Share

4. Gelisah

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2025-04-07 10:09:39

"Aaahhh! Pagi yang cerah. Mari anggap saja semua yang terjadi adalah mimpi buruk yang gak akan jadi kenyataan," ucap Nadira sambil merenggangkan otot tubuhnya. 

Tatapannya tak sengaja menangkap buku nikah yang tergeletak di atas meja riasnya. Dengan cepat dia memasukan benda itu ke dalam laci. 

"Ah, sial! Baru juga gue berusaha mengubur tragedi naas kemarin, eh malah ditampar sama kenyataan." 

Setelah bersiap-siap, Nadira berlari ke luar kamar. 

"Dira? Kamu mau ke mana?" tanya Melati. Abram pun turut heran melihat anaknya kini yang mendadak terlihat baik-baik saja, tak seperti kemarin. 

"Mau ketemu sama Yasmin. Dah Ma!" 

"Sarapan dulu!" 

"Nanti aja!" 

Abram menggelengkan kepala. 

"Setidaknya dia baik-baik saja, Pa. Jujur Mama sempat cemas kemarin. Takut dia terus terpuruk dan mengganggu kesehatannya." 

"Anak seperti dia mana mungkin selemah itu. Lihat dia sekarang, malah gak merasa bersalah sama sekali." 

***

"Hei, Yas! Nunggu lama?" tanya Dira pada gadis berambut sebahu yang sudah menunggunya di depan rumah. 

"Nggak, Ra."

"Ya udah ayo!" 

"Bentar."

"Nunggu apa lagi?" tanya Dira. 

"Triana. Dia mau ikut katanya." 

"Ha?" Nadira melotot sempurna mendengar nama itu. Hatinya tiba-tiba gelisah. 

Ya Tuhan, jangan sampai anak itu bocorin musibah apa yang kemarin menimpa gue.

"Hai, Ra, Yas!" 

Wajah Dira pucat pasi melihat kedatangan Triana. 

"Lo kenapa, Ra? Lihat gue kaya lihat hantu gitu, pucet banget. Apa Lo sakit gara-gara kemarin?" 

Dengan cepat Nadira membekap mulut Triana.

"Kata siapa? Gue baik-baik aja. Lagian kemarin gak ada apa-apa, kok, kenapa gue sakit segala?" tanya Nadira sambil tertawa sumbang. 

"Apaan sih Lo?" tanya Yasmin bingung. 

"Hehe, gggak ada apa-apa." Nadira berbisik di dekat telinga Triana. "Awas Lo, jangan bocorin pernikahan gue sama siapapun, termasuk Yasmin."

Dengan sekuat tenaga akhirnya sepupu Anand itu berhasil menyingkirkan tangan Nadila dari wajahnya. "Kebangetan, Lo! Hampir aja gue kehabisan nafas," gerutunya. 

"Ya udah lah ayo. Nanti keburu siang lagi." 

Asyik jalan-jalan dan nongkrong di tempat-tempat yang menurut mereka bagus, hari tak terasa sudah menjelang sore. 

"Nonton, yuk?" 

"Pas banget ada film romance yang baru rilis, woi! Pasti bikin hati kalian meleleh netes-netes, deh!" seru Yasmin yang disambut sorakan histeris dari Nadira dan Triana. 

Layaknya anak kecil, ketiga gadis itu dengan heboh membeli berbagai macam cemilan sebelum masuk ke ruang bioskop. Tak sampai di situ, mereka lanjut pergi berbelanja. 

*** 

"Pa! Minta uang. 5 jutaaaaa aja." 

Tanpa sepatah kata pun Abram langsung memutus panggilan.

"Siapa, Pa? Kok langsung dimatiin?" tanya Melati. 

"Nadira. Dia minta uang lagi, padahal baru kemarin papa TF dua juta ke rekeningnya. Sekarang sudah habis, keterlaluan!" 

Dira mengacak rambutnya dengan gusar, penampilannya kini sudah benar-benar mirip orang tidak waras. 

"Papa gue gak mau ngasih, gimana dong, Yas? Na? Bantuin, dong. Malu diliatin orang." 

Di sekitar mereka memang kini banyak pasang mata menatap ke arahnya, karena barang belanjaan sudah bertumpuk di meja kasir, tetapi ternyata saldo di rekeningnya tidak mencukupi. 

"Ogah, gue gak punya uang sebanyak itu. Lagian Lo belanja gak ngotak. Kayak mau buka butik aja." Yasmin menggerutu.

"Berisik Lo! Kalo gak mau bantu ya udah diem!" 

Yasmin dan Triana memutar bola mata dengan jengah lalu kompak menepuk jidat.

Dengan terdesak akhirnya Dira mengambil keputusan. 

[Bisa minjem uang, gak? 5jt aja. Nanti gue balikin secepatnya.] 

Pesan tersebut terkirim ke seseorang, beberapa saat kemudian sebuah balasan muncul.

[No rek.]

Dengan hati lega Nadira mengirimkan nomor rekening banknya, dan tak sampai 5 menit uang 10jt mendarat di rekeningnya. 

Akhirnya Nadira selamat dari situasi memalukan tersebut dan bisa pulang dengan tenang. 

[Ini aku balikin sisanya.] 

[Gak usah.]

[Kok gitu?]

[Anggap saja sebagai pengganti biaya resepsi.]

Gadis itu pun mengendikkan bahu, tak mau peduli lagi. 

"Ra, tadi Lo dapet duit dari mana?" tanya Triana setelah Yasmin pulang lebih dulu. 

"Dari kakak sepupu Lo." 

"Apa?" 

"Gak usah sekaget itu kali."

Triana memejamkan mata. "Lo bener-bener stres deh kayaknya." 

"Gue waras, ya! Kan dia suami gue, wajar dong gue minta duit." 

"Ya elah, giliran yang enaknya Lo ngakuin dia sebagai suami." 

"Tadinya gue niat minjem doang, tapi dia gak mau, ya udah. Lagian, biar sedikit ada gunanya juga, gak, sih, dia jadi suami gue? Gue stres juga kan gara-gara dia." 

"Parah, Lo! Bisa-bisanya blak-blakan manfaatin seseorang di hadapan adik sepupunya. Kayaknya gue harus nyiapin rencana buat balesin dendam kak Anand sama Lo." 

Nadila malah tertawa. 

***

"Nak ... " 

"Ya, Bu? Anand di sini."

"Kamu sedang apa? Apa istrimu ada ngasih kabar?" tanya ibunya Anand saat melihat anaknya tersenyum kecil menatap ponsel. 

"Emm, iya, Bu."

"Ibu mau lihat foto pernikahan kalian."

Anand menelan ludah. Saat hari pernikahannya ibunya tak sadarkan diri, dan semalam baru siuman.

"Bu, Nadira pemalu, dia tidak seperti kebanyakan gadis. Jadi dia tidak bersedia mengadakan pemotretan."

Wajah ibunya memancarkan kekecewaan. 

"Ibu tenang saja, Nadira memang gadis yang cantik dan baik seperti yang ibu katakan, buktinya dia tidak keberatan sama sekali langsung Anand tinggal."

"Ibu sangat merasa bersalah dengan ini, kalian baru saja menikah, tapi harus langsung berpisah." 

"Sudah, ibu jangan banyak pikiran. Tadi Nadira juga nitip pesan, katanya ibu harus cepat sembuh supaya bisa cepat pulang." 

"Iya, ibu pasti cepat sembuh, Nak. Ibu ingin segera menimang cucu." 

Lagi-lagi perkataan ibunya seakan belati yang menggores-gores hatinya dengan perlahan. Ia terpaksa berbohong, tetapi nyatanya rasa takut malah semakin merajai hatinya. Bagaimana jika ibunya benar-benar sembuh, tetapi kemudian melihat kenyataan yang berbanding terbalik dengan apa yang dia katakan? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    5. Kabar Duka

