Share

7. Ingin Cerai

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2025-04-07 10:12:30

"Ke sana juga, yuk, Ra? Pengen lihat seganteng apa dosen baru itu." 

"Duh, gue lagi gak mood, Yas."

"Alah mana mungkin Lo gak mood lihat yang bening-bening? Gak percaya gue." 

"Tapi gue serius, Yas. Gue lagi bener-bener gak mood. Kepala gue lagi kusut banget."

"Gak asik, Lo. Ya udah deh gue pergi sendiri. Penasaran banget seganteng apa, sampai sekampus heboh semua." Yasmin meninggalkan Nadira sendiri. 

Seperginya Yasmin, Nadira duduk sendirian di kursi, mengutak-atik ponselnya, kemudian menghembuskan nafas.

"Dira?" 

Nadira menoleh, lalu menghela nafas setelah melihat Danil yang memanggilnya. Tanpa meminta persetujuan Danil duduk di samping Nadira.

"Ini buat kamu." 

Nadira menoleh, menatap bucket bunga mawar yang Danil sodorkan. Namun ia tak mengatakan apapun.

"Ra? Kamu masih marah? Aku tahu kenapa kamu gak berniat buat ikut heboh lihat dosen baru kita itu, karena kamu pasti masih belum bisa lupain aku, kan?"

"Berhenti ganggu aku, Danil."

"Aku gak ganggu kamu, Ra. Aku cuma--"

Nadira dengan cepat bangkit dang menghindar, mengabaikan teriakan Danil. Dengan cepat laki-laki itu berlari mengejar. Namun Nadira dengan kasar mendorongnya. 

"Gue berharap waktu itu Lo bisa nolongin gue, Nil. Lo bisa nyelamatin gue dari pernikahan yang gak pernah gue mau. Tapi nyatanya Lo gak bisa ngelakuin apa-apa. Lo malah nyerah gitu aja di depan Papa gue. Tapi sekarang udah berakhir, semuanya sudah terlambat, gue udah nikah sama laki-laki tua, jelek. Dan ini semua gara-gara Lo, Pengecut! Gue benci sama Lo! Puas Lo, hah?" teriak Nadila dengan berlinangan air mata. Setelah mengatakan itu dia kembali berlari, meninggalkan Danil yang masih terpaku.

***

[Aku minta cerai.]

Tiga kata itu membuat Anand termenung, jujur saja ada sedikit rasa sakit yang menyerang dadanya melihat pesan tersebut. 

Apa harus pernikahan yang diinginkan mendiang kedua orang tuanya kandas begitu saja? Walaupun dia juga baru sempat melihat Nadira lewat foto, tetapi rasanya enggan melepas ikatan sakral yang kini sudah melilit dengan restu kedua orang tuanya. Hal yang tidak akan bisa dia dapatkan lagi di kemudian hari.

[Kenapa harus cerai? Bukannya saya sudah mengikuti keinginan kamu untuk tidak mengganggu?]

[Pokoknya aku mau cerai.]

[Apa alasannya?]

[Karena aku gak cinta sama kamu.]

Anand tersenyum kecil. [Apa cinta bisa hadir tanpa bertemu dan komunikasi?]

[Maksud kamu?]

[Kita harus bertemu.]

[Gak mau!]

[Kenapa?]

[Kamu jelek, item, aku gak mau orang lain melihat kita ketemu dan tahu aku punya suami jelek dan tua kaya kamu.]

Nadira merenung sesaat, kenapa mendadak ada kesopanan dalam setiap perkataannya terhadap Anand? Dia baru tersadar.

Di tempat lain Anand mengerutkan kening membaca balsan dari Nadira. Ia pun mematikan layar ponsel dan bercermin. "Apa aku sejelek itu? Hitam? Tua?" 

[Dari mana kamu tahu saya jelek? Bukannya kita belum ketemu?]

[Dari foto.]

[Mana fotonya? Saya mau lihat. Kamu pasti salah.]

[Gak usah! Gak terima banget disebut jelek. Ngaca dong! 👺]

Bukannya tersinggung, Anand malah tertawa membacanya. "Ya Allah ... Gemes banget, sih." 

