Share

Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku
Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku
Author: UmmiNH

1. Mencuri Foto

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2025-04-07 10:06:44

"Gak mau! Pokoknya aku gak mau nikah cepet-cepet. Aku masih muda, pengen senang-senang, masih pengen bebas berkeliaran, Ma!" 

"Gak bisa, pokoknya kamu harus menikah sama Anand dua hari lagi!" bantah Abram, papanya Dira.

"Dengar, Sayang, kamu tidak bisa seperti ini terus. Kamu sudah dewasa, umurmu sudah cukup untuk menikah. Anand itu laki-laki baik, bertanggung jawab, mama sama papa yakin dia pasti bisa membimbing kamu jadi lebih baik." Melati menambahkan.

"Tapi aku udah punya pacar, Ma. Dia gak kalah baik dan bertanggung jawab dari Anand." 

"Tahu apa kamu tentang tanggung jawab seorang laki-laki, hah? Sudah, putusin dia dan menikah sama Anand." 

"Aku gak mau, apalagi mendadak banget kayak gini. Aku gak pernah bertemu sama dia, gak tahu orangnya, mau nikah kok gini?" 

"Nanti juga kalian ketemu. Dengar, Ra, ibunya sekarang sedang kritis, meminta Anand untuk segera menikahi kamu. Papa, mama, sama ibunya Anand sudah lama berencana menikahkan kalian berdua. Jadi gak ada alasan lagi. Ini genting, kamu ngerti dong!" ucap Abram tegas, tak bisa dibantah. 

"Lagian, mama yakin kalian sudah pernah bertemu sebelumnya, cuma gak ngeuh aja." Melati tersenyum membujuk. 

"Gak mau, Ma! Aku mau ngabisin masa mudaku dulu sampai puas senang-senang. Nikah itu bikin ribet, bikin pusing. Apalagi kalo udah punya anak. Aaaaa Aku belum siap. Pokoknya gak mau!" 

Setelah mengatakan itu Dira langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Pintunya ia tutup dengan keras, membuat kedua orang tuanya mengusap dada. 

"Sabar, Pa," ucap Melati.

"Dia itu keras kepala, manja, gak ada dewasa-dewasanya. Papa yakin sekali Anand akan bisa mendidiknya dengan sikap lembut dan dewasa yang dia miliki." 

"Iya, Pa, Mama juga berpikiran sama. Mama akan bicara lagi sama Dira, sebisa mungkin dia harus setuju." 

Abram mengangguk pada istrinya. 

Di kamar ... 

"Gila banget, dua hari lagi, Na!" ucap Dira pada seseorang di sebrang sana.

"Ya gimana lagi, Ra, kan tante Farida memang keadaannya lagi kritis. Apalagi kini kak Anand tinggal punya satu orang tua, pasti apapun yang diminta sama Tante Farida itulah yang terpenting buat dia. Apalagi sekarang keadaan tante ... Lo tahu sendiri, lah, Ra. Coba buat masalah ini kecerdasan otak Lo sama sisi kemanusiaan Lo tingkatin dikit." 

"Ya tapi ... Oemji! Gue sama sekali gak siap, Na. Gak pernah ketemu, gak saling kenal satu sama lain, tiba-tiba harus nikah. Mending kalo ganteng gak malu-maluin, gimana kalo dia jelek? Ih, gak mau ah! Gue pasti gak bisa tidur nyenyak mulai sekarang, Naaa toloong!" 

"Jelek? Kakak sepupu gue ganteng, Ra! Asem, Lu!"  

"Masa?" 

"Iya serius. Lo pasti gak bisa nolak deh kalo udah ketemu. Si Danil mah lewatt!" 

Dira bangkit dari tidurannya. "Kalo gitu gue minta fotonya."

"Gak punya, Ra. Kak Anand gak suka difoto sembarangan."

Dira mendengkus. "Itu ciri-ciri orang yang gak punya kepercayaan diri. Pasti jelek deh kakak sepupu Lo, jangan nipu gue." 

