TEACHER IS FALLING In Love

TEACHER IS FALLING In Love

last updateLast Updated : 2021-05-10
By:  AprimaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
20Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Aiza adalah seorang gadis cantik berkerudung yang sedang melakukan PKL di sebuah sekolah swasta yang sudah ditentukan oleh kampusnya. Selama melaksanakan tugas, ia dan teman-temannya sering merasa jengkel dengan sikap Riyan, anak pemilik Yayasan tersebut. Namun demi sebuah nilai yang baik, mereka harus tetap melaksanakan aturan. Hampir 2 tahun menyelesaikan kuliah, Aiza masih belum mendapat pekerjaan. Ditambah lagi hatinya yang hancur, karena Fadlan pria yang ia sukai ternyata melamar teman baiknya sendiri, Yunita. Akhirnya, Aiza diterima mengajar di sekolah swasta tempat ia melaksanakan PKL dulu. Sikapnya yang cuek dan terkesan menutup diri, justru menarik perhatian Riyan yang kini sudah menduda. Hingga pria yang ia benci itu, secara tiba-tiba datang melamarnya. Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Aiza akan jatuh cinta pada Riyan, pria yang dia benci? Silahkan dibaca...

View More

Chapter 1

1. MENCARI PINJAMAN

“Hhhhuuufffppgghhh…” Aiza menghempaskan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur yang tak lagi baru. 

Melepaskan penat yang sudah seharian ini berdiri di halaman kampus  IPTS Padangsidimpuan, yang mempersiapkan mahasiswa-siswinya untuk dilepas melaksanakan Program Kerja Lapangan. 

Aiza Firdaus Tarra, gadis cantik berhijab berusia 22 tahun, baru saja mendapat pengarahan dari pihak kampus. 

Ia mendapat namanya tertera di sebuah Yayasan Sekolah Agama daerah Tapanuli Tengah, SMP  Al-Muslimin Pandan.

“Yah… selama PKL nanti, aku pasti akan berjauhan dengan bang Fadlan…” gumamnya.

Yah, Fadlan, pemuda berusia 23 tahun. 

Dengan tinggi 1,8 meter dengan sikap yang cool. Akan tetapi, Aiza merasa bersyukur bisa menjadi teman dekat pemuda tersebut karena sikapnya yang cuek terhdap banyak wanita. 

Dan justru, kedekatan antara keduanya membuat Aiza menaruh hati dan menganggap kalau pemuda itu juga merasakan hal yang sama. 

Hanya saja Aiza tidak ingin meluahkan isi hatinya terlebih dahulu, ia memilih agar Fadlan sendiri yang mengungkapkan perasaannya.

Sedang asik berangan, suara sendu sang ibu pun memanggilnya untuk segera makan siang.

“Aiza… mangan jolo ho, Inang…!” seru sang ibu dengan menggunakan Bahasa Daerah Tapanuli Selatan dari balik pintu kamarnya.

(Aiza makan, dulu, Nak!)

“Olo, umak” balasnya.

(Iya, Bu)

Nesya pun langsung beranjak dan bergegas melepaskan Almamaternya itu dan segera keluar dari dalam kamarnya.

“Mau kemana, Mak…?” tanya Aiza yang melihat ibu seperti akan berangkat.

“Mamak mau pergi ke tempat Tulangmu sebentar. Mau pinjam uangnya. 

Semalam disuruhnya mamak datang menjemputnya,” ujar sang ibu dengan logat Bahasa Batak.

(Tulang : saudara laki-laki dari ibu)

“Oh iyalah, Mak. 

Mau untukku yah, Mak? 

Karena mau berangkat itu…?” ujarnya.

“Iya, Nak. Kaunya  harapan mamak dah, Inang… Biar bisa kau sekolah bagus. 

Semangat lah kau belajar yah, Nak. 

Kau tengoklah mamak sama ayahmu pun udah mulai tua. 

Jadi kaunya harapan mamak nanti membantu adikmu si Sofia…” ujar sang ibu menyemangati.

“Do’akan mamak lah, Mak. Biar bisa aku sukses…”

“Aamiin…” keduanya pun berujar syukur dengan serentak.

“Yah sudah. Makanlah kau. Nanti sakit perutmu. Suka kalilah kau terlambat makan… mamak pergi dulu. 

Tinggalkan sayur bulung gadung itu untuk si Sofia. Nanti butcut dia…” pesan sang ibu.

(Sayur Bulung Gadung : daun ubi tumbuk. Masakan khas Tapanuli Selatan.)

“Iya, Mak…” sahutnya melepas kepergian sang ibu.

Setelah wanita paruh baya itu pun berlalu, Aiza pun mengambil piringnya. 

Sambil menikmati makan siangnya sayur daun ubi tumbuk dan sambal teri dengan kacang, Aiza pun melanjutkan angan-angannya.

“Ibu dan ayah sangat berharap banyak padaku, sebagai anak yang paling besar. 

Aku ingin sukses jadi seorang guru seperti yang ku mau. 

Mamak dan Bapak pun udah semakin tua. 

Kapan lagi aku membuat mereka bangga…?” batinnya. 

Hingga tidak terasa air matanya pun turut mengekspresi tekad dalam hatinya itu.

Pak Ardi Firdaus, ayah Aiza yang kini berusia memasuki 50 tahun. 

Ia hanya bekerja sebagai buruh bangunan yang pekerjaannnya tidak tetap. 

Jika pekerjaannya banyak, keluarga mereka bisa sedikit untuk makan enak, dan sebagiannya bisa untuk ditabung. 

Akan tetapi, jika tidak ada pekerjaan, tabungan itu pun bisa dikorek habis, bahkan sampai berhutang di warung.

Sedang Bu Maya, wanita berusia 47 tahun itu hanya seorang penjual pecal keliling yang hasilnya bisa digunakan untuk biaya sekolah anak. 

Akan tetapi, berjualan itu tidak selalu mendapatkan untung. 

Faktor cuaca sering menjadi kendala yang mempengaruhi pendapatan. 

Namun mereka tetap bersyukur dan berfikir optimis. 

Hingga tak jarang, mereka sering menyatakan harapan mereka pada Aiza, sebagai anak sulung. Agar Aiza bisa bersungguh-sungguh dalam menjalankan kuliahnya.

“Helleh, tinggal makan saja pun tangis…” ujar Sofia, adik dari Aiza yang baru pulang sekolah, membuyarkan khayalan gadis itu.

“Ngapainnya kau kak…? Makan sambil nangis…?” ejek Sofia menahan tawa.

“Apanya kau…? Iyalah sambil nangis meresapi hidup ini. 

Sedihlah hatiku, sebentar lagi aku bakalan berangkat ke sibolga mau PKL. 

Jaranglah aku nanti makan masakan umak ini…?” jawabnya.

“Hhhhmmm macam jauh kalilah Sibolga itu…?” sanggah Sofia.

“Bukan masalah  jauhnya, dek. 

Kau kan tahu aku harus irit biaya..? 

kalau sebentar-sebentar pulang, tentulah jadi banyak biaya itu…?” jelas Aiza pada adiknya yang masih duduk di kelas 1 SMA itu.

“Iya juga yah…” jawab Sofia.

“Kak, ada lagi sayur bulung gadung itu…?” tanyanya pada Aiza.

“Ada, makanlah kau. 

Tapi kau ganti dulu bajumu sana…” perintah Aiza.

“Olo dabo etek…”canda adiknya itu.

(Iyalah Tante…)

“Inda etekmu au… kakakmu do au loak…” sambung Aiza membalas.

(Aku bukan tantemu, tapi kakakmu, bodoh…)

“Hehehhehee…” Sofia pun terkekeh mendengarnya.

“Assalamu alaikum….” Terdengar suara sang ayah datang.

“Wa’ alaikum salam…” sahut Aiza menghentikan makanannya menyambut sang ayah.

“Eh, pulang Ayah…?” sapa Aiza.

“Iya, tapi nggak bawa bontot ayah tadi…” balas Pak Ardi.

“Kenapa…? Dimana rupanya Ayah kerja…?”tanya Aiza lagi karena biasanya sang ayah memang membawa bontot untuk bekal makan siang, jika pekerjaannnya agak jaug dari rumah.

“Ah, dekatnya. Dikampung sebelah, sama udak mu si Anto…” jelas sang ayah yang tangannya masih berdebu karena memengerjakan bangunan.

(Udak : panggilan untuk laki-laki yang usianya lebih muda dari ayah.)

“Oh… makan sama-samalah kita gitu, adik pun baru pulangnya sekolah…”

“Mamakmu udah jadi pergi ke tempat tulangmu…?” tanya pak Ardi karena tidak melihat istrinya ada di sana.

“Iya, Yah. Baru pun pergi…” ujar Aiza.

“Sofia… cepatlah. Udah datang ayah, dek. Biar makan sama-sama kita…” seru Aiza memanggil sang adik.

“Olo… ro ma au…” sahutnya. 

(Yah aku datang) 

Sofia pun datang dan segera duduk bersila di hadapan kakaknya. 

Menunggu sang ayah yang sedang membersihkan badannya. 

Tak lama kemudian, ketiganya pun menikmati makan siang bersama.

Di sisi lain, Bu maya sudah sampai di rumah sang adik laki-lakinya.

“Ini kak, uangnya…” ujar Zainal, adik kandung Bu Maya.

“Tarimo kasih da anggi… godang rasoki namu. Bulan depan, pas manjagit julo-jolo, langsung hu bayarkon pe…” ujar Bu Maya.

(Terima kasih, adikku. Semoga selalu banyak rejeki. Bulan depan, setelah menerima arisan, akan langsung saya bayarkan,…)

Mendengar kalimat itu, istri Zainal pun menimpali.

“Betul dah eda… langsung dibayar. Karena kami juga punya keluarga. Punya kebutuhan. Lagian kenapalah harus pakai kuliah segala. Udahlah tahu hidup susah…” sahut Saripah dengan nada yang tidak mendukung.

(Eda : panggilan untuk ipar perempuan)

“Hhhuuussss… ulang songoni ho mangecet…” tegur Zainal pelan.

(Jangan bicara seperti itu,)

Bu Maya pun menelan pahit-pahit apa yang ia dengar. 

Ia tahu, sangat tidak mudah memberi pinjaman pada siapapun sekalipun itu untuk saudara sendiri. Namun mau bagaimana lagi, ia tidak ingin perjuangan Aiza yang tinggal sedikit lagi itu terhalang karena uang.

“Iya eda. Langsung ku kembalikan pun nanti… Doakan kalian, bere kalian si Aiza itu bisa sukses yah…” ujar Bu Maya seraya memohon do’a restu.

“Olo kak. Dokkon tu bere Aiza semangat selalu…

(Iya, kak. Sampaikan pada keponakanku si Aiza untuk semangat selalu)” balas Zainal, pria berusia 40 tahun itu.

“Olo, tarimo kasih sakali nai da, anggi. Anggo songoni attong, mulak ma jolo au. Harana accogot rakku barangkat ma ia tu Sibolga…

(Iya, sekali lagi terima kasih ya, Dik. Kalau begitu, saya pulang dulu. Karena besok, dia juga akan berangkat ke Sibolga)” Bu Maya pun berpamitan.

“Iya, kak. Hati-hati… Kirim salam sekalian untuk Bang Ardi…” pesan Zainal. 

Bu Maya pun mengangguk menanggapi, kemudian berlalu.

Ia pun pulang dengan menggunakan becak vespa, kenderaan khas padangsidimpuan. 

Dalam perjalanan pulang, dengan hati yang masih sedih, ia terus beristigfar agar bisa melupakan kata-kata istri Zainal tadi. 

Bagaimana pun, mereka sudah memberikan ia pinjaman uang sebesar 3 juta untuk Aiza.

“Olo dainang… sukses maho saulakon. Sai sukses sai tunduk dah inang… 

Doaku do tuho dainangku. Boru panggoaran…

(Oh anakku… semoga kau sukses. Semakin sukses semakin menunduk yah, Nak. Doaku untukmu, Nak. Anak Pertamaku)” harap Bu Maya sambil menepiskan air matanya yang meletakkan harapan yang besar pada kesuksesan putrid sulung, harapannya.

***

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
ENI NURWA
lanjuuuuut kak
2021-05-20 14:21:44
0
user avatar
Authoring
Semangat kak, update terus ya. Salam dari Married With Killer's Teacher
2021-05-08 07:16:29
1
user avatar
Yurrian San
aduh melting ini hati
2021-05-04 09:03:35
1
user avatar
Lady Akhelois
Yaampuunnn sweet banget sih kak 🥰🥰😍❤🌹 Next yaa kak. Loph it inii aku tu
2021-05-04 08:30:18
1
user avatar
Miss M
Love it so much. Keep up the good work. Waiting for the next chapter please
2021-05-04 08:18:29
1
20 Chapters
1. MENCARI PINJAMAN
“Hhhhuuufffppgghhh…” Aiza menghempaskan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur yang tak lagi baru. Melepaskan penat yang sudah seharian ini berdiri di halaman kampus  IPTS Padangsidimpuan, yang mempersiapkan mahasiswa-siswinya untuk dilepas melaksanakan Program Kerja Lapangan. Aiza Firdaus Tarra, gadis cantik berhijab berusia 22 tahun, baru saja mendapat pengarahan dari pihak kampus. Ia mendapat namanya tertera di sebuah Yayasan Sekolah Agama daerah Tapanuli Tengah, SMP  Al-Muslimin Pandan.“Yah… selama PKL nanti, aku pasti akan berjauhan dengan bang Fadlan…” gumamnya.Yah, Fadlan, pemuda berusia 23 tahun. Dengan tinggi 1,8 meter dengan sikap yang cool. Akan tetapi, Aiza merasa bersyukur bisa menjadi teman dekat pemuda tersebut karena sikapnya yang cuek terhdap banyak wanita. Dan justru, kedekatan antara keduanya membuat Aiza menaruh hati dan menganggap kalau pemuda itu juga merasakan hal yang sama. 
last updateLast Updated : 2021-04-09
Read more
2. BERANGKAT DEMI CITA-CITA
Sesampainya di rumah, seusai shalat magrib, Pak Ardi pun menyapa istrinya.“Biado…? Adong do lalu pinjaman i…?” tanyanya lagi.(Gimana…? Ada jadi pinjamannya?)“Adong, abang…”jawab Bu Maya dengan penuh semangat.(Ada, bang)“Alhamdulillah. Syukur madah… So leng lalu si Aiza na kehe i…” Pak Ardi berucap syukur mendengarnya.(Alhamdulillah, Syukurlah. Biar Aiza jadi juga pergi.)“Aizaaaa!” Bu Maya pun memanggil putrinya itu.“Iya, Maaaaak…” sahut Aiza yang segera menghampiri ayah dan ibunya dari dalam kamar.“Mana adikmu si Sofia…?”“Di kamar, Mak…”“Panggil dia ke sini…” suruh Bu Maya. Aiza pun segera mundur untuk memnaggil Sofia. Lalu keduanya pun mendekati ayah dan ibunya.“Apa, Mak…?” tanya si Sofia.“Aiza… ini uang untukmu yah, Nak. Ini ada 3 juta. Untunglah tulang Zainal kalian ada uang, dan mau meminjamkannya. Pandai-pandailah kau mengatur uang ini, Nak. Tadi pun, Tulang kau berpesan, k
last updateLast Updated : 2021-04-09
Read more
3. SIAP MENYUSUN PENGALAMAN KERJA
Lebih dari 2 jam di perjalanan. Akhirnya, mereka pun sampai di tempat yang dimaksud. Kelima anak kuliah yang akan mengabdi di daerah tersebut, langsung memeriksa rumah kontrakan mereka yang sengaja mereka ambil tidak jauh dari lokasi sekolah, tempat mereka yang akan mengabdi selama 3 bulan itu. Yang sudah mereka perkirakan agar tidak banyak memakan biaya transportasi. Dan alamat kontrakan tersebut adalah di Kompleks Perumahan BTN Pandan Nomor 86.“Kiran, kau bilang kamarnya cuma 2 tapi ini kamarnya 3? Untunglah kita yah,” komentar Ria pada rekannya yang bernama Kiran.“Aku juga nggak tahu. Karena kawan yang ku tanya itu juga bilangnya cuma 2 kamar…” jelas Kiran.“Dan kamar mandinya juga ada 2…” balas Rosni dengan berbinar.“Iya kamar mandinya 2. Tapi nggak mungkinlah bisa kita pakai mandi kamar mandi yang di luar itu…” sahut Ainy.“Yah, setidaknya kamar mandi yang di luar itu masih bisa kita pergunakan kalau
last updateLast Updated : 2021-04-09
Read more
4. PESAN DARI SANG PUJAAN
Udara di pagi hari, masih terasa sangat sejuk. Kelima anggota PKL dari kampus IPTS Padangsidimpuan itu, sudah berada di sekolah se-pagi mungkin. Karena mereka sudah sepakat untuk hadir lebih awal di sekolah tersebut yang notabene memang salah satu sekolah yang memiliki disiplin tinggi di daerah itu. Terlebih karena sebelumnya juga tertera dalam peraturan bahwa Apel pagi akan selalu berlangsung pukul 07.15. Sehingga, Aiza dan temannya-temannya pun sudah berada di sekolah 10 menit sebelum jam 7 pagi.Berhubung karena mereka tahu tempat untuk mereka tidak tersedia, kelimanya pun hanya meletakkan tas mereka di salah satu ruang kelas. Dan sesuai aturan, mereka pun berbaris berjejer di samping beberapa orang guru-guru muda, yang juga sudah hadir di sana untuk menyambut para siswa di gerbang pintu sekolah. Tanpa banyak kalimat, mereka pun mengikuti apa yang dilakukan guru tersebut, yaitu saling bersalaman menyambut siswa-siswinya de
last updateLast Updated : 2021-04-12
Read more
5. SALAH SANGKA
Sambil tersenyum ia pun mencoba membalas sambil berjalan menuju pondok kosong yang ada di hutan sekolah. Akan tetapi, karena terlalu semangat untuk membalasnya, Aiza tidak sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik sebuah mobil sedan berwarna hitam.“Alaaaa umaaak…” lontar Aiza tersentak, saat ia menubruk sesosok tubuh tinggi. Dan secara tidak sengaja, tangan Aiza berpegangan pada lengan kekar pria tersebut.“Kalau jalan lihat ke depan, jangan lihat layar HP. Bahaya…” tegur pria yang tingginya sekitar 15 centimeter lebih dari tinggi badan Aiza. Wajahnya tampak begitu datar tanpa ekspresi. “Eh… iya.. maaf, Pak…” ujar Aiza dengan gugup karena malu melihat pria itu atas kecerobohannya sendiri.“Awasss….!” Tepis pria itu dengan nada yang kurang bersahabat, meninggalkan Aiza yang masih bingung dengan keterkejutannya.“Ganteng-genteng cerewet huuuuuu…” gerutu Aiza ketika sosok itu hilang di baling tembok s
last updateLast Updated : 2021-04-12
Read more
6. KESUKSESAN ITU DIMULAI DARI MIMPI