Anand berinisiatif untuk melakukan panggilan video. Di tempat lain Nadira membelalak sambil menutup mulut, dengan panik melirik ke kiri dan kanan. 

"Dia bener-bener gila!" 

Dengan cepat dia mematikan panggilan. "Jangan harap gue mau tatap-tatapan sama Lo!"

***

"Aaaaaaaa kurang ajar! Dia gak bales chat gue lagi sampai sekarang. Dia bener-bener pengen bunuh gue dalam pernikahan ini. Sekarang gimana? Gue bener-bener gak bisa lepas." 

Dira mondar mandir di dalam kamarnya, sesekali ia menggigit kuku, kemudian menatap layar ponselnya lagi, di mana pesannya berjejer tanpa balasan. 

Dengan cepat Nadira lari keluar kamar, mencari kedua orang tuanya. 

"Pa! Papa! Mama!" Gadis itu menggedor pintu kamar orang tuanya. 

"Ada apa, Dira? Malam-malam gini gedor pintu kamar." Melati keluar, kemudian di susul Abram. 

"Pa, aku mau cerai." 

"Apa?" 

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Melati.

"Tiba-tiba? Aku dari awal nikah aja udah mau cerai, Ma, cuma aku tahan-tahan aja. Tapi sekarang aku udah gak tahan, aku mau cerai pokoknya."

Melati dan Abram saling tatap.

"Nadira, pernikahan bukan permainan." 

Nadira memicingkan mata. "Aku gak lupa, ya, Papa pernah bilang setidaknya sampai keadaan ibunya Anand membaik aku harus bertahan. Tapi sekarang gak ada lagi alasan, kan? Aku mau cerai pokoknya, aku gak sudi jadi istrinya Anand lebih dari detik ini."

Plak!

Melati menutup mulut, sedangkan Abram menatap tangannya sendiri dengan pucat. Jelas ia kelepasan melakukan itu. 

"Papa jahat! Papa sama Mama sama-sama jahat!" Dira langsung lari ke kamarnya. 

"Ya Tuhan, Papa!" 

Abram memejamkan mata, kemudian mengusap wajahnya gusar. 

***

"Aaaaaaa! Ganteng banget, sumpah!" 

"Ya ampun, meleleh banget lihatnya."

"Oemji, kaya aktor Cina di drama-drama."

Seluruh kampus heboh luar biasa, semua mahasiswi berdiri memenuhi bagian dekat ruangan dosen.

"Dira ayo keluar, kita lihat pelaku dibalik kehebohan hari ini. Ayo cepetan!" Yasmin terus menarik tangan Nadira yang sedari tadi telungkup di atas meja. 

"Gak mau, Yas, Lo aja. Gue gak punya tenaga buat bangkit. Hiks hiks." Nadira mengusap pipinya yang masih terasa bengkak akibat tamparan papanya.

"Ah, gak seru Lo! Gue tinggal, ya?" 

Nadira tak merespon, Yasmin pun meninggalkan Nadira sendirian di kantin. Gadis itu membenamkan wajah dan kemudian merengek keras-keras. Seumur-umur ini adalah kali pertamanya mendapatkan tamparan dari orang tuanya, dan tentu saja hal itu mempengaruhi segalanya. 

"Hidup gue, bener-bener hancur sekarang. Gak ada harapan lagi, gak ada. Heuheuheu ... Gue mau cerai! Gue mau cerai! Anand sialan! Dia bener-bener gak lepasin gue," rengeknya sambil meninju udara di depannya. 

Haish, Nadira. Lo gak tahu aja kalo dosen itu ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    9. Di bully

