"Yang lain ke mana, Mas?" tanyaku. Mas Kelvin diam saja, dan menatap sendu ke arahku, merasa ada yang tidak beres, aku duduk dengan memaksakan diri. "Mas!" bentakku. Mas Kelvin tersentak, dia menghembuskan napas berat dan bibirnya terbuka. Lalu, wajahnya berpaling, berdiri dan hendak pergi. "Mas! Tolong jawab aku, ke mana yang lainnya. Reinaldi, orang tuaku, mertuaku, Mutiara?" tanyaku penuh emosi. "Sembuhkan dirimu dulu," ujarnya, kemudian keluar dari ruangan. Terdengar pintu di kunci dari luar, membuatku kesal semakin menjadi. Ada apa semua ini, sehingga jadi seperti ini. Aku beringsut, untuk turun. Kepala yang terasa pusing, hampir membuatku limbung. "Mas! Kenapa kamu kunci, apa salahku? Kamu kenapa sih!" teriakku. Perih dan terasa sakit di bagian perut, terasa sesuatu yang mengalir. Aku memanggil, Mas Kelvin dengan merintih. Tidak terdengar suara dari luar, mungkin dia sudah pergi meninggalkanku. "Mas, sakiiit!" rintihku berulang kali. Aku hanya bisa terkulai lemas di la
Baca selengkapnya