Beranda / Romansa / Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu? / Eps.3 - Perjanjian Kontrak Pernikahan

Share

Eps.3 - Perjanjian Kontrak Pernikahan

Penulis: Andrea Luna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

(Sekar) 

Seseorang mengetuk pintu kencang sekali dan memencet bel berkali-kali. Padahal ini baru pukul 7 pagi. Akan aku maki-maki jika cleaning service memaksa untuk dibukakan pintu. Aku melihat siapa yang mengetuk pintu dari balik lubang pintu. Wajah Mahesa terpampang lebar tepat di depanku. Aku membukanya dengan malas. Mahesa tersenyum riang. Ketika aku melihat senyumannya, hatiku terasa bahagia. Ada untungnya juga aku mengganggunya tidur di pantai kemarin. Mahesa nyelonong masuk tanpa kusuruh. Dia membawa map warna merah.

“Di luar sudah terang sekali, Sekar sayang. Kamarmu gelap seperti di gua penyamun.” Mahesa duduk di pinggiran tempat tidurku yang berantakan. Dia melihat tisu-tisu yang berserakan di lantai. “Kamu masih menangis meratapi laki-laki itu?” Mahesa terlihat mencibir.

“Itu urusanku.” Aku sibuk membuka korden yang menutupi pintu balkon hotel.

“Bukannya besok kita akan menikah?” celetuknya.

Aku terbelalak. Menghampiri Mahesa yang terduduk santai.

“Besok???????!!!!!” Aku berteriak kaget.

“Aduh!” Dia memegang telinganya. Suaraku cukup kencang di dekatnya.

“Semalam kamu bilang orang tua dan kolega-kolegamu mau datang hari ini.” Mahesa mengangkat bahunya.

“Tapi kan nggak besok juga.”

“Pernikahanmu kan besok?!” Mahesa memastikan.

Iya pernikahanku memang besok di undangan yang sudah aku bagikan sebulan lalu.

“Tapi apa yang harus aku katakan ke mereka kalau aku menikah dengan laki-laki yang berbeda?” Aku mulai panik. Aku berdiri di depan pintu balkon. Melihat ke arah jendela dan membuka pintunya. “Astaga, semalaman saja aku susah tidur memikirkan apa yang akan aku katakan kalau aku gagal menikah…” Sekarang aku terduduk di kursi dekat jendela balkon. “Loh ini aku harus menikah dengan laki-laki yang berbeda.”

“Ada beberapa alasan.” Mahesa berhenti. Dia menatap ke langit-langit kamar. “Kamu bisa bilang bahwa calon suamimu memang selingkuh dan kamu menemukan cinta sejati dalam satu malam.”

Aku kehilangan penglihatanku sesaat. Aku mengambil udara banyak-banyak dan menghembuskannya keluar.

          “Aku harus tahu apa yang disukai orang tuamu. Kamu punya adik? Punya kakak?” Mahesa mengeluarkan ponselnya. Dia seperti bersiap mengetik sesuatu sambil menunggu menjawab pertanyaannya.

          Kakak? Astaga Reni pasti bisa mencium kejanggalan di sini. Daya analisa Reni sangat tajam.

          “Reni, aku khawatir dengan Reni.”

          “Siapa Reni?” Mahesa mengerutkan dahinya.

          “Dia kakakku. Dia adalah orang yang paling bisa mendeteksi kalau ada orang berbohong padanya.”

          “Mengerikan sekali. Kalau kita ketahuan?”

          “Kita berdua harus bunuh diri sebelum Reni tahu bahwa kita menikah kontrak.”

          “Jadi, aku harus gimana dong?” Mahesa sekarang yang terlihat cemas. Dia mengeluarkan kertas kosong dan pulpen padaku. “Kamu harus ceritakan padaku lebih mendetail nanti.”

Perjanjian Pernikahan Mahesa :

  1. Pernikahan dilakukan selama 1 tahun, setelah 1 tahun akan cerai dengan baik-baik dengan segala bentuk pertimbangan (Saya akan mengurus perjanjian yang lain dengan pengacara mengenai perjanjian pra nikah)
  2. Saya tidak akan mencampuri urusan percintaan Sekar
  3. Sekar harus patuh dengan berbagai macam perintah Mahesa
  4. Saya akan mentransfer sejumlah uang bulanan untuk keperluan rumah tangga

Perjanjian Pernikahan Sekar :

  1. Jangan mengganggu area Sekar
  2. Jangan jatuh cinta sama Sekar
  3. Mahesa harus mengikuti apa kata Sekar terkait “balas dendam Sekar”

Aku membaca tulisan tangan Mahesa yang agak rapat dan rapih.