    [Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    10. Bertemu

    "Ra, kamu salah paham. Nesa menguping pembicaraan kita waktu itu, aku gak ngasih tahu dia." "Jadi semua itu bener?""Ternyata bener, Nadira udah nikah sama laki-laki tua." "Ya ampun.""Gak nyangka, ya?" Bisik-bisik orang-orang membuat kaki Nadira terasa lemas. Perlahan ia mundur beberapa langkah, kemudian berlari menembus kerumunan. Yasmin yang baru tersadar langsung berlari mengejar sahabatnya. "Dira tunggu!" Nadira terus berlari sambil menangis. Akhirnya apa yang berusaha ia sembunyikan dari orang lain mencuat begitu saja tanpa diduga. Dan kini kampus tak lagi jadi tempat tenang dan nyaman untuknya, tetapi berubah jadi lebih mengerikan dari pada rumahnya sendiri. Yasmin berhenti di belakang Nadira yang sedang menangis di depan wastafel. Perlahan ia mendekat, lalu memegang pundak Nadira."Yas ... Lo juga gak mau lagi jadi temen gue kan, setelah tahu semuanya?" tanya Nadira di sela isak nya. "J-jadi ... Itu bener?" Nadira mengangguk."Ya Tuhan, Dira ..." Yasmin memeluk sahaba

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    11. Ada Yang Salah

    "Haa?" Semua orang syok luar biasa, mata mereka hampir keluar melihat baju Pak An ikut kotor dari badan Nadira. Sontak semua orang sampai menutup mulut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat mereka membubarkan diri dengan ketakutan, termasuk Merlyn. "Berhenti!" Ucapan tegas yang Anand keluarkan membuat semua orang langsung ngerem mendadak. Nadira mengerjap, ikut terkejut. Ia pun segera menjaga jarak dari Anand. Anand menatap Nadira yang terus menunduk, hatinya bertanya-tanya, kenapa Nadira bersikap seolah tak mengenalinya? Tak ada raut keterkejutan di wajahnya saat mereka saling bertatapan tadi.Anand beralih menatap yang lain. "Ada apa ini?" Ia berkata dengan nada santai, tetapi mampu membuat semua pundak gemetar. Mereka kompak menunjuk Merlyn."S-saya ... Saya gak ngelakuin apa-apa, Pak An!" bantah Merlyn.Nadira mengerjap, lalu melirik laki-laki di depannya. "Pak An? Jadi dosen killer itu dia? Ternyata lebih tampan aslinya daripada di foto," bisiknya dalam hati sambil tersenyu

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    12. Keputusan Anand

    "Ayo masuk!" Anand menggerakkan kepalanya ke arah rumah megah bercat putih itu. Dengan cepat Nadila merentangkan tangan demi menjaga jarak antara kedua nya, wajahnya panik luar biasa. "Tunggu-tunggu! Aku tahu, pesonaku gak kaleng-kaleng, tapi aku bukan perempuan seperti yang Pak An kira. Aku perempuan baik-baik, masih segel dan terjamin. Aku mahal, Pak!" "Ha?" Anand mengerutkan kening dan nyengir heran sambil memiringkan kepala. Namun tanpa permisi sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Oh, ya? Semahal apa? Saya yakin sanggup membayarnya," ucap Anand sambil mendekat perlahan.Nadila membulatkan mulut seketika. "Jangan mendekat! Saya sudah menikah! Lihat!" Anand tertegun, ia menatap cincin mas kawin pemberiannya melingkar indah di jari manis Nadila. Tiba-tiba hatinya menghangat. "Aku bisa jaga diri, aku gak akan sembarangan masuk ke rumah laki-laki. Bapak pikir dengan ketampanan yang Bapak miliki bisa menjerumuskan gadis polos kaya aku, hah? Jangan harap. Dasar dosen me sum! Ca bu

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    13. Pamer

    "Kamu gak ada kelas hari ini?" tanya Abram saat melihat anaknya pagi-pagi sudah nongkrong di depan tv sambil ngemil."Males aja.""Mulai lagi malesnya? Kalau kaya gini terus kamu gak bakalan ada peningkatan, Dira. Kamu menyia-nyiakan uang yang papa keluarkan buat bayar biaya kuliah kalo kaya gini.""Ada apa, Pa?" tanya Melati. Mendengar ribut-ribut, ia langsung datang dari dapur. "Lihat, anak ini sudah malas kuliah lagi. Padahal baru beberapa Minggu gak pernah absen."Nadira yang menjadi tersangka utama dalam keributan itu justru malah terus ngemil dengan santai seolah tak mendengar apa-apa. "Papa gak mau tahu, pokoknya kalau kamu males-malesan lagi kaya gini papa tidak akan memberikan tempat sedikit pun dari rumah ini buat kamu.""Maksud Papa?" tanya Nadira."Papa akan usir kamu." Nadira malah mencebik. "Yang bener aja, masa tega ngusir anak satu-satunya? Emang papa mau aku terlunta-lunta di jalan? Jadi gelandangan dan terancam banyak kejahatan?" Abram mendengkus. "Papa gak khawa

