All Chapters of Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?: Chapter 1 - Chapter 10

74 Chapters

Eps.1 - Sapaan Ombak

(Sekar)            Aku menginjak pedal gas agar mobilku melaju lebih kencang. Lebih kencang lagi dari perkiraanku. Serasa berada di arena sirkuit, tapi tidak bertahan lama. Akhirnya kulonggarkan kakiku yang menekan pedal gas sampai mobilku memelan sendiri. Di kananku terhampar lautan luas yang bisa dilihat dari jalan raya. Akhirnya aku membelokkan setirku ke arah pantai tersebut dan memarkirkannya di dekat jalan. Aku turun dari mobil dan melempar high heels ku ke dalam mobil. Aku berlari ke arah pantai pagi itu. Terlalu pagi malah. Pukul 06.30 kurasa.          Aku berhenti melihat ombak yang bergulung cepat kemudian tertarik lagi ke tengah lautan. Anginnya menerpa rambutku yang tergerai. Hampa. Tatapanku nanar ke depan mengikuti alur gulungan ombak. Terlintas aku memikirkan mobilku yang kuparkir di belakang
Read more

Eps.2 - Dilamar

 (Sekar)           “Halo.” jawabku. Waktu itu aku sibuk memilah-milah baju.          “Ya, halo. Kita pergi ke pasar ya?”          “Pasar?” Aku mengerutkan dahi. Mengecek make up di bawah mataku dan memasang anting-anting. “Emangnya ada yang buka? Kan udah tutup?”          “Ada. Sebetulnya ada beberapa barang yang mau kubeli. Pakai baju santai saja ya!?”          “Ohh…” Aku membulatkan mulutku berbentuk O sambil menggoreskan lipstick ke bibirku. “Oke deh tunggu ya.” Aku menutup sambungannya.Laki-laki ini benar menungguku di lobi. Dia memakai kaos dan celana p
Read more

Eps.3 - Perjanjian Kontrak Pernikahan

(Sekar)  Seseorang mengetuk pintu kencang sekali dan memencet bel berkali-kali. Padahal ini baru pukul 7 pagi. Akan aku maki-maki jika cleaning service memaksa untuk dibukakan pintu. Aku melihat siapa yang mengetuk pintu dari balik lubang pintu. Wajah Mahesa terpampang lebar tepat di depanku. Aku membukanya dengan malas. Mahesa tersenyum riang. Ketika aku melihat senyumannya, hatiku terasa bahagia. Ada untungnya juga aku mengganggunya tidur di pantai kemarin. Mahesa nyelonong masuk tanpa kusuruh. Dia membawa map warna merah.“Di luar sudah terang sekali, Sekar sayang. Kamarmu gelap seperti di gua penyamun.” Mahesa duduk di pinggiran tempat tidurku yang berantakan. Dia melihat tisu-tisu yang berserakan di lantai. “Kamu masih menangis meratapi laki-laki itu?” Mahesa terlihat mencibir.“Itu urusanku.” Aku sibuk membuka korden yang menutupi pintu balkon hotel.&l
Read more

Eps.4 - Sandiwara Dimulai

(Sekar)           Aku berdiri di depan pintu terminal kedatangan di bandara. Aku memakai kacamata hitam untuk menutupi mataku yang bengkak. Sama halnya dengan Mahesa. Dia berdiri di sebelahku dan membawa karton tebal yang besar bertuliskan “Selamat datang keluarganya Sekar, Salam Kenal.”          “Aku rasa nggak usah terlalu berlebihan seperti itu. Keluargaku masih mengenaliku.”          “First Impression is a must.” ujarnya cuek.          Aku memperhatikan satu per satu orang-orang yang keluar. Awalnya aku melihat Kamila, adikku keluar, disebelahnya ada Reni dan dibelakangnya diikuti oleh kedua orang tuaku.          “Itu mereka?” tanya
Read more

Eps.5 - Pernikahan di Sore Hari

Episode 5 – Pernikahan di Sore Hari  (Sekar)             Pukul 1 siang.          Reni tidak menghubungiku sama sekali setelah tahu aku akan menikah dengan Mahesa. Hari ini. Aku baru saja mulai untuk didandani. Mbak Lina mengatur semua pernikahanku. Sepertinya Mbak Lina mengenal baik Mahesa, karena Mbak Lina berada di kamarku sekarang. Menungguku atas permintaan Mahesa.          “Mbak Sekar, saya cuma mau bilang beruntung sekali Mbak Sekar menikah dengan Pak Mahesa.” ujarnya tiba-tiba.          “Terima kasih, Mbak.” Mahesa01.06 PMSekar sayang, aku mau bilang sesuatu ke orang tuamu
Read more

Eps. 6 - Masuk ke Jebakan Mahesa

(Kayshila)           Aku selalu bermimpi indah. Sayangnya, setiap aku membuka mata terbangun, aku selalu lupa apa yang sudah kuimpikan. Lucunya, mimpi indahku selalu berbanding terbalik dengan kehidupanku. Miris. Tubuhku tertutup dengan selimut tebal dan udara di dalam kamar sangat dingin sekali. Aku berniat bangun tapi tempat tidur ini nyaman sekali. Tiba-tiba aku ingat, aku telah menjadi seorang istri sekarang. Hanya satu tahun. Aku melihat jari manisku dan terduduk di pinggiran tempat tidur yang agak tinggi. Kepalaku agak pusing. Mungkin aku terlalu banyak menangis setiap hari. Betapa rapuhnya aku. Seolah-olah tidak bisa menerima kenyataan, hingga aku melamun dan lamunanku buyar ketika seseorang memencet bel dengan membabi buta.          Aku berlari menuju pintu dan melihat siapa yang datang melalui lubang pintu. Astaga! Kamila! &nbs
Read more

Eps.7 - Back Home

(Sekar)           Hampir satu minggu aku tidur satu kamar dengan Mahesa di rumah orang tuaku. Banyak sekali kekacauan dari kehidupanku dengan Mahesa. Aku tidak bisa mendeskripsikannya. Setiap hari Mahesa selalu saja membuatku kesal. Dia selalu membuang waktu jika sedang mandi di pagi hari, tapi mandi di malam hari mungkin hanya lima menit. Kemudian dia selalu menyuruhku untuk mencuci bajunya. Mengesalkan sekali. Seharusnya bisa aku taruh di tempat laundry saja. Alasannya, dia tidak suka menggunakan mesin cuci yang dipakai orang lain yang tidak dikenalnya. Luar biasa ya!          “Sekar, kemejaku yang warna biru dimana?” tanya Mahesa pukul 11 malam, sedangkan aku sedang memeriksa beberapa laporan yang selalu aku bawa pulang. Semenjak aku mengambil cuti seminggu lebih, perusahaan dalam keadaan rumit. Aku seorang Finance Execut
Read more

Eps.8 - Family Dinner

 (Mahesa)            Selama dua minggu kehidupanku dengan Sekar, aku sudah mulai terbiasa bahwa setiap malam aku melihatnya tidur dan setiap pagi aku melihatnya marah-marah. Ini adalah kehidupanku yang luar biasa. Tidak bisa kubayangkan. Mengingat selama 8 tahun ini, aku selalu hidup sendiri di apartemen di New York. Semua yang kulakukan adalah sendiri. Menjelajah dunia pun sendiri. Ada salah satu yang membuat tujuanku harus tercapai. Membuat diriku sendiri sukses dan mencari keberadaan Mama.          Hari ini pekerjaanku tidak begitu banyak. Hanya rapat dengan beberapa tim desain dan marketing untuk melakukan beberapa bentuk promo kecil-kecilan untuk tes pasar. Ketika aku pulang ke Indonesia, aku memiliki ide untuk membentuk sendiri perusahaanku dari nol. Sebuah perusahaan games khas Indonesia yang bisa diundu
Read more

Eps. 9 - Tidak Tergoda, Tapi Aku Tergoda

 (Mahesa)            Di dalam perjalanan pulang. Sekar langsung terdiam. Dia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi mobil. Aku bisa menebak, pasti banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakannya.          “Minggu ini kita bisa pindah ke apartemen?” Aku membuka pertanyaan. Memecah kesunyian.          “Boleh.”          “Apa barang-barangmu banyak yang mau kamu bawa?”          “Baju saja beberapa. Bukannya di apartemen sudah lengkap semua!? Misalnya peralatan memasak?”          “Iya sudah.”      &n
Read more

Eps.10 - Ngambek

 (Sekar)            Aku menekan ponselku berkali-kali dan mengirimkan chat ke Mahesa. Dia tidak mengangkat bahkan melihat chat-ku. Sepertinya aku akan pulang naik bus. Aku mematikan layar komputerku dan tidak sengaja memandang wallpaper foto pernikahanku. Aku memandang Mahesa sejenak. Aku melihat pulpen di depanku dan ingin kulempar layar komputerku karena ada foto Mahesa di sana. Dengan cepat aku mematikan komputer dan bergegas pulang.          “Pulang, Kar?” celetuk Laras yang muncul di lorong melewati ruanganku. Dia adalah Manajer Perencanaan. Tubuhnya gemuk dan wajahnya lucu sekali.          “Iya.”          “Dijemput? Tumben nggak naik sua
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status