    "Malam Papa ... Mama ...!" Melati dan Abram menatap tajam kedua tangan Nadila yang membawa begitu banyak paper bag, sedangkan gadis itu terus berjalan cuek. "Nadira!" Langkah gadis itu yang hendak menaiki anak tangga langsung terhenti mendengar panggilan menyeramkan dari papanya. Perlahan ia berbalik, menatap satu persatu wajah orang tuanya dengan cemas."Uang siapa yang kamu pakai? Bukannya Papa tidak kasih uang?" tanya Abram."Uang ... " "Uang siapa? Kamu minjam dari teman, hah? Papa gak habis pikir, kamu se-menjengkelkan ini, Nadira! Sengaja papa gak ngasih kamu uang tambahan supaya kamu berhenti foya-foya, menghamburkan uang gak jelas. Tapi kamu ... Sama siapa kamu pinjam uang?" tanya Abram dengan mata melotot. "Uang Anand, Pa." "Anand?" pekik Abram dan Melati bersamaan. "Kamu gila, Nadira?" geram Abram. "Kenapa sih, Pa? Wajar dong dia ngasih aku uang, dia kan--""Suami kamu?" Nadira langsung mengangguk."Kamu bisa-bisanya menuntut Anand melakukan kewajiban suami, tapi k

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    6. Dosen Baru

    [Maaf, aku gak bisa datang sekarang. Nanti sepulang dari sini aku pasti ke sana. Turut berduka cita.]Anand menatap pesan yang dikirimkan Nadira. Gadis itu memang sedang melakukan studi lapangan, sama seperti Triana yang tak turut serta dalam pemakaman tantenya. [Tidak masalah.]***"Umur gak ada yang tahu, ya, Ra? Padahal Kak Anand udah ngusahain yang terbaik sampai ke luar negri," ucap Triana.Nadira tak menyahut, tatapannya lurus ke depan. Entah harus bahagia atau sedih mendengar kabar itu, Nadira tak tahu. Bahagianya mungkin ini adalah jalan yang tuhan pilihkan untuk mengakhiri ikatan menyesakan ini. Hanya saja ..."Nadira ... " Nadira dan Triana sontak menoleh ke belakang, terlihat Danil sedang berdiri. "Danil? Ngapain Lo ke sini?" tanya Triana."Gue mau ngomong sama Nadira." "Gue gak izinin." "Jangan ikut campur, sana sana!" "Eh!" Nadira memberi isyarat untuk Triana memberi mereka waktu bicara. Walaupun sedikit keberatan akhirnya Triana menjauh. "Jangan macam-macam Lo sa

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    7. Ingin Cerai

    "Ke sana juga, yuk, Ra? Pengen lihat seganteng apa dosen baru itu." "Duh, gue lagi gak mood, Yas.""Alah mana mungkin Lo gak mood lihat yang bening-bening? Gak percaya gue." "Tapi gue serius, Yas. Gue lagi bener-bener gak mood. Kepala gue lagi kusut banget.""Gak asik, Lo. Ya udah deh gue pergi sendiri. Penasaran banget seganteng apa, sampai sekampus heboh semua." Yasmin meninggalkan Nadira sendiri. Seperginya Yasmin, Nadira duduk sendirian di kursi, mengutak-atik ponselnya, kemudian menghembuskan nafas."Dira?" Nadira menoleh, lalu menghela nafas setelah melihat Danil yang memanggilnya. Tanpa meminta persetujuan Danil duduk di samping Nadira."Ini buat kamu." Nadira menoleh, menatap bucket bunga mawar yang Danil sodorkan. Namun ia tak mengatakan apapun."Ra? Kamu masih marah? Aku tahu kenapa kamu gak berniat buat ikut heboh lihat dosen baru kita itu, karena kamu pasti masih belum bisa lupain aku, kan?""Berhenti ganggu aku, Danil.""Aku gak ganggu kamu, Ra. Aku cuma--"Nadira de