    Last Updated : 2025-04-13
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    14. Semua Menganga

    "Masa iya, Ra?""Sulit dipercaya, bukannya pak An itu galak? Kok bisa?" "Iya. Gak percaya gue.""Lo gak bohong, kan, Ra?" "Udah gue bilang jangan percaya, si Dira ini tukang halusinasi," ucap Merlyn.Nadira memicingkan mata. "Loh? Lo gak percaya?" Nadira bangkit dari kursi dan memamerkan baju yang kini ia kenakan sambil berputar. "Ini baju pemberian pak An kemarin. Masih baru, wangiii!" ucap Nadira dengan wajah teler. Semua orang lagi-lagi heboh, banyak yang tak percaya, tetapi juga tak sedikit yang begitu takjub dan memuji-muji Nadira. "Lo pasti kena hukuman kalo pak An tahu Lo nyebarin gosip tentang dia, Dira!" geram Merlyn dengan dada membara. "Ya silakan, laporin aja sana. Gue gak takut!" ucap Nadira sambil kembali duduk. Yasmin dan Triana menatap Nadira dengan was-was. "Ra, jangan kelewatan deh bercandanya. Kalo sampai ada yang bener-bener laporin smaa pak An, habis Lo!"Nadira malah mencebik sambil mengangkat kedua alisnya. "Tenang tenang." Merlyn menghentakkan kaki lalu

    Last Updated : 2025-04-13
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    15. Jadi Bahan Tertawaan

    "Lumpur? Lumpur yang kemarin maksud dia?" tanya Sekar, teman Merlyn."Apa maksud dia bilang gitu? Apa benar lumpur yang kemarin yang mempengaruhi pak An?" tanya Merlyn."Masa iya, sih? Gak masuk akal banget," sahut Sekar. "Tapi coba Lo pikir-pikir lagi, perubahan sikap pak An yang drastis dan tiba-tiba tanpa alasan juga lebih gak masuk akal. Bagaimana bisa pak An berubah sikap bagaikan jadi orang yang berbeda begitu berhadapan dengan Nadira."Sekar mengerutkan kening mendengar ucapan Merlyn yang memang tak bisa dibantah. "Terus, apa yang bakal Lo lakuin?" "Gue harus ngebuktiin hal itu." ***"Gak langsung pulang, Ra?" tanya Triana. "Nggak, nanggung nanti sejam lagi ada kelas lagi. Kalo kalian?" "Wih, sejak kapan Nadira sahabat kita jadi rajin begini?" tanya Yasmin."Sejak ... Tadi. Dahlah jangan terus ngolok-ngolok gue, gak ikhlas banget kalian lihat gue ngelakuin revolusi." "Yaelah revolusi!" Yasmin dan Triana tertawa. "Gue juga ada kelas bentar lagi. Kalo si Yasmin kosong,"

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    16. Pak An Si Dosen Killer

    "Gak nyangka banget si Merlyn bakal bertingkah bodoh kaya gitu," celetuk Yasmin sambil tertawa kecil."Karena dia dendam sama gue, jadi selalu berambisi buat dapetin juga apa yang gue dapet," timpal Nadira."Parah, ya. Malah malu-maluin diri sendiri." Mereka pun tertawa. Triana pamit ke kelasnya terlebih dulu, membuat Nadira dan Yasmin kembali ke perpustakaan hanya berdua."Nadira? Lo masih di sini?" Nadira menoleh pada Rena. "Eh, Ren, ada apa emang?" "Kelas Lo kan udah mulai.""Ha? Masa, sih?" Nadira menatap jam tangannya. "Masih ada sisa waktu lima belas menit lagi ke waktu masuk, tapi kenapa ... ""Kayaknya jam Lo telat, tuh. Udah ayo cepetan masuk, gue lihat pak An tadi kaya bawa lembaran kuis." "Apa? Pak An? Kuis?" pekik Nadira sambil berdiri, suaranya sampai menggema di seluruh perpustakaan. Mendengar dua hal yang paling horor dalam hidupnya disebut bersamaan membuat dunianya serasa runtuh seketika.Yasmin dan Rena sontak menutup kedua telinga mereka. "Udah cepetan ke kela

