Tiba-tiba dua hari lagi Nadira harus menikah dengan Anand, laki-laki yang sudah lama dijodohkan dengannya karena ibu Anand kritis. Tak pernah bertemu sebelumnya, Nadira meminta foto Anand pada Triana, sahabatnya yang kebetulan adik sepupu Anand. Dari sini kesalahpahaman terjadi, Nadira semakin tak sudi bertemu karena Anand di foto jelek, tua, dan hitam, sangat berbeda dengan Nadira yang cantik dan Mahasiswi pujaan banyak laki-laki di kampus. Dia tidak hadir bahkan di acara ijab kabul. Empat bulan berlalu, takdir mempertemukan keduanya. Anand langsung mengenalinya, berbeda dengan Nadira. Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
view more"Masa iya, Ra?""Sulit dipercaya, bukannya pak An itu galak? Kok bisa?" "Iya. Gak percaya gue.""Lo gak bohong, kan, Ra?" "Udah gue bilang jangan percaya, si Dira ini tukang halusinasi," ucap Merlyn.Nadira memicingkan mata. "Loh? Lo gak percaya?" Nadira bangkit dari kursi dan memamerkan baju yang kini ia kenakan sambil berputar. "Ini baju pemberian pak An kemarin. Masih baru, wangiii!" ucap Nadira dengan wajah teler. Semua orang lagi-lagi heboh, banyak yang tak percaya, tetapi juga tak sedikit yang begitu takjub dan memuji-muji Nadira. "Lo pasti kena hukuman kalo pak An tahu Lo nyebarin gosip tentang dia, Dira!" geram Merlyn dengan dada membara. "Ya silakan, laporin aja sana. Gue gak takut!" ucap Nadira sambil kembali duduk. Yasmin dan Triana menatap Nadira dengan was-was. "Ra, jangan kelewatan deh bercandanya. Kalo sampai ada yang bener-bener laporin smaa pak An, habis Lo!"Nadira malah mencebik sambil mengangkat kedua alisnya. "Tenang tenang." Merlyn menghentakkan kaki lalu
"Kamu gak ada kelas hari ini?" tanya Abram saat melihat anaknya pagi-pagi sudah nongkrong di depan tv sambil ngemil."Males aja.""Mulai lagi malesnya? Kalau kaya gini terus kamu gak bakalan ada peningkatan, Dira. Kamu menyia-nyiakan uang yang papa keluarkan buat bayar biaya kuliah kalo kaya gini.""Ada apa, Pa?" tanya Melati. Mendengar ribut-ribut, ia langsung datang dari dapur. "Lihat, anak ini sudah malas kuliah lagi. Padahal baru beberapa Minggu gak pernah absen."Nadira yang menjadi tersangka utama dalam keributan itu justru malah terus ngemil dengan santai seolah tak mendengar apa-apa. "Papa gak mau tahu, pokoknya kalau kamu males-malesan lagi kaya gini papa tidak akan memberikan tempat sedikit pun dari rumah ini buat kamu.""Maksud Papa?" tanya Nadira."Papa akan usir kamu." Nadira malah mencebik. "Yang bener aja, masa tega ngusir anak satu-satunya? Emang papa mau aku terlunta-lunta di jalan? Jadi gelandangan dan terancam banyak kejahatan?" Abram mendengkus. "Papa gak khawa
"Ayo masuk!" Anand menggerakkan kepalanya ke arah rumah megah bercat putih itu. Dengan cepat Nadila merentangkan tangan demi menjaga jarak antara kedua nya, wajahnya panik luar biasa. "Tunggu-tunggu! Aku tahu, pesonaku gak kaleng-kaleng, tapi aku bukan perempuan seperti yang Pak An kira. Aku perempuan baik-baik, masih segel dan terjamin. Aku mahal, Pak!" "Ha?" Anand mengerutkan kening dan nyengir heran sambil memiringkan kepala. Namun tanpa permisi sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Oh, ya? Semahal apa? Saya yakin sanggup membayarnya," ucap Anand sambil mendekat perlahan.Nadila membulatkan mulut seketika. "Jangan mendekat! Saya sudah menikah! Lihat!" Anand tertegun, ia menatap cincin mas kawin pemberiannya melingkar indah di jari manis Nadila. Tiba-tiba hatinya menghangat. "Aku bisa jaga diri, aku gak akan sembarangan masuk ke rumah laki-laki. Bapak pikir dengan ketampanan yang Bapak miliki bisa menjerumuskan gadis polos kaya aku, hah? Jangan harap. Dasar dosen me sum! Ca bu
"Haa?" Semua orang syok luar biasa, mata mereka hampir keluar melihat baju Pak An ikut kotor dari badan Nadira. Sontak semua orang sampai menutup mulut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat mereka membubarkan diri dengan ketakutan, termasuk Merlyn. "Berhenti!" Ucapan tegas yang Anand keluarkan membuat semua orang langsung ngerem mendadak. Nadira mengerjap, ikut terkejut. Ia pun segera menjaga jarak dari Anand. Anand menatap Nadira yang terus menunduk, hatinya bertanya-tanya, kenapa Nadira bersikap seolah tak mengenalinya? Tak ada raut keterkejutan di wajahnya saat mereka saling bertatapan tadi.Anand beralih menatap yang lain. "Ada apa ini?" Ia berkata dengan nada santai, tetapi mampu membuat semua pundak gemetar. Mereka kompak menunjuk Merlyn."S-saya ... Saya gak ngelakuin apa-apa, Pak An!" bantah Merlyn.Nadira mengerjap, lalu melirik laki-laki di depannya. "Pak An? Jadi dosen killer itu dia? Ternyata lebih tampan aslinya daripada di foto," bisiknya dalam hati sambil tersenyu
