Ketakutan semakin memenuhi benak Nada. Rasa kantuk yang sempat datang menyergap, kini tiba-tiba saja hilang dan musnah. Ia hampir dibuat gila. Apa yang ia takutkan selama ini sudah ada di depan mata. Wisnu telah bangkit dari keterpurukan. Ia menjelma menjadi seorang pengusaha yang sukses. Bahkan beberapa usahanya mulai merambah sektor-sektor penting di negara ini. Tidak memungkinkan, Jika Wisnu suatu saat nanti bisa mengembangkan perusahaannya hingga ke kancah luar negeri.Iklan yang baru saja Nada lihat seperti memaju detak jantungnya lebih cepat. Ia segera menutup laptop yang telah mati dan mematikan sambungan wi-fi yang terhubung di rumahnya. Beberapa saat ia mengatur nafasnya yang hampir terputus."Gala tidak boleh mengetahui hal ini. Tidak boleh!" guman Nada penuh dengan ketakutan. Degupan jantungnya bertalu-talu. Beberapa kali Nada menghela nafas panjang. Mencoba menenangkan gemuruh yang memenuhi dadanya."Tenang Nada, tenang! Percayalah semuanya akan baik-baik saja. Kakek past
Matahari telah meninggi. Aroma masakan menyeruak memenuhi dapur di rumah panggung tempat Nada kini sedang berkutat. Sesekali Nada melirik kepada jam dinding yang menempel pada dinding ruang televisi. Kebetulan dapur dengan ruang televisi itu hanya dibatasi oleh dinding penyekat yang terbuat dari kayu. Waktu sudah menunjukkan tujuh pagi. Tapi bocah lelaki yang sejak tadi Nada tunggu tidak kunjung juga kembali ke rumah."Apakah Gala belum bangun? Atau dia lupa jika hari ini ada kelas," monolog Nada pada dirinya sendiri. Ia segera menyelesaikan kegiatannya. Menata piring-piring di atas meja makan. Setelah selesai, Wanita itu bergegas berjalan keluar dari dapur. Namun langkahnya terhenti saat melewati ruang televisi. Siaran berita yang sedang berlangsung, cukup menarik perhatian Nada."Pagi ini CEO Perusahaan Wisnu Hutama akan melakukan sebuah proyek besar di daerah pusat kota. Beberapa proyek barunya akan membuka seribu lebih lowongan pekerjaan untuk masyarakat pribumi dan hal itu sanga
Mobil yang Nada kendarai bersama dengan lelaki bernama Tagor itu akhirnya tiba di pusat kota. Keadaan pasar memang sangat ramai sekali, sepertinya sedang ada acara yang berlangsung di sana. Sepanjang mata memandang ia tidak melihat mobil yang Paman Tek bawa. Wanita yang berada di dalam mobil Jeeb berwarna biru tua itupun semakin gusar."Bagaimana bisa kita menemukan Gala di sini, Tagor!" keluh Nada dengan wajah kacau. Netranya menatap ke sekeliling pasar. Ribuan orang berkumpul di bazar pasar murah yang sedang berlangsung.Lelaki bertubuh gempal itu terdiam untuk sesaat. Ia menjatuhkan tatapan yang sama seperti Nada. Wajahnya nampak berpikir keras."Kita coba saja mencari Mina dan Tek, siapa tahu Gala sedang bersama mereka," jawab Tagor mengalihkan tatapannya kepada Nada. Wanita yang saat ini dilanda kegusaran yang hebat.Wanita berkerudung merah muda itu mengangguk mantap. "Hubungi aku jika kamu menemukan Gala!" ucap Nada penuh penekanan. Tagor mengangguk mantap dan segera turun dari