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    15. Jadi Bahan Tertawaan

    "Lumpur? Lumpur yang kemarin maksud dia?" tanya Sekar, teman Merlyn."Apa maksud dia bilang gitu? Apa benar lumpur yang kemarin yang mempengaruhi pak An?" tanya Merlyn."Masa iya, sih? Gak masuk akal banget," sahut Sekar. "Tapi coba Lo pikir-pikir lagi, perubahan sikap pak An yang drastis dan tiba-tiba tanpa alasan juga lebih gak masuk akal. Bagaimana bisa pak An berubah sikap bagaikan jadi orang yang berbeda begitu berhadapan dengan Nadira."Sekar mengerutkan kening mendengar ucapan Merlyn yang memang tak bisa dibantah. "Terus, apa yang bakal Lo lakuin?" "Gue harus ngebuktiin hal itu." ***"Gak langsung pulang, Ra?" tanya Triana. "Nggak, nanggung nanti sejam lagi ada kelas lagi. Kalo kalian?" "Wih, sejak kapan Nadira sahabat kita jadi rajin begini?" tanya Yasmin."Sejak ... Tadi. Dahlah jangan terus ngolok-ngolok gue, gak ikhlas banget kalian lihat gue ngelakuin revolusi." "Yaelah revolusi!" Yasmin dan Triana tertawa. "Gue juga ada kelas bentar lagi. Kalo si Yasmin kosong,"

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    14. Semua Menganga

    "Masa iya, Ra?""Sulit dipercaya, bukannya pak An itu galak? Kok bisa?" "Iya. Gak percaya gue.""Lo gak bohong, kan, Ra?" "Udah gue bilang jangan percaya, si Dira ini tukang halusinasi," ucap Merlyn.Nadira memicingkan mata. "Loh? Lo gak percaya?" Nadira bangkit dari kursi dan memamerkan baju yang kini ia kenakan sambil berputar. "Ini baju pemberian pak An kemarin. Masih baru, wangiii!" ucap Nadira dengan wajah teler. Semua orang lagi-lagi heboh, banyak yang tak percaya, tetapi juga tak sedikit yang begitu takjub dan memuji-muji Nadira. "Lo pasti kena hukuman kalo pak An tahu Lo nyebarin gosip tentang dia, Dira!" geram Merlyn dengan dada membara. "Ya silakan, laporin aja sana. Gue gak takut!" ucap Nadira sambil kembali duduk. Yasmin dan Triana menatap Nadira dengan was-was. "Ra, jangan kelewatan deh bercandanya. Kalo sampai ada yang bener-bener laporin smaa pak An, habis Lo!"Nadira malah mencebik sambil mengangkat kedua alisnya. "Tenang tenang." Merlyn menghentakkan kaki lalu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    13. Pamer

    "Kamu gak ada kelas hari ini?" tanya Abram saat melihat anaknya pagi-pagi sudah nongkrong di depan tv sambil ngemil."Males aja.""Mulai lagi malesnya? Kalau kaya gini terus kamu gak bakalan ada peningkatan, Dira. Kamu menyia-nyiakan uang yang papa keluarkan buat bayar biaya kuliah kalo kaya gini.""Ada apa, Pa?" tanya Melati. Mendengar ribut-ribut, ia langsung datang dari dapur. "Lihat, anak ini sudah malas kuliah lagi. Padahal baru beberapa Minggu gak pernah absen."Nadira yang menjadi tersangka utama dalam keributan itu justru malah terus ngemil dengan santai seolah tak mendengar apa-apa. "Papa gak mau tahu, pokoknya kalau kamu males-malesan lagi kaya gini papa tidak akan memberikan tempat sedikit pun dari rumah ini buat kamu.""Maksud Papa?" tanya Nadira."Papa akan usir kamu." Nadira malah mencebik. "Yang bener aja, masa tega ngusir anak satu-satunya? Emang papa mau aku terlunta-lunta di jalan? Jadi gelandangan dan terancam banyak kejahatan?" Abram mendengkus. "Papa gak khawa