Triana berdecak. "Gini, deh, nanti gue berusaha dapetin fotonya, oke?"

"Nah, bagus. Nanti langsung kirim ke gue." 

"Siap, bos!" 

"Jangan lama!" 

"Iya, berisik!" 

Dira menutup telepon dengan senyuman lega. 

Sebentar lagi, gue bakal tahu gimana wajahnya. Dan setelah itu, gue akan mutusin buat Nerima pernikahan ini atau nggak. Dan gak boleh ada yang mentang keputusan gue.

Nadira tersenyum jumawa, kemudian menyentil hidungnya sendiri dengan jempol.

***

Triana turun dari tempat tidurnya dengan cepat. Tadi Anand sedang di rumahnya membicarakan tentang rencana pernikahan. 

Semoga saja belum pulang.

Saat Triana tiba di lantai bawah, dia melihat Anand sedang makan bersama kedua orang tuanya. 

Triana menggelengkan kepala. "Dasar si Dira, sepupu gue ganteng gini dikira jelek. Pasti nyesel Lo nanti." 

"Nana, ayo ikut makan." 

"Iya, Ma!" 

Triana sengaja mengambil kursi yang berhadapan dengan Anand. Diam-diam dia mengeluarkan ponselnya dari balik meja, membiarkan kamera mengarah pada Anand yang sedang sibuk makan. Mendadak jantungnya berdebar, gugup takut ketahuan, dia menggigit bibirnya sambil menunduk, matanya menyipit siap-siap menekan tombol untuk memotret.

Satu ...

Dua ...

Tiiiiii ....

"Nana?" 

Triana langsung menegakkan tubuhnya dan menyembunyikan ponsel. "Iya, Ma?" 

"Kenapa malah main hp? Ayo makan." 

Triana tersenyum kikuk pada Anand yang sedang menatapnya, kemudian memasukan ponsel ke dalam saku celana. Ia menghembuskan nafas, merasa lega tak ketahuan, atau kemalangan akan menimpanya. 

"Kamu tunggu sebentar, ya, An, Om mau ngambil sesuatu dulu di atas."

Anand mengangguk. 

Melihat Anand yang berlalu dari ruang makan, Triana mendesah pelan. Ia pun bangkit dari kursi dan bersiap mengikuti Anand. 

"Eh, mau ke mana kamu? Bukannya mau makan?" tanya ibunya. 

"Nanti aja, Ma!" 

Dengan waspada Triana bersembunyi dari balik tembok, lagi-lagi mengeluarkan ponselnya. 

"Gue harus segera ngambil foto Kak Anand buat membungkam mulut si Dira." 

Tiba-tiba Anand menoleh, Triana yang melihat itu dari layar ponselnya terkejut dan langsung menyembunyikan ponsel. 

"Lagi apa kamu?" tanya Anand dengan tatapan menusuk.

"Emm, nggak. Aku ... Aku mau ngambil foto bunga ini buat tugas. Permisi, ya, Kak." Triana cengar-cengir dan mendekat, mengambil foto bunga yang tepat berada di samping Anand.

Anand menatap Triana yang mencurigakan, namun tak mengatakan apapun dan beralih ke sisi lain, menjaga jarak dari Triana.

Triana berbalik, pura-pura mengutak-atik ponsel padahal sedang membidik Anand diam-diam. Saat tombol ditekan, mata Triana membulat sempurna melihat cahaya dari hpnya menyorot Anand. Wajahnya pucat seketika.

Ya ampun! Gue lupa matiin flash. Mampus!

Anand langsung mendekat dan merebut ponsel Triana yang sedang mematung. Setelah melihat fotonya, Anand menatap Triana dengan tegas. 

"Apa ini?" tanyanya dingin.

Triana gelagapan, lalu kemudian memelas. "Maaf, Kak, itu ... Aku ... " 

Anand mengembalikan ponsel Triana setelah menghapus fotonya. 