"Ra, kamu salah paham. Nesa menguping pembicaraan kita waktu itu, aku gak ngasih tahu dia." "Jadi semua itu bener?""Ternyata bener, Nadira udah nikah sama laki-laki tua." "Ya ampun.""Gak nyangka, ya?" Bisik-bisik orang-orang membuat kaki Nadira terasa lemas. Perlahan ia mundur beberapa langkah, kemudian berlari menembus kerumunan. Yasmin yang baru tersadar langsung berlari mengejar sahabatnya. "Dira tunggu!" Nadira terus berlari sambil menangis. Akhirnya apa yang berusaha ia sembunyikan dari orang lain mencuat begitu saja tanpa diduga. Dan kini kampus tak lagi jadi tempat tenang dan nyaman untuknya, tetapi berubah jadi lebih mengerikan dari pada rumahnya sendiri. Yasmin berhenti di belakang Nadira yang sedang menangis di depan wastafel. Perlahan ia mendekat, lalu memegang pundak Nadira."Yas ... Lo juga gak mau lagi jadi temen gue kan, setelah tahu semuanya?" tanya Nadira di sela isak nya. "J-jadi ... Itu bener?" Nadira mengangguk."Ya Tuhan, Dira ..." Yasmin memeluk sahaba
[Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu
Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue
"Ke sana juga, yuk, Ra? Pengen lihat seganteng apa dosen baru itu." "Duh, gue lagi gak mood, Yas.""Alah mana mungkin Lo gak mood lihat yang bening-bening? Gak percaya gue." "Tapi gue serius, Yas. Gue lagi bener-bener gak mood. Kepala gue lagi kusut banget.""Gak asik, Lo. Ya udah deh gue pergi sendiri. Penasaran banget seganteng apa, sampai sekampus heboh semua." Yasmin meninggalkan Nadira sendiri. Seperginya Yasmin, Nadira duduk sendirian di kursi, mengutak-atik ponselnya, kemudian menghembuskan nafas."Dira?" Nadira menoleh, lalu menghela nafas setelah melihat Danil yang memanggilnya. Tanpa meminta persetujuan Danil duduk di samping Nadira."Ini buat kamu." Nadira menoleh, menatap bucket bunga mawar yang Danil sodorkan. Namun ia tak mengatakan apapun."Ra? Kamu masih marah? Aku tahu kenapa kamu gak berniat buat ikut heboh lihat dosen baru kita itu, karena kamu pasti masih belum bisa lupain aku, kan?""Berhenti ganggu aku, Danil.""Aku gak ganggu kamu, Ra. Aku cuma--"Nadira de
[Maaf, aku gak bisa datang sekarang. Nanti sepulang dari sini aku pasti ke sana. Turut berduka cita.]Anand menatap pesan yang dikirimkan Nadira. Gadis itu memang sedang melakukan studi lapangan, sama seperti Triana yang tak turut serta dalam pemakaman tantenya. [Tidak masalah.]***"Umur gak ada yang tahu, ya, Ra? Padahal Kak Anand udah ngusahain yang terbaik sampai ke luar negri," ucap Triana.Nadira tak menyahut, tatapannya lurus ke depan. Entah harus bahagia atau sedih mendengar kabar itu, Nadira tak tahu. Bahagianya mungkin ini adalah jalan yang tuhan pilihkan untuk mengakhiri ikatan menyesakan ini. Hanya saja ..."Nadira ... " Nadira dan Triana sontak menoleh ke belakang, terlihat Danil sedang berdiri. "Danil? Ngapain Lo ke sini?" tanya Triana."Gue mau ngomong sama Nadira." "Gue gak izinin." "Jangan ikut campur, sana sana!" "Eh!" Nadira memberi isyarat untuk Triana memberi mereka waktu bicara. Walaupun sedikit keberatan akhirnya Triana menjauh. "Jangan macam-macam Lo sa
"Gak mau! Pokoknya aku gak mau nikah cepet-cepet. Aku masih muda, pengen senang-senang, masih pengen bebas berkeliaran, Ma!" "Gak bisa, pokoknya kamu harus menikah sama Anand dua hari lagi!" bantah Abram, papanya Dira."Dengar, Sayang, kamu tidak bisa seperti ini terus. Kamu sudah dewasa, umurmu sudah cukup untuk menikah. Anand itu laki-laki baik, bertanggung jawab, mama sama papa yakin dia pasti bisa membimbing kamu jadi lebih baik." Melati menambahkan."Tapi aku udah punya pacar, Ma. Dia gak kalah baik dan bertanggung jawab dari Anand." "Tahu apa kamu tentang tanggung jawab seorang laki-laki, hah? Sudah, putusin dia dan menikah sama Anand." "Aku gak mau, apalagi mendadak banget kayak gini. Aku gak pernah bertemu sama dia, gak tahu orangnya, mau nikah kok gini?" "Nanti juga kalian ketemu. Dengar, Ra, ibunya sekarang sedang kritis, meminta Anand untuk segera menikahi kamu. Papa, mama, sama ibunya Anand sudah lama berencana menikahkan kalian berdua. Jadi gak ada alasan lagi. Ini ge...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments