Tenggelam: Ketulusan Istri Pelaut

Tenggelam: Ketulusan Istri Pelaut

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-01
Oleh:  Ana Sh  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
26 Peringkat. 26 Ulasan-ulasan
98Bab
15.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketangguhan Alya sebagai istri pelaut sekali lagi diuji. Ketika anaknya harus menjalani operasi hernia, sang suami justru sedang bersama istri barunya. Alya berusaha menyelamatkan rumah tangganya sekuat tenaga. Apa yang ia dapat pada akhirnya? Temukan hikmah di setiap potongan episodenya.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1: Mendadak Operasi

Sebagai istri seseorang yang bekerja di kapal, ketangguhanku sekali lagi diuji. Anak laki-lakiku yang divonis hernia sejak usia tiga bulan, kini harus dilarikan ke rumah sakit. Balita yang belum genap dua tahun ini menangis begitu kencang dalam gendongan. Ususnya turun ke buah zakar sehingga salah satu zakarnya membesar.Biasanya saat hernianya kambuh, ia kugendong dan kuayun hingga posisi kepala di bawah. Setelah itu kupijat area di bawah perutnya agar ususnya kembali naik ke rongga perut, tetapi kali ini upaya itu tidak berhasil. Rheza tetap menjerit dan menangis, sehingga tetanggaku datang menghampiri. Mereka menyarankan Rheza untuk dibawa ke rumah sakit karena khawatir ususnya terjepit. Sebelum semuanya terlambat.Di sinilah aku sekarang --di bangku tunggu-- menanti Rheza selesai dioperasi. Aku sendirian tanpa ditemani suami. Sebab Mas Wildan belum gilirannya libur. Karena hari ini kapal dijadwalkan tiba di pelabuhan, kucoba menghubungi ponselnya. Namun, hanya oper

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Indri saputra
good...good..good
2023-01-12 21:59:25
0
user avatar
yenyen
monggo dibaca
2022-12-08 13:46:37
0
user avatar
andra
baca juga yuk mahkota pernikahan yang tidak utuh di web
2022-03-16 21:51:36
1
user avatar
Elda Yanti
bagUs ceitanya . ini masih lanjut kk?
2022-02-02 01:35:48
1
user avatar
Sylviana Mustofa
Keren banget ceritanya ......
2021-12-21 11:09:34
1
user avatar
Dito Adimia
semangat kak aku nyimak ceritanya
2021-10-25 00:36:59
1
user avatar
Nyla Amatullah
Keren kak, semangat
2021-09-13 11:29:23
1
user avatar
Kom Komala
Lanjutkan, akak
2021-09-11 22:04:48
0
default avatar
Cahaya Asa
Kasihan banget
2021-09-11 20:58:44
0
user avatar
Aisyah J. Yanty
Greget bgt liat lakik begini ihhh
2021-09-11 20:58:38
0
user avatar
Aisyah J. Yanty
Greget liat laki begini emang
2021-09-11 20:57:17
0
user avatar
Dito Adimia
cerita idealis ya. gua masukin ke rak baca.
2021-09-11 16:52:04
0
user avatar
Li Na
Baguss. semangaat ka
2021-09-11 15:24:16
0
user avatar
Kom Komala
Lanjutkan ....
2021-09-08 21:14:07
0
user avatar
RENA ARIANA
lanjutt ya kk
2021-09-08 20:51:46
0
  • 1
  • 2
98 Bab

Bab 1: Mendadak Operasi

Sebagai istri seseorang yang bekerja di kapal, ketangguhanku sekali lagi diuji. Anak laki-lakiku yang divonis hernia sejak usia tiga bulan, kini harus dilarikan ke rumah sakit. Balita yang belum genap dua tahun ini menangis begitu kencang dalam gendongan. Ususnya turun ke buah zakar sehingga salah satu zakarnya membesar.Biasanya saat hernianya kambuh, ia kugendong dan kuayun hingga posisi kepala di bawah. Setelah itu kupijat area di bawah perutnya agar ususnya kembali naik ke rongga perut, tetapi kali ini upaya itu tidak berhasil. Rheza tetap menjerit dan menangis, sehingga tetanggaku datang menghampiri. Mereka menyarankan Rheza untuk dibawa ke rumah sakit karena khawatir ususnya terjepit. Sebelum semuanya terlambat.Di sinilah aku sekarang --di bangku tunggu-- menanti Rheza selesai dioperasi. Aku sendirian tanpa ditemani suami. Sebab Mas Wildan belum gilirannya libur. Karena hari ini kapal dijadwalkan tiba di pelabuhan, kucoba menghubungi ponselnya. Namun, hanya oper
Baca selengkapnya

Bab 2: Nely Namanya

Mas Wildan datang membawa dua mangkuk Soto Lamongan dalam nampan. Kuahnya mengeluarkan kepulan uap ke udara, menimbulkan aroma yang menggugah selera.“Ini, Dik. Ayo makan! Ada koyanya kesukaanmu.”Diangsurkannya salah satu mangkuk ke hadapanku. Tampaknya rasanya memang lezat. Tercium dari aroma gurihnya yang mengundang rasa lapar, sebuah kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi. Jika tidak, bisa mengantarkan pada kematian.“Mas, sejak tadi sore aku menghubungimu tapi HP mati melulu. Kamu kemana?” Aku ingin mengetes kejujurannya.“Oh, HP-nya kehabisan baterai.”“Terus, kamunya ke mana?”“Keluar beli sabun sama cari makan.”“Sama siapa?”“Tar saja ngobrolnya, nanti keburu dingin sotonya. Ayo habiskan dulu!”Aku sudah tak selera melanjutkan makan malam ini. Sebenarnya makanannya enak, hanya saja pikiranku lagi kacau. Benar kata orang, selera ma
Baca selengkapnya

Bab 3: Mobil Sama

Entah dapat kekuatan dari mana. Aku justru tertantang untuk membuktikan bahwa sikap Nely itu hanya modus belaka. “Oke, mari kita lihat sampai kapan si Nely itu kuat membayar biaya hotel tiap kapal sandar.”Aku tidak boleh terlihat gentar. Jangan karena informasi sepihak dari Mas Wildan, aku langsung percaya begitu saja pada sosok Nely yang diceritakannya. Bisa saja itu semua hoax, bukan? “Aku mau balik ke rumah sakit sekarang, Mas. Kamu mau ikut atau istirahat di sini terserah!” Kusiapkan juga baju-baju Rheza, perlengkapan mandi, dan skincare.“Aku mau mandi dulu. Nanti aku nyusul. Oh ya, besok pagi aku harus balik. Karena sore kapal sudah muat. Aku enggak bisa ngajukan libur mendadak karena semua sudah terjadwal,” jelas Mas Wildan dengan tenang.“Kamu bilang enggak bisa libur utuk jagain Rheza, tapi kamu liburan di tempat lain aku juga enggak tahu, Mas.” Biasanya ak
Baca selengkapnya

Bab 4: Mertua Tak Memihak

Saat kita tertimpa musibah, kunjungan dari keluarga dan kerabat memang cukup menjadi obat pelipur lara. Makanya Rasulullah menganjurkan kita melaksanakan salah satu ibadah ghairu mahdhah ini. Beliau sampai menggambarkan bahwa siapa saja yang menjenguk orang sakit, maka ia akan berjalan di taman surga sampai ia kembali.Alhamdulillah keluargaku juga berduyun-duyun menjenguk Rheza. Setelah Kakak laki-lakiku pamit, kini ada ibu mertua dan suaminya berkunjung. Kebetulan sekali, ada yang ingin kusampaikan kepada ibu mertua perihal anaknya. Apakah beliau tahu jika Mas Wildan telah menikah lagi? Jika ibu mertua tahu, tetapi tetap diam, berarti mereka telah bersekongkol. Hanya saja, jika harus bicara di kamar ini rasanya tidak tepat. Sebab di sebelah juga ada pasien yang hanya disekat tirai. Tentu mereka akan mendengar apa yang kami bicarakan nantinya. Maka, aku harus mengajak ibu mertua bicara di luar. Ternyata Rheza sangat pengertian, setelah minum susu, kini
Baca selengkapnya

Bab 5: Akun Kejutan

Aku rasanya sudah tak sabar ingin menunjukkan kelakuan Nely kepada Mila. “Mil, kamu pingin tahu Si Nely itu kek gimana? Nih!” Kuberikan gawaiku kepadanya. Tepat pada foto-foto yang dikirim Nely yang tersimpan di galery. Termasuk foto di kamar hotel itu.“Astaghfirullaha‘adzim….Ya Allah, mimpi apa aku semalam?” Mila mengelus-elus dadanya. “Ini beneran Pak Wildan? Kok aku masih enggak percaya ya. Ya Allah…kamu sabar banget, Say.” Mila masih mengamati foto itu satu persatu. Diklik terus di-zoom. “Ini kan di Kawah Putih Bandung, Say. Kapan mereka ke sananya? Hm … gayanya Nely. Nempel terus. Pingin kujotos rasanya.” Mila masih terus memelototi foto-foto itu dan sesekali keluar kata-kata kasar dari mulutnya.“Maaf ya, Say. Aku jadi enggak ngefans lagi sama Pak Wildan kalo begini ceritanya. Padahal dulu aku itu kagum loh
Baca selengkapnya

Bab 6: Pernikahan Batil

Pesan yang kukirim lewat inbox kepada mantan suaminya Nely belum mendapat tanggapan. Begitu pun kepada Imelda. Sepertinya mereka adalah pasangan yang kurang aktif di dunia maya. Baru saja kubatin, tak lama kemudian ada notifikasi masuk dari messenger. Alhamdulillah dari Pak Rifki. Segera kubaca isi balasannya.   Wa’alaikumussalam. Mohon maaf saya sudah tidak ada hubungan lagi dengan Nely. Sehingga saya pun tidak mau terlibat dengan kehidupan pribadinya lagi. Urusan saya dengan dia tidak lebih hanya karena anak-anak masih dalam pengasuhannya. Selebihnya saya tidak mau ikut campur.    Balasan dari Pak Rifki itu sedikit membuatku putus asa. Memang benar sih dia sudah tidak ada urusan lagi dengan mantan istrinya, tetapi tidak adakah sedikit empati untukku yang sekadar ingin menggali informasi? Maka, sebelum Imelda menjawab balasan serupa sebagaimana yang dilakukan suaminya, aku mengirimkan pesan la
Baca selengkapnya

Bab 7: Bertemu Si Ulat Bulu

Pagi ini aku harus check lock finger print ke kantor. Sejenak kukesampingkan masalah dengan Mas Wildan. Sebab menjadi abdi negara tak bisa menjadikanku seenaknya bolos kerja. Meski memang ada alasan kuat sebenarnya, anak sakit. Namun, sekarang aturan kepegawaian lebih ketat. Tidak ada izin menjaga anak sakit. Jika keadaan memaksa tidak masuk, maka harus mengajukan cuti.Saat mengajukan cuti, konsekuensinya tunjangan akan dikurangi. Belum lagi mengurus kelengkapan administrasinya cukup menyita waktu. Untungnya pimpinanku pengertian. Aku hanya diminta datang pagi untuk absen digital -finger print- lalu mengecek berkas-berkas yang perlu dibubuhi tanda tanganku. Setelah itu aku diizinkan kembali mengurus keperluan Rheza yang rencananya akan pulang dari rumah sakit hari ini. Baru nanti sore aku kembali ke kantor untuk melakukan absen pulang melalui mesin sidik jari lagi.Kendaraan kupacu lebih kencang agar bergegas kembali ke rumah sakit. Meski su
Baca selengkapnya

Bab 8: Kabar dari Imelda

Pesan dari Nely kuabaikan. Kini balon percakapan dari Imelda kuklik. Wa’alaikumussalam. Mohon maaf Mbak Alya, aku membalasnya lama. Karena sempat beda pendapat sama Mas Rifki. Namun, aku berhasil yakinkan dia. Akhirnya diizinkan juga membalas pesan Mbak Alya. Sebelumnya terima kasih sudah berbagi cerita. Aku ikut prihatin dengan rumah tangga Mbak Alya. Meski aku enggak kaget dengan perangai Nely. Pesanku hati-hati saja menghadapinya. Dia itu tipe orang bermuka dua. Dia bisa menyamar jadi perempuan yang lembut dengan suara yang mendayu-dayu, tetapi di sisi lain dia juga bisa sangat kasar kata-katanya. Aku sudah kenyang dapat terornya. Bahkan sampai sekarang. Semoga suami Mbak Alya segera tersadarkan siapa Nely sebenarnya. Tentang kelakuan Nely yang suka meninggalkan anak-anak itu bukan perkara baru, Mbak. Dari dulu dia memang suka pergi-pergi. Itulah yang jadi salah satu alasan mengapa Mas Rifki sampai hati menceraikannya padahal
Baca selengkapnya

Bab 9: Janji Pak Danu

“Say, kok bengong, sih!” Panggilan Mila mengembalikan kesadaranku dari lamunan. “Iya Mil, sorry. Aku hari ini mau ke rumah Nely.” “Wah…bagus itu. Sama siapa?” “Mbak sama Mas iparku.” “Kudoakan lancar ya. Oya, jangan lupa bawa KTP, KK, sama buku nikah ya!” “Buat apa? Lengkap banget! Kayak mau ngelamar kerja saja.”             “Wis ta bawa saja. Siapa tahu ntar butuh. Bapakku mudin, aku sudah hafal kasus-kasus kayak gini.” “Oke, makasih ya.” “Tar saling up-date kabar ya. Kutunggu hasil dari rumahnya Nely." “Siap,” jawabku mantap. Telepon kami akhiri. Kusiapkan apa yang disarankan Mila. Saat kuambil buku nikah, tanganku gemetar. Ya Allah, sampai kapan buku ini bertahan? Kubuka isinya, terpampang fotoku dan Mas Wildan. Kupejamkan mata hingga buliran bening ini menet
Baca selengkapnya

Bab 10: Tawaran ke Paranormal

Insiden di kapal? Untuk membunuh rasa penasaranku, Mila langsung kutelepon.             “Hallo Mil, ada insiden apa?” “Nely kecebur ke laut, Say.” “Hah! Kok bisa, gimana ceritanya?” “Nah itu. Aku juga belum tahu gimana kronologisnya. Tadi jam sembilan ‘kan aku ada nego sama pemilik lahan. Jadi HP kumatikan, biar enggak ganggu.” “Lah terus kamu tahu dari siapa?” “Ya pas HP mati itu Mas Dhimas telepon. Karena enggak terhubung, akhirnya cuma kirim pesan. Ya itu tadi pesannya, Nely kecebur ke laut.” “Trus enggak ada pesan lagi?” “Enggak ada. Suamiku kalo kirim pesan pendek-pendek, Say. Males dia ngetik panjang-panjang. Mending telepon katanya.” “Trus kamu enggak coba telepon balik gitu?” “Barusan ini tadi jam 12 aku telepon balik. HP Mas Dhimas dah enggak aktif. Kan kamu tahu sendiri kalo kapal sudah ke tengah laut, su
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status