"Jangan seperti itu lagi, kakak gak suka." 

Triana cemberut. 

"Ayo, An." 

Anand dan ayahnya Triana pun berlalu ke luar rumah. Triana memukul kepalanya sendiri berkali-kali dan membenturkannya ke dinding. 

"Aaaa gak bisa gak bisa! Gue harus segera dapet fotonya kak Anand, kapan lagi dia ke sini, kan? Sial banget gue. Eh, masih ada waktu." 

Tepat saat Anand hendak masuk ke dalam mobil, Triana berhasil mengambil fotonya walaupun sedikit terhalang tetangganya.

"Hah, akhirnya dapet juga. Dahlah langsung kirim."

Gadis itu segera mengirimkan foto tersebut ke nomor Dira, lalu menghembuskan nafas lega.

"Akhirnya, beres! Nadira, Lo pasti sujud syukur setelah ini," ucapnya dengan tersenyum lebar. 

Di tempat lain, Dira langsung menghentikan game-nya begitu melihat pesan masuk dari sahabatnya. 

Dadanya berdebar, tangannya mendadak gemetar saat hendak membuka pesan itu. Dan saat foto benar-benar terpampang, kedua matanya membelalak. 

"Aaaaaaaaaa!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    2. Kecewa

    "Gak maaauuu! Mama, aku gak mau nikah sama Anand, Ma. Aku gak mau, serius, Ma!" "Pa! Papa tolong dengerin jeritan anakmu satu-satunya ini, Pa. Aku gak mau nikah sama Anand, Pa. Aku mohon."Dira berlutut, beralih dari ayahnya ke ibunya sambil merengek, tetapi kedua orang tuanya tetap bergeming."Berhenti kekanak-kanakan, Nadira. Kami tahu mana yang terbaik buat kamu, bahkan melebihi kamu sendiri. Dan masalah ini gak bisa lagi ditawar-tawar. Tinggal satu hari lagi, Dira. Semua orang yang terpenting sudah diundang, ibunya Anand juga sudah mengetahui hal ini."Dira cemberut dengan air mata yang menganak sungai. "Papa gak bisa gitu dong, Pa. Kenapa Papa egois? Aku juga punya pacar, Pa. Aku punya pilihan sendiri, aku punya keinginan sendiri buat hidup aku. Pacar aku lebih tampan dan pantas jadi suami aku daripada Anand. Aku gak mau, Pa.""Putusin dia." "Papa jangan keterlaluan! Jangan atur-atur aku seperti ini, Pa. Aku lebih baik kabur sama Danil daripada punya orang tua kayak Papa." "N

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    3. Hari Pernikahan

    Setelah seharian mengurung diri di kamar, Dira keluar karena perutnya minta diisi. Ia mengedarkan pandang, rumah begitu sepi, entah ke mana kedua orang tuanya pergi. Saat melewati ruang keluarga, ia melihat ponsel ayahnya tergeletak di atas meja. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Dengan cepat ia mengambil ponsel itu dan menyalin nomor Anand di ponselnya. Rasa lapar tiba-tiba menguap, ia pun segera berlari ke kamarnya lagi dan menekan panggilan dengan dada menggebu-gebu. "Halo?" Suara bariton dari sebrang sana sempat membuatnya berhenti bernafas. Kenapa suaranya ganteng banget? Ah, masa bodo. Apa gunanya suara bagus kalo penampilannya ... Ih. Dira bergidik. "Heh! Gue Dira. Dengerin gue, ya, gue mungkin gak bisa nolak pernikahan ini sekarang, jadi Lo bisa senang beristrikan cewek cantik dan energik kaya gue. Tapi jangan harap kita bisa jadi suami istri sungguhan seperti pasangan yang lain. Bahkan, gue minta Lo gak usah nemuin gue. Gue gak mau lihat Lo dan gue juga gak mau ke

