*** "Ma, Pa ini rumah baru kita, belum jadi milik kita sih!" ujarku dengan tersenyum kaku. "Kita mulai dari awal lagi, Nak." Papa mengusap punggungku. Kami masuk di dampingi oleh pemilik rumah, dan di perlihatkan beberapa ruangan yang sangat unik. Mutiara terlihat sangat senang, di sini banyak mainan anak-anak yang tidak di bawa oleh pemilik rumah. "Terima kasih, Pak. Untuk sisa pembayaran, akan saya transfer seminggu lagi." Aku mengatakannya dengan tidak enak hati. "Santai, Mbak. Semoga betah, bisa di beli," ujarnya dengan senyum mengembang, "ya, sudah, saya permisi dulu. Mari, Pak, Bu."Kami melanjutkan dengan menata baju-baju, mengganti sprai, dan gorden yang terlihat usang. Lalu, kami melihat sekitar untuk kedua kalinya. "Kayaknya, mama bakalan betah. Tempatnya asri dan luas, di belakang bisa kita tanami bunga dan lainnya." Mama terlihat terlalu antusias. "Ma, aku langsung liat cafe, ya. Supaya bisa cepat beroperasi, dan bisa menopang keuangan keluarga kita." Aku pamit beran
Read more