernada rumah."Apakah Wifi-nya sudah dibenarkan?" tanya Nada, sejak hujan deras yang terjadi dua hari yang lalu wi-fi di rumah nada memang tidak bisa digunakan. Ia sama sek