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    9. Di bully

    [Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    10. Bertemu

    "Ra, kamu salah paham. Nesa menguping pembicaraan kita waktu itu, aku gak ngasih tahu dia." "Jadi semua itu bener?""Ternyata bener, Nadira udah nikah sama laki-laki tua." "Ya ampun.""Gak nyangka, ya?" Bisik-bisik orang-orang membuat kaki Nadira terasa lemas. Perlahan ia mundur beberapa langkah, kemudian berlari menembus kerumunan. Yasmin yang baru tersadar langsung berlari mengejar sahabatnya. "Dira tunggu!" Nadira terus berlari sambil menangis. Akhirnya apa yang berusaha ia sembunyikan dari orang lain mencuat begitu saja tanpa diduga. Dan kini kampus tak lagi jadi tempat tenang dan nyaman untuknya, tetapi berubah jadi lebih mengerikan dari pada rumahnya sendiri. Yasmin berhenti di belakang Nadira yang sedang menangis di depan wastafel. Perlahan ia mendekat, lalu memegang pundak Nadira."Yas ... Lo juga gak mau lagi jadi temen gue kan, setelah tahu semuanya?" tanya Nadira di sela isak nya. "J-jadi ... Itu bener?" Nadira mengangguk."Ya Tuhan, Dira ..." Yasmin memeluk sahaba

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    11. Ada Yang Salah

    "Haa?" Semua orang syok luar biasa, mata mereka hampir keluar melihat baju Pak An ikut kotor dari badan Nadira. Sontak semua orang sampai menutup mulut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat mereka membubarkan diri dengan ketakutan, termasuk Merlyn. "Berhenti!" Ucapan tegas yang Anand keluarkan membuat semua orang langsung ngerem mendadak. Nadira mengerjap, ikut terkejut. Ia pun segera menjaga jarak dari Anand. Anand menatap Nadira yang terus menunduk, hatinya bertanya-tanya, kenapa Nadira bersikap seolah tak mengenalinya? Tak ada raut keterkejutan di wajahnya saat mereka saling bertatapan tadi.Anand beralih menatap yang lain. "Ada apa ini?" Ia berkata dengan nada santai, tetapi mampu membuat semua pundak gemetar. Mereka kompak menunjuk Merlyn."S-saya ... Saya gak ngelakuin apa-apa, Pak An!" bantah Merlyn.Nadira mengerjap, lalu melirik laki-laki di depannya. "Pak An? Jadi dosen killer itu dia? Ternyata lebih tampan aslinya daripada di foto," bisiknya dalam hati sambil tersenyu

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    12. Keputusan Anand

    "Ayo masuk!" Anand menggerakkan kepalanya ke arah rumah megah bercat putih itu. Dengan cepat Nadila merentangkan tangan demi menjaga jarak antara kedua nya, wajahnya panik luar biasa. "Tunggu-tunggu! Aku tahu, pesonaku gak kaleng-kaleng, tapi aku bukan perempuan seperti yang Pak An kira. Aku perempuan baik-baik, masih segel dan terjamin. Aku mahal, Pak!" "Ha?" Anand mengerutkan kening dan nyengir heran sambil memiringkan kepala. Namun tanpa permisi sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Oh, ya? Semahal apa? Saya yakin sanggup membayarnya," ucap Anand sambil mendekat perlahan.Nadila membulatkan mulut seketika. "Jangan mendekat! Saya sudah menikah! Lihat!" Anand tertegun, ia menatap cincin mas kawin pemberiannya melingkar indah di jari manis Nadila. Tiba-tiba hatinya menghangat. "Aku bisa jaga diri, aku gak akan sembarangan masuk ke rumah laki-laki. Bapak pikir dengan ketampanan yang Bapak miliki bisa menjerumuskan gadis polos kaya aku, hah? Jangan harap. Dasar dosen me sum! Ca bu

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    16. Pak An Si Dosen Killer

    "Gak nyangka banget si Merlyn bakal bertingkah bodoh kaya gitu," celetuk Yasmin sambil tertawa kecil."Karena dia dendam sama gue, jadi selalu berambisi buat dapetin juga apa yang gue dapet," timpal Nadira."Parah, ya. Malah malu-maluin diri sendiri." Mereka pun tertawa. Triana pamit ke kelasnya terlebih dulu, membuat Nadira dan Yasmin kembali ke perpustakaan hanya berdua."Nadira? Lo masih di sini?" Nadira menoleh pada Rena. "Eh, Ren, ada apa emang?" "Kelas Lo kan udah mulai.""Ha? Masa, sih?" Nadira menatap jam tangannya. "Masih ada sisa waktu lima belas menit lagi ke waktu masuk, tapi kenapa ... ""Kayaknya jam Lo telat, tuh. Udah ayo cepetan masuk, gue lihat pak An tadi kaya bawa lembaran kuis." "Apa? Pak An? Kuis?" pekik Nadira sambil berdiri, suaranya sampai menggema di seluruh perpustakaan. Mendengar dua hal yang paling horor dalam hidupnya disebut bersamaan membuat dunianya serasa runtuh seketika.Yasmin dan Rena sontak menutup kedua telinga mereka. "Udah cepetan ke kela