Sepanjang perjalanan Nada terdiam memasang wajah kesal. Bocah lelaki yang duduk pada bangku di belakang kemudi memilih untuk bungkam dengan wajah takut. Ia tau, pasti setelah ini wanita yang duduk di samping Tagor itu akan marah besar kepadanya atas tindakannya yang diam-diam mengikuti Bik Mina dan Paman Tek pergi ke kota."Gala, apakah kamu sudah makan?" celetuk Tagor memecah keheningan yang tercipta. Lelaki bertubuh gempal yang dipenuhi otot itu menatap iba pada Gala dari kaca yang berada di atas kemudi.Dengan cepat bocah lelaki berkaos putih itu mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk. "Su-sudah Paman!" balas Gala cepat.Kruk ... Kruk ...Bunyi keroncongan perut Gala cukup memberikan jawaban atas kebohongan bocah lelaki itu. Wajah Gala tercekat, satu tangannya memegang perutnya. Ia nampak kesal, karena perutnya yang telah berbunyi tidak tepat pada waktunya.Nada membuang nafas berat. Kediamannya meredam amarah, menjadi sebuah rasa bersalah. Ia tidak bisa membayangkan bagaima
Lelaki pemilik lesung pipi itu menghempaskan kasar tubuhnya pada bangku. Netranya menatap pada langit-langit ruangan. Namun benaknya sedang mengembara jauh. Harusnya saat ini Wisnu berbahagia, karena apa yang telah Ia perjuangkan selama sepuluh tahun terakhir membuahkan hasil. Perusahan yang hampir saja bangkrut itu kini telah kembali bangkit dan berkembang begitu pesat. Pelan tapi pasti, perusahan Wisnu Hutama hampir menduduki posisi yang setara dengan perusahaan-perusahan terbaik di Indonesia. Perusahaan yang telah berganti nama itu, kini mulai menemukan kejayaannya.Satu tangan Wisnu memijat keningnya yang tidak berdeyut. Netranya tertutup rapat. Satu persatu bayangan di masalalu kembali terputar di dalam memorinya. Tentang wanita yang sangat ia cintai dan bayi lelaki, darah dagingnya yang hilang di bawa Nada.Setalah sekian lama mencari, ia sama sekali tidak dapat menemukan keberadaan Nada dan Tuan Seno. Bahkan perusahaan lelaki konglomerat itupun mendadak diambil alih oleh orang
Pagi-pagi sekali Gala telah sibuk. Tidak seperti biasanya, di akhir pekan ia akan menghabiskan waktunya untuk tidur atau bermain dengan Benu. Tapi kali ini, bocah lelaki pemilik lesung pipi yang sama persis seperti dengan Wisnu terlihat sudah sangat rapi sekali dengan celana jeans dan kemeja kotak-kotak yang melekat pada tubuhnya. Sesekali ia memutar tubuhnya di depan cermin ke kiri dan ke kanan."Gala!"Nada terkejut melihat putranya sudah sangat rapi sekali. Ia menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala bocah lelaki yang masih berdiri di depan cermin. Dengan santai Gala masih menyisir rambutnya kebelakang. Ia menggunakan minyak rambut, agar rambutnya tidak berhambur menjadi poni yang menutupi keningnya. Karena rambutnya yang lembut mudah sekali berantakan."Kamu mau kemana?" cetus Nada penasaran."Aku hanya ingin pergi sama Kakek, Bu!" jawab Gala dengan nada santai. Ketakutan yang kerap kali menguar saat ingin meninggalkan rumah. Kini mendadak menghilang. Ia memiliki malaikat peli
"Papamu sudah meninggal saat kamu masih berada di dalam kandungan Ibumu dan semua foto-foto tentang Papamu sudah hilang saat kita semua pindah ke sini."Tuan Seno menjelaskan sebuah kebohongan besar kepada Gala. Agar bocah lelaki itu berhenti menanyakan keberadaan Wisnu. Tuan Seno sudah berjanji pada dirinya sendiri akan membalas perbuatan Wisnu yang telah menyakiti Nada, seumur hidupnya. Ia akan menyiksa Wisnu perlahan tapi pasti.Sejak beberapa saat yang lalu Nada berjalan mondar-mandir di depan beranda rumah. Waktu berjalan seolah melambat. Hampir menjelang malam, mobil Tuan Seno tidak juga kunjung kembali. Membuatnya semakin dilanda kekhawatiran."Paman Tek!" teriak Nada pada lelaki berkulit hitam yang melintas di jalan depan rumah panggungnya."Iya Nyonya!" balas Paman Tek menoleh ke arah Nada yang berdiri di bernada rumah."Apakah Wifi-nya sudah dibenarkan?" tanya Nada, sejak hujan deras yang terjadi dua hari yang lalu wi-fi di rumah nada memang tidak bisa digunakan. Ia sama sek