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    4. Gelisah

    "Aaahhh! Pagi yang cerah. Mari anggap saja semua yang terjadi adalah mimpi buruk yang gak akan jadi kenyataan," ucap Nadira sambil merenggangkan otot tubuhnya. Tatapannya tak sengaja menangkap buku nikah yang tergeletak di atas meja riasnya. Dengan cepat dia memasukan benda itu ke dalam laci. "Ah, sial! Baru juga gue berusaha mengubur tragedi naas kemarin, eh malah ditampar sama kenyataan." Setelah bersiap-siap, Nadira berlari ke luar kamar. "Dira? Kamu mau ke mana?" tanya Melati. Abram pun turut heran melihat anaknya kini yang mendadak terlihat baik-baik saja, tak seperti kemarin. "Mau ketemu sama Yasmin. Dah Ma!" "Sarapan dulu!" "Nanti aja!" Abram menggelengkan kepala. "Setidaknya dia baik-baik saja, Pa. Jujur Mama sempat cemas kemarin. Takut dia terus terpuruk dan mengganggu kesehatannya." "Anak seperti dia mana mungkin selemah itu. Lihat dia sekarang, malah gak merasa bersalah sama sekali." ***"Hei, Yas! Nunggu lama?" tanya Dira pada gadis berambut sebahu yang sudah me

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    5. Kabar Duka

    "Malam Papa ... Mama ...!" Melati dan Abram menatap tajam kedua tangan Nadila yang membawa begitu banyak paper bag, sedangkan gadis itu terus berjalan cuek. "Nadira!" Langkah gadis itu yang hendak menaiki anak tangga langsung terhenti mendengar panggilan menyeramkan dari papanya. Perlahan ia berbalik, menatap satu persatu wajah orang tuanya dengan cemas."Uang siapa yang kamu pakai? Bukannya Papa tidak kasih uang?" tanya Abram."Uang ... " "Uang siapa? Kamu minjam dari teman, hah? Papa gak habis pikir, kamu se-menjengkelkan ini, Nadira! Sengaja papa gak ngasih kamu uang tambahan supaya kamu berhenti foya-foya, menghamburkan uang gak jelas. Tapi kamu ... Sama siapa kamu pinjam uang?" tanya Abram dengan mata melotot. "Uang Anand, Pa." "Anand?" pekik Abram dan Melati bersamaan. "Kamu gila, Nadira?" geram Abram. "Kenapa sih, Pa? Wajar dong dia ngasih aku uang, dia kan--""Suami kamu?" Nadira langsung mengangguk."Kamu bisa-bisanya menuntut Anand melakukan kewajiban suami, tapi k

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    6. Dosen Baru

    [Maaf, aku gak bisa datang sekarang. Nanti sepulang dari sini aku pasti ke sana. Turut berduka cita.]Anand menatap pesan yang dikirimkan Nadira. Gadis itu memang sedang melakukan studi lapangan, sama seperti Triana yang tak turut serta dalam pemakaman tantenya. [Tidak masalah.]***"Umur gak ada yang tahu, ya, Ra? Padahal Kak Anand udah ngusahain yang terbaik sampai ke luar negri," ucap Triana.Nadira tak menyahut, tatapannya lurus ke depan. Entah harus bahagia atau sedih mendengar kabar itu, Nadira tak tahu. Bahagianya mungkin ini adalah jalan yang tuhan pilihkan untuk mengakhiri ikatan menyesakan ini. Hanya saja ..."Nadira ... " Nadira dan Triana sontak menoleh ke belakang, terlihat Danil sedang berdiri. "Danil? Ngapain Lo ke sini?" tanya Triana."Gue mau ngomong sama Nadira." "Gue gak izinin." "Jangan ikut campur, sana sana!" "Eh!" Nadira memberi isyarat untuk Triana memberi mereka waktu bicara. Walaupun sedikit keberatan akhirnya Triana menjauh. "Jangan macam-macam Lo sa

