Semua Bab Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?: Bab 11 - Bab 20

74 Bab

Eps.11 - Mabuk

 (Mahesa)            Aku melempar proposal yang sudah dipersiapkan sejak pagi oleh karyawanku. Kemurkaanku bertambah ketika salah satu game developer yang kutemui kemarin mundur.          “Kalian tahu market di Indonesia itu seperti apa?!”          Semua karyawanku tertunduk dan sebagian masih berani menatapku.          “Di sini nggak akan ada yang mau install game yang terlalu rumit.”          Aku menghela napas dan berdiri di hadapan mereka semua.          “Proposal game yang kalian berikan ke saya ini sampah. Mungkin a
Baca selengkapnya

Eps.12 – Ciuman yang Semakin Intens

          (Sekar)            Aku menatap laptop dan beberapa tumpukan kertas di depanku. Pokoknya tidak bisa fokus. Beberapa hari ini di dalam otakku tergambar jelas adegan aku mabuk dan menarik Mahesa untuk kucium. Sangat memalukan. Untungnya Mahesa sibuk bermain game, jadi aku juga sibuk dengan proyek keduaku. Mahesa tidak pernah menggodaku semenjak itu. Lamunanku buyar ketika ponselku berdering.          “Halo.”          “Dengan Ibu Sekar Arum?” tanya pria diseberang sana. Suaranya berat sekali dan berwibawa.          “Iya saya.” Aku menatap layar ponsel dan menerka nomor yang menelponku.&nbs
Baca selengkapnya

Eps.13 – Perasaan yang Belum Pasti

 (Mahesa)            “Baik, sampai di sini saja rapat kita. Tolong mulai hari ini kita harus bekerja lebih giat lagi. Berdoa semua akan baik-baik saja untuk peluncuran bulan depan.” ujarku memberikan kata penutup di dalam rapatku pagi itu. Aku berdiri dan diiringi tepuk tangan semua staf yang mengikuti rapat.          “Bos, kita langsung pergi ketemu game developer-nya?” tanya Kiano mengikuti langkahku yang cepat.          “Jam berapa?”          “Sekarang lah, Bos. Mereka udah nungguin di ruangannya Marcel.”                 Semenjak kejadian game developer
Baca selengkapnya

Eps. 14 – Ide Bagus

 (Kiano – Intermezo)            Mahesa kalau sedang tidak waras selalu memberikanku banyak sekali tugas. Selesai rapat aku harus membuat beberapa rangkuman rapat yang akan disebar ke seluruh staf hotel. Pukul 4 sore, pekerjaanku baru selesai dan aku turun ke restoran di lantai bawah. Pagi hingga sore, restoran terbuka. Hanya bar saja yang ditutup. Aku duduk di bagian terluar restoran yang menghadap kolam renang dan mengeluarkan sebatang rokok dari kantong celanaku. Sebetulnya aku sudah mengurangi rokok satu tahun terakhir ini. Tapi entah kenapa ada satu batang rokok di dalam dompetku dan aku memindahkannya ke dalam kantong celana. Ketika aku menghembuskan asap pertama, aku melihat Sekar sedang berjalan di sekitar kolam. Sibuk foto beberapa pemandangan yang ada di kolam renang.        &
Baca selengkapnya

Eps. 15 – Akhir Penemuan

 (Sekar)            “Bangun Sekar.”          Seseorang menarik selimutku dan mengguncang tubuhku.          “Sekar.” panggilnya lagi. Suara Mahesa terdengar nyaring di telingaku. Dia duduk di sampingku dan mengganggu tidur. Semalam dia tidak pulang sama sekali hingga aku terlelap. Sekarang dia coba-coba membangunkanku?          “Ada apa sih!” Aku kesal. Aku terduduk tiba-tiba dan membuka mataku. Mahesa sudah baru saja mandi. Rambutnya basah dan hanya berbalut handuk. Dadanya yang telanjang dan terlihat jelas tatonya membuatku terkejut dan menjauh darinya.          “Kita mau pergi. Tiga pulu
Baca selengkapnya