“Maksudnya apaan ini yang poin tiga?”

“Aku biasanya ada acara atau seperti gala dinner, nah kamu sebagai istri harus ikut juga. Terus misalnya juga, kamu harus memasak untukku. Soalnya aku nggak bisa makan makanan di luar. Oh ya, masakanku masakan sehat yang tanpa penyedap.” Mahesa menjelaskan.

“Aku rasa itu terlalu berlebihan. Aku kan juga harus mengurus hal-hal lain.”

“Jadilah istri yang baik.” Mahesa membaca perjanjianku. “Sepertinya perjanjianmu isinya tidak ada yang sulit.”

“Cih, aku harus banyak meminta kompensasi. Tuntutanmu terlalu banyak.” Aku menatapnya kesal.

“Kamu minta apa?” Sekarang Mahesa yang menatapku serius.

Tidak ada. Tidak ada yang terbersit di benakku sama sekali. Aku hanya memikirkan rumah yang sudah aku dan Kevin DP. Oh, mungkin aku bisa memilikinya.

“Ada. Rumah.”

“Rumah? Aku punya rumah dan dua apartemen.” ujarnya.

“Aku mau tinggal disitu setelah menikah.”

Mahesa terlihat berat menanggapinya. Aku membuka ponselku dan menunjukkan rumah yang kumaksud.

“Rumah ini kecil sekali. Kamu kalau mau balas dendam harus yang totalitas.” ujar Mahesa setelah melihat tampilan rumah yang aku beli bersama Kevin. Mahesa mencibir rumah yang kupilih. Sepertinya memang ini rumah yang mampu kami beli. Menurutku dan Kevin itu pun harganya agak mahal.

Aku memikirkan kata-kata Mahesa. Betul juga.

“Dimana rumahmu?” tanyaku.

“Pondok Indah. Masih kosong belum kuisi apa-apa, karena aku tinggal di apartemen.” jawabnya santai. Dia menunjukkan rumahnya dan seluruh ruangannya yang ada di ponselnya.

Aku menganga. Nampaknya bebanku akan berat setelah ini. Akhirnya kami menambahkan beberapa poin kecil di atas kertas perjanjian itu dan masing-masing kami tanda tangani di atas materai.

“Cepat siap-siap. Aku udah nggak sabar mau jemput calon mertua dan saudara iparku.”

Mahesa cengengesan.

***

Bab terkait

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.4 - Sandiwara Dimulai

    (Sekar) Aku berdiri di depan pintu terminal kedatangan di bandara. Aku memakai kacamata hitam untuk menutupi mataku yang bengkak. Sama halnya dengan Mahesa. Dia berdiri di sebelahku dan membawa karton tebal yang besar bertuliskan “Selamat datang keluarganya Sekar, Salam Kenal.” “Aku rasa nggak usah terlalu berlebihan seperti itu. Keluargaku masih mengenaliku.” “First Impression is a must.” ujarnya cuek. Aku memperhatikan satu per satu orang-orang yang keluar. Awalnya aku melihat Kamila, adikku keluar, disebelahnya ada Reni dan dibelakangnya diikuti oleh kedua orang tuaku. “Itu mereka?” tanya

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.5 - Pernikahan di Sore Hari

    Episode 5 – Pernikahan di Sore Hari (Sekar) Pukul 1 siang. Reni tidak menghubungiku sama sekali setelah tahu aku akan menikah dengan Mahesa. Hari ini. Aku baru saja mulai untuk didandani. Mbak Lina mengatur semua pernikahanku. Sepertinya Mbak Lina mengenal baik Mahesa, karena Mbak Lina berada di kamarku sekarang. Menungguku atas permintaan Mahesa. “Mbak Sekar, saya cuma mau bilang beruntung sekali Mbak Sekar menikah dengan Pak Mahesa.” ujarnya tiba-tiba. “Terima kasih, Mbak.”Mahesa01.06 PMSekar sayang, aku mau bilang sesuatu ke orang tuamu