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    7. Ingin Cerai

    "Ke sana juga, yuk, Ra? Pengen lihat seganteng apa dosen baru itu." "Duh, gue lagi gak mood, Yas.""Alah mana mungkin Lo gak mood lihat yang bening-bening? Gak percaya gue." "Tapi gue serius, Yas. Gue lagi bener-bener gak mood. Kepala gue lagi kusut banget.""Gak asik, Lo. Ya udah deh gue pergi sendiri. Penasaran banget seganteng apa, sampai sekampus heboh semua." Yasmin meninggalkan Nadira sendiri. Seperginya Yasmin, Nadira duduk sendirian di kursi, mengutak-atik ponselnya, kemudian menghembuskan nafas."Dira?" Nadira menoleh, lalu menghela nafas setelah melihat Danil yang memanggilnya. Tanpa meminta persetujuan Danil duduk di samping Nadira."Ini buat kamu." Nadira menoleh, menatap bucket bunga mawar yang Danil sodorkan. Namun ia tak mengatakan apapun."Ra? Kamu masih marah? Aku tahu kenapa kamu gak berniat buat ikut heboh lihat dosen baru kita itu, karena kamu pasti masih belum bisa lupain aku, kan?""Berhenti ganggu aku, Danil.""Aku gak ganggu kamu, Ra. Aku cuma--"Nadira de

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    9. Di bully

    [Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    16. Pak An Si Dosen Killer

    "Gak nyangka banget si Merlyn bakal bertingkah bodoh kaya gitu," celetuk Yasmin sambil tertawa kecil."Karena dia dendam sama gue, jadi selalu berambisi buat dapetin juga apa yang gue dapet," timpal Nadira."Parah, ya. Malah malu-maluin diri sendiri." Mereka pun tertawa. Triana pamit ke kelasnya terlebih dulu, membuat Nadira dan Yasmin kembali ke perpustakaan hanya berdua."Nadira? Lo masih di sini?" Nadira menoleh pada Rena. "Eh, Ren, ada apa emang?" "Kelas Lo kan udah mulai.""Ha? Masa, sih?" Nadira menatap jam tangannya. "Masih ada sisa waktu lima belas menit lagi ke waktu masuk, tapi kenapa ... ""Kayaknya jam Lo telat, tuh. Udah ayo cepetan masuk, gue lihat pak An tadi kaya bawa lembaran kuis." "Apa? Pak An? Kuis?" pekik Nadira sambil berdiri, suaranya sampai menggema di seluruh perpustakaan. Mendengar dua hal yang paling horor dalam hidupnya disebut bersamaan membuat dunianya serasa runtuh seketika.Yasmin dan Rena sontak menutup kedua telinga mereka. "Udah cepetan ke kela

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    15. Jadi Bahan Tertawaan

    "Lumpur? Lumpur yang kemarin maksud dia?" tanya Sekar, teman Merlyn."Apa maksud dia bilang gitu? Apa benar lumpur yang kemarin yang mempengaruhi pak An?" tanya Merlyn."Masa iya, sih? Gak masuk akal banget," sahut Sekar. "Tapi coba Lo pikir-pikir lagi, perubahan sikap pak An yang drastis dan tiba-tiba tanpa alasan juga lebih gak masuk akal. Bagaimana bisa pak An berubah sikap bagaikan jadi orang yang berbeda begitu berhadapan dengan Nadira."Sekar mengerutkan kening mendengar ucapan Merlyn yang memang tak bisa dibantah. "Terus, apa yang bakal Lo lakuin?" "Gue harus ngebuktiin hal itu." ***"Gak langsung pulang, Ra?" tanya Triana. "Nggak, nanggung nanti sejam lagi ada kelas lagi. Kalo kalian?" "Wih, sejak kapan Nadira sahabat kita jadi rajin begini?" tanya Yasmin."Sejak ... Tadi. Dahlah jangan terus ngolok-ngolok gue, gak ikhlas banget kalian lihat gue ngelakuin revolusi." "Yaelah revolusi!" Yasmin dan Triana tertawa. "Gue juga ada kelas bentar lagi. Kalo si Yasmin kosong,"