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    15. Jadi Bahan Tertawaan

    "Lumpur? Lumpur yang kemarin maksud dia?" tanya Sekar, teman Merlyn."Apa maksud dia bilang gitu? Apa benar lumpur yang kemarin yang mempengaruhi pak An?" tanya Merlyn."Masa iya, sih? Gak masuk akal banget," sahut Sekar. "Tapi coba Lo pikir-pikir lagi, perubahan sikap pak An yang drastis dan tiba-tiba tanpa alasan juga lebih gak masuk akal. Bagaimana bisa pak An berubah sikap bagaikan jadi orang yang berbeda begitu berhadapan dengan Nadira."Sekar mengerutkan kening mendengar ucapan Merlyn yang memang tak bisa dibantah. "Terus, apa yang bakal Lo lakuin?" "Gue harus ngebuktiin hal itu." ***"Gak langsung pulang, Ra?" tanya Triana. "Nggak, nanggung nanti sejam lagi ada kelas lagi. Kalo kalian?" "Wih, sejak kapan Nadira sahabat kita jadi rajin begini?" tanya Yasmin."Sejak ... Tadi. Dahlah jangan terus ngolok-ngolok gue, gak ikhlas banget kalian lihat gue ngelakuin revolusi." "Yaelah revolusi!" Yasmin dan Triana tertawa. "Gue juga ada kelas bentar lagi. Kalo si Yasmin kosong,"

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    14. Semua Menganga

    "Masa iya, Ra?""Sulit dipercaya, bukannya pak An itu galak? Kok bisa?" "Iya. Gak percaya gue.""Lo gak bohong, kan, Ra?" "Udah gue bilang jangan percaya, si Dira ini tukang halusinasi," ucap Merlyn.Nadira memicingkan mata. "Loh? Lo gak percaya?" Nadira bangkit dari kursi dan memamerkan baju yang kini ia kenakan sambil berputar. "Ini baju pemberian pak An kemarin. Masih baru, wangiii!" ucap Nadira dengan wajah teler. Semua orang lagi-lagi heboh, banyak yang tak percaya, tetapi juga tak sedikit yang begitu takjub dan memuji-muji Nadira. "Lo pasti kena hukuman kalo pak An tahu Lo nyebarin gosip tentang dia, Dira!" geram Merlyn dengan dada membara. "Ya silakan, laporin aja sana. Gue gak takut!" ucap Nadira sambil kembali duduk. Yasmin dan Triana menatap Nadira dengan was-was. "Ra, jangan kelewatan deh bercandanya. Kalo sampai ada yang bener-bener laporin smaa pak An, habis Lo!"Nadira malah mencebik sambil mengangkat kedua alisnya. "Tenang tenang." Merlyn menghentakkan kaki lalu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    13. Pamer

    "Kamu gak ada kelas hari ini?" tanya Abram saat melihat anaknya pagi-pagi sudah nongkrong di depan tv sambil ngemil."Males aja.""Mulai lagi malesnya? Kalau kaya gini terus kamu gak bakalan ada peningkatan, Dira. Kamu menyia-nyiakan uang yang papa keluarkan buat bayar biaya kuliah kalo kaya gini.""Ada apa, Pa?" tanya Melati. Mendengar ribut-ribut, ia langsung datang dari dapur. "Lihat, anak ini sudah malas kuliah lagi. Padahal baru beberapa Minggu gak pernah absen."Nadira yang menjadi tersangka utama dalam keributan itu justru malah terus ngemil dengan santai seolah tak mendengar apa-apa. "Papa gak mau tahu, pokoknya kalau kamu males-malesan lagi kaya gini papa tidak akan memberikan tempat sedikit pun dari rumah ini buat kamu.""Maksud Papa?" tanya Nadira."Papa akan usir kamu." Nadira malah mencebik. "Yang bener aja, masa tega ngusir anak satu-satunya? Emang papa mau aku terlunta-lunta di jalan? Jadi gelandangan dan terancam banyak kejahatan?" Abram mendengkus. "Papa gak khawa