Nada akhirnya mengizinkan Gala untuk mengenyang pendidikan di sebuah sekolah umum yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bocah lelaki itu sangat bersemangat sekali. Akhirnya apa yang ia inginkan dapat terwujud. Bersekolah di sekolah umum dan memiliki banyak teman."Paman Tek yang akan mengantarkan Gala setiap hari ke sekolah, Nad! Jadi kamu tidak perlu repot-repot. Kamu bisa berfokus dengan buku-buku yang kamu tulis," ucap Tuan Seno pada wanita yang duduk di depan layar laptop itu. Nada menoleh menatap pada Tuan Seno."Hem!" Nada mengangguk lembut.Nada setuju dengan saran Tuan Seno. Memang tidak mudah bagi Nada membagi waktunya jika Gala bersekolah di sekolah umum. Ada beberapa buku yang harus ia selesaikan dalam waktu dekat. Pasti ia tidak sempat untuk mengantar Gala. Selain untuk mengisi kejenuhan, Nada juga sangat menyukai dalam hal kepenulisan. Selama ia bersembunyi, Nada sudah membuat beberapa karya buku cetak. Tanpa ada satupun orang yang tau siapa penulis di balik bu
Tidak ada yang bisa menyembuhkan kerinduan kecuali pertemuan. Segalanya nelangsa sirna, saat raga mampu mendekap tubuh yang terkasih secara sempurna. Jarak yang membelah, kini hanya menjadi sepenggal cerita manis. Melebur menjadi sebuah kisah bahagia."Ibu!" Gala terisak di dalam pelukan Nada. Tangis dua manusia yang tidak memiliki hubungan darah itu pecah. Menumpahkan segala dahaga yang selama ini tertahan."Maafkan ibu, Gala!" lirih Nada di sela-sela tangisannya. "Jangan tinggalkan ibu!" pinta Nada, memohon.Gala mengusap lembut pipi Nada yang basah oleh air mata. Menjatuhkan tatapan teduh pada wanita yang lebih tinggi darinya itu."Tidak Bu, aku tidak akan meninggalkan ibu!" ucap Gala, suaranya terdengar sumbang. Karena terlalu banyak menangis.Wisnu yang mematung di halaman rumah hanya terdiam seraya menarik sebelah sudut bibirnya tersenyum kecil. Ia tidak menyangka jika darah dagingnya bisa sesayang itu pada Nada. Wanita yang telah ia benci selama ini._____Satu bulan telah berl
Nada memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Melihat ke arah wanita dengan setelan seragam kerja yang sedang menatap ke arahnya."Saya sedang mencari pemilik apartemen ini?" Nada mengarahkan jari telunjuknya pada pintu apartemen yang ada di depannya."Saya pemilik apartemen ini!" jawab Hanum dengan tatapan sedikit bingung. Tetapi entah mengapa ia merasa pernah melihat sosok Nada sebelumnya. Tetapi lupa di mana ia pernah melihatnya.Kepulan asap putih dari gelas yang berada di depan Nada menyeruak ke udara. Aroma terapi Jasmine sedikit menghilangkan perasaan khawatir yang sejak tadi melanda hati Nada."Saya Nada, saya mencari keberadaan Gala?" seloroh Nada setelah meletakkan gelas teh yang baru saja ia sesap.Wajah Hanum berubah sesaat. Tatapan yang sulit sekali untuk Nada artikan."Apakah anda orang itu?" celetuk Hanum menebak. Puzzle kisah cinta segitiga Wisnu, Asma dan wanita yang duduk di sudut bangku ruangannya telah sempurna. Sekarang ia bisa membingkainya dengan baik.Dari pert
Cuaca panas tidak hanya terjadi di kota Medan. Hampir di seluruh kota yang berada di Indonesia. Hal seperti ini akan terjadi selama kurang lebih enam bulan ke depan. Hingga musim kemarau berakhir dan berganti dengan musim penghujan.Pengacara Arif membawa Nada menuju sebuah restauran cepat saji yang berada di pusat kota. Sebuah restoran yang menjual makan khas Padang."Nyonya mau makan apa?" ucap pengacara Arif mengalihkan tatapannya dari buku menu pada Nada. "Terserah Pak Arif saja," balas Nada tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Wanita itu melipat kedua tangannya di atas meja. Netranya terus mengawasi Sekertaris Arif yang semakin lama menjadi salah tingkah oleh tatapan Nada.Setelah memesan makanan lelaki itu mulia dengan tujuannya untuk mendatangi Nada ke pulau seberang.Wajah pengacara yang tidak lagi muda itu berubah lesu, penuh dengan penyesalan. Sesekali ekor matanya melirik pada Nada yang sejenak tadi mengawasinya dengan tatapan tidak suka."Saya minta maaf, Nyonya Nada. Karen
Tubuh Gala terhuyun jatuh di lantai. Wisnu tidak sempat menghalangi peluru yang hendak menembus dada Gala. Timah panas itu melesat cepat dan berhenti tepat di jantung Gala."Gala, bangun Gala!" Wisnu menarik tubuhnya Gala di atas pangkuannya. Dar*h dengan cepat menyebar pada bagian dada Gala yang tertembus timah panas. Kemeja putih yang Gala kenakan, berubah warna menjadi merah dar*h"Polisi, tolong!" teriak Wisnu panik.Wajah Danil mendadak berubah cemas. Para polisi yang sejak tadi memang mengintai cepat mengeluarkan diri dari persembunyiannya. "Sialan!" decak Danil meradang. Beberapa lelaki berseragam kepolisian muncul satu persatu masuk ke dalam ruangannya."Gala, bangun Gala!" Wisnu mengucang tubuh' Gala. Nafasnya yang mulia melemah membuat Wisnu semakin takut.Kedipan mata Gala melemah. Sakit yang mendadak menyiksanya, perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya."Ibu ....!" lirih Gala sebelum akhirnya ia memejamkan kedua matanya dan tidak sadarkan diri."Gala, bangun!" teriak Wisnu
Memilih tidak menceritakan apapun pada Wisnu adalah pilihan Gala. Sekalipun lelaki itu terus mendesaknya dan hampir seperti memaksa. Tetapi Gala tetap menyimpan permasalahan yang terjadi antara dirinya dan Danil sendirian.Berita kematian Gala semakin menyebar luas. Setelah sebulan berlalu di temukannya mobil yang Gala kendarai meringsek ke dalam jurang. Meskipun jenazah Gala tidak di temukan, tetapi media membuat berita sedemikian rupa. Jurang yang dalam menjadi dugaan tempat jasad Gala berada. Apalagi di bawah jurang itu ada aliran sungai yang cukup deras. Membuat pihak sars menyudahi pencarian setelah semua usaha tidak mendapatkan hasil.Selama pemulihan Gala memilih bersembunyi di rumah Wisnu. Hanya lelaki itulah yang menjadi andalan Gala saat ini. Menghilang dari Danil agar lelaki itu senang karena mengetahui jika Gala telah tiada."Sudah tidak terlalu sakit, Hanum!" suara yang terdengar seperti rengekan itu menghentikan langkah kaki Wisnu yang hendak menuju pintu utama rumah.Ke
Aroma anyir menusuk pangkal hidung Wisnu. Perlahan setelah kesadarannya kembali. Tetapi entah mengapa kepalanya terasa sangat sakit sekali. Tanpa sadar, tangan kanan Wisnu memegangi sudut pelipisnya. Dan ia bisa merasakan ada sesuatu yang keluar dari pelipis lelaki itu dan sangat perih sekali.Wisnu membiarkan tubuhnya terbaring di atas rerumputan beberapa saat. Rekaman kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu berputar kembali di dalam kepalanya. Bergegas ia bangkit saat teringat dengan Gala dan mobil yang terperosok hampir masuk ke dalam jurang."Gala, di mana dia?" Wisnu bangkit dengan wajah panik duduk di atas rerumputan. Tatapannya menyapu ke sekeliling tebing. Tetapi ia tidak melihat keberadaan Gala. Hanya sebuah mobil yang terangkut pada pohon yang ada di bibir jurang.Perasaan khawatir seketika menguasai Wisnu. Seingatnya sebelum mobil yang kini tersangkut pada pohon yang berada di tepi jurang itu meringsek, Wisnu telah mendorong tubuh Gala ke arah pintu. Tetapi dia tidak