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 6 - Masuk ke Jebakan Mahesa

    (Kayshila) Aku selalu bermimpi indah. Sayangnya, setiap aku membuka mata terbangun, aku selalu lupa apa yang sudah kuimpikan. Lucunya, mimpi indahku selalu berbanding terbalik dengan kehidupanku. Miris. Tubuhku tertutup dengan selimut tebal dan udara di dalam kamar sangat dingin sekali. Aku berniat bangun tapi tempat tidur ini nyaman sekali. Tiba-tiba aku ingat, aku telah menjadi seorang istri sekarang. Hanya satu tahun. Aku melihat jari manisku dan terduduk di pinggiran tempat tidur yang agak tinggi. Kepalaku agak pusing. Mungkin aku terlalu banyak menangis setiap hari. Betapa rapuhnya aku. Seolah-olah tidak bisa menerima kenyataan, hingga aku melamun dan lamunanku buyar ketika seseorang memencet bel dengan membabi buta. Aku berlari menuju pintu dan melihat siapa yang datang melalui lubang pintu. Astaga! Kamila!&nbs

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.7 - Back Home

    (Sekar) Hampir satu minggu aku tidur satu kamar dengan Mahesa di rumah orang tuaku. Banyak sekali kekacauan dari kehidupanku dengan Mahesa. Aku tidak bisa mendeskripsikannya. Setiap hari Mahesa selalu saja membuatku kesal. Dia selalu membuang waktu jika sedang mandi di pagi hari, tapi mandi di malam hari mungkin hanya lima menit. Kemudian dia selalu menyuruhku untuk mencuci bajunya. Mengesalkan sekali. Seharusnya bisa aku taruh di tempat laundry saja. Alasannya, dia tidak suka menggunakan mesin cuci yang dipakai orang lain yang tidak dikenalnya. Luar biasa ya! “Sekar, kemejaku yang warna biru dimana?” tanya Mahesa pukul 11 malam, sedangkan aku sedang memeriksa beberapa laporan yang selalu aku bawa pulang. Semenjak aku mengambil cuti seminggu lebih, perusahaan dalam keadaan rumit. Aku seorang Finance Execut

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.8 - Family Dinner

    (Mahesa) Selama dua minggu kehidupanku dengan Sekar, aku sudah mulai terbiasa bahwa setiap malam aku melihatnya tidur dan setiap pagi aku melihatnya marah-marah. Ini adalah kehidupanku yang luar biasa. Tidak bisa kubayangkan. Mengingat selama 8 tahun ini, aku selalu hidup sendiri di apartemen di New York. Semua yang kulakukan adalah sendiri. Menjelajah dunia pun sendiri. Ada salah satu yang membuat tujuanku harus tercapai. Membuat diriku sendiri sukses dan mencari keberadaan Mama. Hari ini pekerjaanku tidak begitu banyak. Hanya rapat dengan beberapa tim desain dan marketing untuk melakukan beberapa bentuk promo kecil-kecilan untuk tes pasar. Ketika aku pulang ke Indonesia, aku memiliki ide untuk membentuk sendiri perusahaanku dari nol. Sebuah perusahaan games khas Indonesia yang bisa diundu

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 9 - Tidak Tergoda, Tapi Aku Tergoda

    (Mahesa) Di dalam perjalanan pulang. Sekar langsung terdiam. Dia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi mobil. Aku bisa menebak, pasti banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakannya. “Minggu ini kita bisa pindah ke apartemen?” Aku membuka pertanyaan. Memecah kesunyian. “Boleh.” “Apa barang-barangmu banyak yang mau kamu bawa?” “Baju saja beberapa. Bukannya di apartemen sudah lengkap semua!? Misalnya peralatan memasak?” “Iya sudah.”&n

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.10 - Ngambek

    (Sekar) Aku menekan ponselku berkali-kali dan mengirimkan chat ke Mahesa. Dia tidak mengangkat bahkan melihat chat-ku. Sepertinya aku akan pulang naik bus. Aku mematikan layar komputerku dan tidak sengaja memandang wallpaper foto pernikahanku. Aku memandang Mahesa sejenak. Aku melihat pulpen di depanku dan ingin kulempar layar komputerku karena ada foto Mahesa di sana. Dengan cepat aku mematikan komputer dan bergegas pulang. “Pulang, Kar?” celetuk Laras yang muncul di lorong melewati ruanganku. Dia adalah Manajer Perencanaan. Tubuhnya gemuk dan wajahnya lucu sekali. “Iya.” “Dijemput? Tumben nggak naik sua