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    12. Keputusan Anand

    "Ayo masuk!" Anand menggerakkan kepalanya ke arah rumah megah bercat putih itu. Dengan cepat Nadila merentangkan tangan demi menjaga jarak antara kedua nya, wajahnya panik luar biasa. "Tunggu-tunggu! Aku tahu, pesonaku gak kaleng-kaleng, tapi aku bukan perempuan seperti yang Pak An kira. Aku perempuan baik-baik, masih segel dan terjamin. Aku mahal, Pak!" "Ha?" Anand mengerutkan kening dan nyengir heran sambil memiringkan kepala. Namun tanpa permisi sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Oh, ya? Semahal apa? Saya yakin sanggup membayarnya," ucap Anand sambil mendekat perlahan.Nadila membulatkan mulut seketika. "Jangan mendekat! Saya sudah menikah! Lihat!" Anand tertegun, ia menatap cincin mas kawin pemberiannya melingkar indah di jari manis Nadila. Tiba-tiba hatinya menghangat. "Aku bisa jaga diri, aku gak akan sembarangan masuk ke rumah laki-laki. Bapak pikir dengan ketampanan yang Bapak miliki bisa menjerumuskan gadis polos kaya aku, hah? Jangan harap. Dasar dosen me sum! Ca bu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    11. Ada Yang Salah

    "Haa?" Semua orang syok luar biasa, mata mereka hampir keluar melihat baju Pak An ikut kotor dari badan Nadira. Sontak semua orang sampai menutup mulut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat mereka membubarkan diri dengan ketakutan, termasuk Merlyn. "Berhenti!" Ucapan tegas yang Anand keluarkan membuat semua orang langsung ngerem mendadak. Nadira mengerjap, ikut terkejut. Ia pun segera menjaga jarak dari Anand. Anand menatap Nadira yang terus menunduk, hatinya bertanya-tanya, kenapa Nadira bersikap seolah tak mengenalinya? Tak ada raut keterkejutan di wajahnya saat mereka saling bertatapan tadi.Anand beralih menatap yang lain. "Ada apa ini?" Ia berkata dengan nada santai, tetapi mampu membuat semua pundak gemetar. Mereka kompak menunjuk Merlyn."S-saya ... Saya gak ngelakuin apa-apa, Pak An!" bantah Merlyn.Nadira mengerjap, lalu melirik laki-laki di depannya. "Pak An? Jadi dosen killer itu dia? Ternyata lebih tampan aslinya daripada di foto," bisiknya dalam hati sambil tersenyu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    10. Bertemu

    "Ra, kamu salah paham. Nesa menguping pembicaraan kita waktu itu, aku gak ngasih tahu dia." "Jadi semua itu bener?""Ternyata bener, Nadira udah nikah sama laki-laki tua." "Ya ampun.""Gak nyangka, ya?" Bisik-bisik orang-orang membuat kaki Nadira terasa lemas. Perlahan ia mundur beberapa langkah, kemudian berlari menembus kerumunan. Yasmin yang baru tersadar langsung berlari mengejar sahabatnya. "Dira tunggu!" Nadira terus berlari sambil menangis. Akhirnya apa yang berusaha ia sembunyikan dari orang lain mencuat begitu saja tanpa diduga. Dan kini kampus tak lagi jadi tempat tenang dan nyaman untuknya, tetapi berubah jadi lebih mengerikan dari pada rumahnya sendiri. Yasmin berhenti di belakang Nadira yang sedang menangis di depan wastafel. Perlahan ia mendekat, lalu memegang pundak Nadira."Yas ... Lo juga gak mau lagi jadi temen gue kan, setelah tahu semuanya?" tanya Nadira di sela isak nya. "J-jadi ... Itu bener?" Nadira mengangguk."Ya Tuhan, Dira ..." Yasmin memeluk sahaba

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    9. Di bully

    [Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status