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    14. Semua Menganga

    "Masa iya, Ra?""Sulit dipercaya, bukannya pak An itu galak? Kok bisa?" "Iya. Gak percaya gue.""Lo gak bohong, kan, Ra?" "Udah gue bilang jangan percaya, si Dira ini tukang halusinasi," ucap Merlyn.Nadira memicingkan mata. "Loh? Lo gak percaya?" Nadira bangkit dari kursi dan memamerkan baju yang kini ia kenakan sambil berputar. "Ini baju pemberian pak An kemarin. Masih baru, wangiii!" ucap Nadira dengan wajah teler. Semua orang lagi-lagi heboh, banyak yang tak percaya, tetapi juga tak sedikit yang begitu takjub dan memuji-muji Nadira. "Lo pasti kena hukuman kalo pak An tahu Lo nyebarin gosip tentang dia, Dira!" geram Merlyn dengan dada membara. "Ya silakan, laporin aja sana. Gue gak takut!" ucap Nadira sambil kembali duduk. Yasmin dan Triana menatap Nadira dengan was-was. "Ra, jangan kelewatan deh bercandanya. Kalo sampai ada yang bener-bener laporin smaa pak An, habis Lo!"Nadira malah mencebik sambil mengangkat kedua alisnya. "Tenang tenang." Merlyn menghentakkan kaki lalu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    13. Pamer

    "Kamu gak ada kelas hari ini?" tanya Abram saat melihat anaknya pagi-pagi sudah nongkrong di depan tv sambil ngemil."Males aja.""Mulai lagi malesnya? Kalau kaya gini terus kamu gak bakalan ada peningkatan, Dira. Kamu menyia-nyiakan uang yang papa keluarkan buat bayar biaya kuliah kalo kaya gini.""Ada apa, Pa?" tanya Melati. Mendengar ribut-ribut, ia langsung datang dari dapur. "Lihat, anak ini sudah malas kuliah lagi. Padahal baru beberapa Minggu gak pernah absen."Nadira yang menjadi tersangka utama dalam keributan itu justru malah terus ngemil dengan santai seolah tak mendengar apa-apa. "Papa gak mau tahu, pokoknya kalau kamu males-malesan lagi kaya gini papa tidak akan memberikan tempat sedikit pun dari rumah ini buat kamu.""Maksud Papa?" tanya Nadira."Papa akan usir kamu." Nadira malah mencebik. "Yang bener aja, masa tega ngusir anak satu-satunya? Emang papa mau aku terlunta-lunta di jalan? Jadi gelandangan dan terancam banyak kejahatan?" Abram mendengkus. "Papa gak khawa

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    12. Keputusan Anand

    "Ayo masuk!" Anand menggerakkan kepalanya ke arah rumah megah bercat putih itu. Dengan cepat Nadila merentangkan tangan demi menjaga jarak antara kedua nya, wajahnya panik luar biasa. "Tunggu-tunggu! Aku tahu, pesonaku gak kaleng-kaleng, tapi aku bukan perempuan seperti yang Pak An kira. Aku perempuan baik-baik, masih segel dan terjamin. Aku mahal, Pak!" "Ha?" Anand mengerutkan kening dan nyengir heran sambil memiringkan kepala. Namun tanpa permisi sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Oh, ya? Semahal apa? Saya yakin sanggup membayarnya," ucap Anand sambil mendekat perlahan.Nadila membulatkan mulut seketika. "Jangan mendekat! Saya sudah menikah! Lihat!" Anand tertegun, ia menatap cincin mas kawin pemberiannya melingkar indah di jari manis Nadila. Tiba-tiba hatinya menghangat. "Aku bisa jaga diri, aku gak akan sembarangan masuk ke rumah laki-laki. Bapak pikir dengan ketampanan yang Bapak miliki bisa menjerumuskan gadis polos kaya aku, hah? Jangan harap. Dasar dosen me sum! Ca bu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    11. Ada Yang Salah