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    12. Keputusan Anand

    "Ayo masuk!" Anand menggerakkan kepalanya ke arah rumah megah bercat putih itu. Dengan cepat Nadila merentangkan tangan demi menjaga jarak antara kedua nya, wajahnya panik luar biasa. "Tunggu-tunggu! Aku tahu, pesonaku gak kaleng-kaleng, tapi aku bukan perempuan seperti yang Pak An kira. Aku perempuan baik-baik, masih segel dan terjamin. Aku mahal, Pak!" "Ha?" Anand mengerutkan kening dan nyengir heran sambil memiringkan kepala. Namun tanpa permisi sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Oh, ya? Semahal apa? Saya yakin sanggup membayarnya," ucap Anand sambil mendekat perlahan.Nadila membulatkan mulut seketika. "Jangan mendekat! Saya sudah menikah! Lihat!" Anand tertegun, ia menatap cincin mas kawin pemberiannya melingkar indah di jari manis Nadila. Tiba-tiba hatinya menghangat. "Aku bisa jaga diri, aku gak akan sembarangan masuk ke rumah laki-laki. Bapak pikir dengan ketampanan yang Bapak miliki bisa menjerumuskan gadis polos kaya aku, hah? Jangan harap. Dasar dosen me sum! Ca bu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    11. Ada Yang Salah

    "Haa?" Semua orang syok luar biasa, mata mereka hampir keluar melihat baju Pak An ikut kotor dari badan Nadira. Sontak semua orang sampai menutup mulut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat mereka membubarkan diri dengan ketakutan, termasuk Merlyn. "Berhenti!" Ucapan tegas yang Anand keluarkan membuat semua orang langsung ngerem mendadak. Nadira mengerjap, ikut terkejut. Ia pun segera menjaga jarak dari Anand. Anand menatap Nadira yang terus menunduk, hatinya bertanya-tanya, kenapa Nadira bersikap seolah tak mengenalinya? Tak ada raut keterkejutan di wajahnya saat mereka saling bertatapan tadi.Anand beralih menatap yang lain. "Ada apa ini?" Ia berkata dengan nada santai, tetapi mampu membuat semua pundak gemetar. Mereka kompak menunjuk Merlyn."S-saya ... Saya gak ngelakuin apa-apa, Pak An!" bantah Merlyn.Nadira mengerjap, lalu melirik laki-laki di depannya. "Pak An? Jadi dosen killer itu dia? Ternyata lebih tampan aslinya daripada di foto," bisiknya dalam hati sambil tersenyu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    10. Bertemu

    "Ra, kamu salah paham. Nesa menguping pembicaraan kita waktu itu, aku gak ngasih tahu dia." "Jadi semua itu bener?""Ternyata bener, Nadira udah nikah sama laki-laki tua." "Ya ampun.""Gak nyangka, ya?" Bisik-bisik orang-orang membuat kaki Nadira terasa lemas. Perlahan ia mundur beberapa langkah, kemudian berlari menembus kerumunan. Yasmin yang baru tersadar langsung berlari mengejar sahabatnya. "Dira tunggu!" Nadira terus berlari sambil menangis. Akhirnya apa yang berusaha ia sembunyikan dari orang lain mencuat begitu saja tanpa diduga. Dan kini kampus tak lagi jadi tempat tenang dan nyaman untuknya, tetapi berubah jadi lebih mengerikan dari pada rumahnya sendiri. Yasmin berhenti di belakang Nadira yang sedang menangis di depan wastafel. Perlahan ia mendekat, lalu memegang pundak Nadira."Yas ... Lo juga gak mau lagi jadi temen gue kan, setelah tahu semuanya?" tanya Nadira di sela isak nya. "J-jadi ... Itu bener?" Nadira mengangguk."Ya Tuhan, Dira ..." Yasmin memeluk sahaba

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    9. Di bully

    [Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status