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.11 - Mabuk

    (Mahesa) Aku melempar proposal yang sudah dipersiapkan sejak pagi oleh karyawanku. Kemurkaanku bertambah ketika salah satu game developer yang kutemui kemarin mundur. “Kalian tahu market di Indonesia itu seperti apa?!” Semua karyawanku tertunduk dan sebagian masih berani menatapku. “Di sini nggak akan ada yang mau install game yang terlalu rumit.” Aku menghela napas dan berdiri di hadapan mereka semua. “Proposal game yang kalian berikan ke saya ini sampah. Mungkin a

Bab terbaru

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps.74 – Kegalauan Derry

    (Sekar) Satu bulan kemudian, Derry terlihat sedang melamun melihat langit-langit rumah. Rumah yang direnovasi ini adalah atas namaku. Aku melihat sertifikat rumahnya, sudah berubah setahun yang lalu. Aku tidak mengetahui hal ini, karena ingatanku belum sepenuhnya pulih. Waktu kami liburan di Bali sebulan lalu, Mahesa memberitahu padaku bahwa ada sebuah rumah atas namaku dan Derry sudah merenovasi seutuhnya atas saranku. Dulu. “Apa yang lo lihat?” tanyaku yang ikutan juga memandang langit-langit rumah berwarna putih gading dengan lampu gantung yang indah. “Rumah ini…” Derry menghela napasnya. “Rumah ini adalah rumah terlama yang gue renov.

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 73 – Cemburu

    (Sekar) Aku terbangun dan membuka mataku. Perasaanku terasa bahagia dan tubuhku bugar sekali, walaupun sepertinya aku sudah tidur lama sekali. Perutku benar-benar lapar. Sebetulnya aku terbangun karena mendengar suara Mahesa yang berisik sekali. “Apa? Apa kamu nggak bisa ke selatan sebentar untuk mengecek?” Aku mengerutkan dahiku. Menajamkan pendengaranku dan otakku masih berpikir keras. “Marcel!!! Bisa nggak kamu cek stok senjata di selatan???!!!” teriaknya tidak sabaran. “Kita akan mati!!!” Kali ini dia berteriak. Aku duduk di kasur. Melihat Mahesa berada di balkon, duduk di k

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 72 – Akhirnya

    (Mahesa) Keesokan paginya aku bangun tiba-tiba. Terduduk di atas kasur. Aku mengingat kejadian semalam. Aku hanya ingat aku agak mabuk dan mengobrol dengan Sekar. Kepalaku agak pusing sedikit dan… aku melihat Sekar masih tertidur disampingku. Aku memutuskan untuk kembali tidur dan menyelimuti diriku sambil memeluk Sekar. Waktu tanganku berada di pinggangnya, dengan cepat Sekar membuang tanganku dan duduk. Seperti menghindar. “Kamu sudah bangun?” tanyaku kaget. “Aku sudah berdiri, berarti sudah bangun.” jawabnya cuek tanpa melihatku. Aku mengerutkan dahiku. Kenapa dia. Bad mood sekali. Apa dia masih marah karena kemarin? “Hari ini

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 71 – Ketakutan

    (Sekar) Pagi ini, untuk pertama kali aku tidur dengan nyaman. Seseorang memelukku, tidak ada mimpi, aku menghirup udara yang segar, dan seseorang memainkan rambutku. Mahesa. Aku ingat aku tidur semalam dengan Mahesa. Aku tidur duluan ketika Mahesa mandi. Aku membuka mataku pelan. Wajah Mahesa pertama kali yang kulihat. Dia menatapku lekat sekali sambil memainkan rambutku. “Aku membangunkanmu?” tanyanya pelan. Dia tersenyum sedikit. “Tidurlah lagi. Aku bisa menunggumu bangun.” ujarnya lagi. Aku menyipitkan mataku. Dia membungkusku dengan selimut tebal dan dia berada di dalamnya. Aku menghela napas panjang dan meregangkan tubuhku. “Kamu mau ke kan

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 70 – Mau Cerai ?