    "Haa?" Semua orang syok luar biasa, mata mereka hampir keluar melihat baju Pak An ikut kotor dari badan Nadira. Sontak semua orang sampai menutup mulut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat mereka membubarkan diri dengan ketakutan, termasuk Merlyn. "Berhenti!" Ucapan tegas yang Anand keluarkan membuat semua orang langsung ngerem mendadak. Nadira mengerjap, ikut terkejut. Ia pun segera menjaga jarak dari Anand. Anand menatap Nadira yang terus menunduk, hatinya bertanya-tanya, kenapa Nadira bersikap seolah tak mengenalinya? Tak ada raut keterkejutan di wajahnya saat mereka saling bertatapan tadi.Anand beralih menatap yang lain. "Ada apa ini?" Ia berkata dengan nada santai, tetapi mampu membuat semua pundak gemetar. Mereka kompak menunjuk Merlyn."S-saya ... Saya gak ngelakuin apa-apa, Pak An!" bantah Merlyn.Nadira mengerjap, lalu melirik laki-laki di depannya. "Pak An? Jadi dosen killer itu dia? Ternyata lebih tampan aslinya daripada di foto," bisiknya dalam hati sambil tersenyu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    10. Bertemu

    "Ra, kamu salah paham. Nesa menguping pembicaraan kita waktu itu, aku gak ngasih tahu dia." "Jadi semua itu bener?""Ternyata bener, Nadira udah nikah sama laki-laki tua." "Ya ampun.""Gak nyangka, ya?" Bisik-bisik orang-orang membuat kaki Nadira terasa lemas. Perlahan ia mundur beberapa langkah, kemudian berlari menembus kerumunan. Yasmin yang baru tersadar langsung berlari mengejar sahabatnya. "Dira tunggu!" Nadira terus berlari sambil menangis. Akhirnya apa yang berusaha ia sembunyikan dari orang lain mencuat begitu saja tanpa diduga. Dan kini kampus tak lagi jadi tempat tenang dan nyaman untuknya, tetapi berubah jadi lebih mengerikan dari pada rumahnya sendiri. Yasmin berhenti di belakang Nadira yang sedang menangis di depan wastafel. Perlahan ia mendekat, lalu memegang pundak Nadira."Yas ... Lo juga gak mau lagi jadi temen gue kan, setelah tahu semuanya?" tanya Nadira di sela isak nya. "J-jadi ... Itu bener?" Nadira mengangguk."Ya Tuhan, Dira ..." Yasmin memeluk sahaba

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    9. Di bully

    [Alamak! Gak nahan gantengnya!][Meleleh hati gue. Pak An, i love you!][Pak An punya gue, woi!][Enak aja, punya gue!][Berenti ngaku-ngaku calon suami gue ya!][Oke-oke, buat malam ini gue biarin kalian ributin calon suami gue, lima menit lagi gue gak izinin, ya.][Pada narsis Lo pada.][Ah berisik, jelas-jelas Pak An itu tergila-gila sama gue. ][Ngimpi!][Ngarep!][Sarap!]"Gila, apa cuma gue yang gak ikut heboh?" tanya Nadira. "Bener banget. Kayaknya akhir-akhir ini Lo bener-bener sakit. Padahal dulu tiap para senior lewat pun Lo heboh gak ketulungan."Nadira mengingat-ingat sejenak, lalu kemudian tertawa. "Gue selebay itu ya dulu, padahal kalo ada yang nyamperin gue langsung jaim. Jadi dosen ini yang bikin gempar kampus?" "Hmh.""Ganteng, sih.""Ya makanya. Lo naksir juga, nih? Nambah satu dong saingan gue."Nadira masih terus membaca satu persatu isi chatan grup semakin ke bawah.[Dibalik pesonanya ternyata Pak An mematikan!]Nadira mengerutkan kening. "Mematikan apa ya maksu

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status