Setelah Danil menolak ajakan sarapan paginya, Gala terpaksa menikmati serapan itu sendirian. Sebenarnya ia tahu, pasti Danil saat itu sangat marah karena niatannya untuk menyingkirkan Gala tidak berhasil. Sementara nasib Bibik, Gala belum tahu pasti. Yang jelas wanita itu pasti kena hukuman berat. Begitu dugaan Gala.Ekor mata Gala melirik pada jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Masih ada waktu yang cukup lama untuk ia berangkat ke kantor.Rasa penasaran masih menganggu pikiran Gala. Tegang surat wasiat yang Nada katakan kepadanya. Jika sebenarnya dirinyalah pewaris utama seluruh harta Tuan Seno. Tetapi sampai detik ini, Gala tidak menemukan di mana lelaki bertubuh jangkung itu menyembunyikan surat wasiat itu.Cukup pelan Gala menyeret langkah kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Danil. Dugaan Gala kali ini, Danil menyembunyikan surat wasiat itu di dalam kamarnya. Hanya ada dua tempat di rumah itu yang memungkinkan Danil menyimpan sesuatu. Yaitu ruang ke
Bergegas Gala turun dari bangku. Memperhatikan dengan seksama kucing berwarna orange yang mendadak kejang dengan mulut berbusa. Melihat dari tanda-tandanya kucing itu sepertinya mengalami keracunan."Tidak salah lagi!" guman Gala yakin dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Jika ada seseorang yang menginginkannya mati.Gala bangkit berdiri. Tatapannya tajam melihat ke arah makanan yang tersaji di atas meja makan. Beruntungnya belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam mulut Gala. "Aku harus lebih berhati-hati lagi!" monolog Gala dengan tatapan serius.____Danil menatap terkejut saat baru kembali ke rumah. Pemuda tampan itulah yang membukakan pintu rumah untuknya. Keringat dingin seketika membahasi sekujur tubuh Danil.Sepersekian detik Danil mematung di depan pintu rumah. Menatap pada Gala yang tengah melemparkan senyuman kepadanya dengan wajah yang sedikit malas khas seorang yang baru bangun dari tidur."Ayah, kenapa pulang larut malam sekali?" seloroh Gala terdengar malas. Ke
"Gala kamu kenapa?" seloroh Wisnu.Gala terseret kembali dari lamunannya. Sekarang ia sudah menemukan siapa wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. Jawaban yang sudah sangat jelas sekali.Tidak terasa sudut mata Gala pun telah basah. Cepat ia mengusap genangan itu agar tidak berjejak. Ia tidak ingin Wisnu melihat hal itu.Bagaimana tidak sakit, menemukan wanita yang telah melahirkannya tetapi dalam perpisahan yang menyakitkan. Hanya sebait kenangan yang bisa Gala ingat. Jika Asma juga tidak kalah sayangnya kepadanya. Hingga hampir gila saat Nada mengambil Gala dari kehidupannya."Aku banyak sekali bersalah pada Asma." Helaan nafas Wisnu terdengar jelas. Suaranya yang menggelar terdengar penuh kesedihan.Kerongkongan Gala terasa kering. Hanya sedikit ia menelan salivanya. Selebihnya, tatapan matanya tidak beralih sedikitpun dari Wisnu."Memangnya kesalahan apa yang sudah Om Wisnu lakukan?" ucap Gala."Banyak Gala. Kesalahanku sudah tidak termaafkan oleh Asma." Tatapan mata Wisnu meli