    (Sekar) Di dalam mimpiku, aku benar-benar jelas melihat wajah Mahesa. Seorang pria yang ternyata bersamaku di pantai. Pantai yang sama ketika aku pertama kali dibawa oleh Mahesa. Deburan ombaknya, benar-benar mengingatkanku pertama kali dimana ketika aku bertemu dengan Mahesa waktu itu. Adegan demi adegan, aku mengingatnya. Sampai pada akhirnya, berpindah pada adegan ketika aku berada di rumah sakit. Bagian ini aku tidak ingat. Aku hanya melihat sebuah janin yang terdapat di layar bersama Mahesa. Apakah aku pernah memiliki anak? Seketika saja air mataku jatuh. Waktu itu aku merasakan seseorang menghapus air mataku dan aku tersadar dari tidurku. “Kamu menangis?” tanyanya. “Kamu kenapa di sini?” 

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 69 – Dia Suamiku?

    (Sekar) Tanganku terasa basah dan lembab. Ternyata handuk kecil yang ada di pelipis Mahesa terjatuh. Aku tidak tidur pulas kali ini. Selalu terjaga. Jadi ketika ada sesuatu yang bergerak atau mendengar suara, aku langsung membuka mataku. Aku mengambil handuk itu dan ternyata Mahesa menoleh ke arahku. Membuka matanya. “Sekar…” panggilnya lemah dan serak. “Ya?” “Dimana air? Aku haus.” Dia melihat meja di sampingnya. Aku meletakkan air minum di meja kecil dekat sofa. Aku bergegas mengambilnya dan memberikannya pada Mahesa. Mahesa membaringkan tubuhnya kembali.&

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 68 – Gambaran Itu II

    (Mahesa) Darius menggiring kami ke ruang kerjanya. Aku sebetulnya baru datang lagi ke rumah ini. Setahuku Rosa sudah tidak tinggal di sini karena dirinya kecewa dengan Darius yang berani menjebloskan dua anak kandungnya ke penjara. Walaupun katanya asisten rumah tangga di rumah ini, Rosa terkadang menyempatkan diri beberapa hari untuk pulang. Tetapi memang hubungan Rosa dan Darius sepertinya tidak bisa membaik kembali. Jadi, rumah ini terasa sepi sekali. Hubunganku dengan Darius membaik, bahkan diluar ekpektasi aku benar-benar berperan seperti anaknya. Kadang aku agak gugup jika harus memanggilnya ‘Papa’. Foto keluarga yang dipajang Darius di depan ruang tamu masih terpajang di dinding dengan gagah. Walaupun foto keluarga tersebut diambil sekitar beberapa tahun yang lalu ketika aku be

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 67 – Ketemu  

    (Mahesa) Aku, Kiano, dan Derry yang sengaja datang ke kantorku menonton rekaman cctv yang ada di dalam ruang kerjaku. Kiano dan Derry mematung. “Di…dia bisa buka brankas lo? Apa dia tahu kodenya?” tanya Derry. “Semua kode dan password yang Mahesa punya itu tanggal, bulan, dan tahun pernikahan.” Kiano menjawab pertanyaan Derry yang ditujukan padaku. Aku menghela napas panjang. Beranjak dari kursi kerjaku. Aku membanting tubuhku ke sofa yang agak keras. Memandang brankas sialan itu. Sekar sudah hampir 5 jam tidak bisa dihubungi. Ponselnya mati dan otomatis aku tidak bisa melihatnya kapan pemberhentian terakhirnya.&nbs

  • Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?   Eps. 66 – Kebenaran Terungkap

    (Sekar) “Halo.” “Kamu dimana?” “Di jalan. Mau pulang.” jawab Mahesa. Suaranya agak jauh. Mungkin dia menggunakan mode speaker. “Kenapa?” “Aku mau ambil sesuatu di apartemenmu.” Aku menyandarkan tubuhku di depan pintu apartemen. “Jadi aku butuh password kunci pintunya.” “Kamu datang sendiri? Ini sudah jam setengah dua belas malam.” Mahesa heran. “Berapa?” Telunjukku sudah siap untuk memencet tombolnya.&nb

DMCA.com Protection Status