Eps. 16 – Kenyataan yang Terungkap

 (Sekar)            Aku, Kiano, dan Lina duduk di taman. Malam ini udaranya dingin sekali. Desa ini terletak di dataran tinggi di bawah kaki bukit. Aku kurang tahu nama bukitnya. Kami baru selesai makan malam. Nampaknya Mahesa ingin sekali mengobrol banyak dengan Mamanya, jadi aku, Kiano, dan Lina meninggalkan meja makan dengan cepat.          “Udah berapa lama Mahesa cari Mamanya?” tanyaku pada Kiano.          “Setahuku semenjak dia di sekolah di New York. Dia aja ke New York waktu SMP dan dua tahun setelahnya dia pulang ke Indonesia, udah nggak pernah ketemu sampai ya… baru hari ini ketemu lagi.”          Aku berpikir sejenak. Pasti bahagia sekali keadaannya sekarang. &n
Baca selengkapnya

Eps. 17 – Perubahan yang Cepat

 (Sekar)            Aku sempat lama terduduk di tempat tidur. Cerita semalam bersliweran di benakku. Apa yang harus ku lakukan? Menceraikannya? Mempertahankan kepura-puraan ini sampai habis kontrak? Aku akhirnya memilih langsung mandi dan berencana membuka e-mail-ku kembali. Tapi tab milik Mahesa tidak ada di kamar, dengan enggan aku akhirnya berjalan menuju ruang tengah dan masuk ke ruang makan yang agak luas dan menyatu dengan dapur. Di situ duduk Mahesa, Kiano, dan Lina sedang mengobrol ditemani dengan Siti Mariah. Apa harus kupanggil dirinya?          “Tuan Putri baru bangun?” ejek Mahesa. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah 11 siang.          “Agak pusing semalam.” N
Baca selengkapnya

Eps.18 – Betul, Aku Menyukainya

(Mahesa)            Rasanya jantungku berhenti berdetak sewaktu melihat Sekar tidak bisa bernapas di dalam lift kemarin. Baru ini perasaan takut kehilangan melandaku. Aku memutar pulpen di jemariku dan tidak fokus dengan rapat pagi ini. Kiano menyenggolku beberapa kali untuk memperhatikan ke arah monitor dari laporan yang sedang dipresentasikan dan beberapa rincian biaya untuk merenovasi beberapa titik di hotel ini.          “If you don’t pay attention in this meeting, I swear to God I won’t help you in any way.” ujar Kiano lirih di sebelah telingaku. Aku meliriknya.          “Then step down soon from me.” balasku.            Rapat krusial tiga
Baca selengkapnya

Eps.19 - Perjanjianmu Sudah Tidak Berlaku

  (Mahesa)             Hari ini adalah hari Sekar pergi ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya terkait alerginya. Awalnya dia menolak. Aku meyakinkan dia agar dia tahu apa saja yang harus dihindari karena dia memiliki riwayat alergi makanan khususnya kepiting. Aku tidak mengantarnya sama sekali karena setelah cek ke dokter dia akan ke kantor.           “Bos, istrimu menelponmu terus dari tadi.” celetuk Marcel dari belakang. Dari tadi memang aku sibuk bermain game tanpa memperdulikan sekitar dan jam pun sudah menunjukkan pukul 10 malam.           “Kenapa kamu nggak bilang sih?” Aku terdengar kesal.           Delapan belas missed called. Aku berdiri yang menimbul
Baca selengkapnya

Eps. 20 – Rekonsiliasi

 (Sekar)            Aku menaikkan kakiku di sofa. Rasanya santai sekali malam ini. Seolah semua kepenatanku hilang. Ditambah angin malam yang tidak seperti biasanya berhembus agak semilir di pipiku. Aku berada di lantai 3 di rumahku. Tidak begitu sepi dan tidak begitu ramai. Karena aku masih bisa mendengar orang bercengkrama di gang sebelah.          “Tumben lo ke sini?” Reni duduk di sebelahku. Menatapku sinis.          “Pijat kepala gue dong.” Aku menyuruhnya dan mengambil tangannya dan meletakannya di dahiku agar dia mulai memijat. Kepalaku mulai kuletakkan di pahanya.          “Beban lo nambah setelah nikah?” Reni mulai memijat. Tekanan pada j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status