“Kamu ini anak PKL ‘kan?” tanya pria itu pada Aiza.Dengan sangat yakin, Aiza pun mengangguk mengiyakan.“Iya, saya anak PKL. Memangnya kenapa, Pak?” Aiza membenarkan.“Kamu nggak mau bertanya saya siapa?” tanya pria itu membuat Aiza merasa geli dengan pertanyaan tersebut. Namun, sebagai orang baru, tentu saja Aiza tetap bersikap rendah hati menanggapinya.“Maaf Pak. Saya memang belum tahu Bapak ini siapa, tapi yang saya tahu tadi Bapak mengantarkan Pak Rakib Salim, yah ‘kan?” dengan penuh keyakinan, Aiza pun melayani pertanyaan pria itu.“Iya, benar. Kamu… baru sehari di sini, udah 2x membuat saya kesal. Apa kamu tahu itu?” singgung pria itu lagi, memancing reaksi Aiza yang sebenarnya mulai kesal dengan pertanyaan itu.Aiza pun menggerutu dalam hatinya. “Ini orang kenapa yah? Aneh. Supir tapi sok bicara seperti ini?” batinnya.“Kamu dengar saya tanya apa?” suara pria itu kembali membuyarkan suara hatinya.“Eh iya, saya
last updateLast Updated : 2021-04-16
Read more
7. DANA UNTUK TAMAN
Hari-hari pun berlalu begitu saja, hingga tidak terasa seminggu sudah berlalu. Semua proses yang mereka lewati di SMP swasta Almuslimin itu berjalan dengan sangat baik. Dan dalam seminggu saja, ada banyak kesan baik dan bermanfaat yang bisa mereka ambil dari sana. Mulai dari bimbingan cara membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik, cara menarik minat belajar siswa dengan strategi menarik, dan juga sikap sosial dari orang-orang di dalamnya. Memang, terasa begitu melelahkan. Namun semua itu terbayarkan dengan ilmu yang sudah mereka dapatkan.Hari itu, didampingi ibu Hj. Siti Mahanum, Riyan Qalbun Salim, begitu namanya terngiang di telinga kelima para mahasiswi yang sedang mengabdi di sekolah itu. Pria itu memanggil mereka berlima untuk segera menghadap ke ruangannya. Tentu saja, kelimanya pun memenuhi panggilan tersebut.“Adik-adik mahasiswi semua, Bapak Riyan memanggil kalian ke ruanga
last updateLast Updated : 2021-04-16
Read more
8. CALON ISTRI
Hati Aiza terasa lebih tenang setelah melihat keluarganya, walau hanya lewat video call. Apa lagi, karena wajah orang tua yang sangat ia cintai itu tidak merasa keberatan dengan apa yang ia keluhkan. Terlebih ketika ayahnya dengan wajah yang datar, menerka kalau pengeluaran mereka kemungkinan tidak sampai 1 juta untuk membuat sebuah taman yang dimaksud.“Teman-temanku benar. Kenapa aku harus segalau ini memikirkannya? Masih ada waktu untuk berfikir. Lagi pula, kenapa aku seperti keberatan? Ini kan memang sudah resiko?” batin gadis itu pun berontak.“Kamu mikirin apa?” tanya Ria temannya dalam satu kamar.“Ah,nggak. Barusan aku menelpon keluargaku. Aku menjelaskan ukuran taman itu pada ayahku. Ayahku seorang pekerja bangunan. Tentu dia tahu, berapa kira-kira dana yang akan kita keluarkan per orang. Setelah dihitung-hitung, ayahku bilang kemungkinan kita akan mengeluarkan uang 1 juta per orang untuk taman ukuran 7 meter
last updateLast Updated : 2021-04-16
Read more
9. PERHATIAN DARI BANG FADLAN
“Tidak, kamu saja yang panggil. Kalau dia tidak mau, baru saya yang akan ke sana,” jelas wanita itu.Mau tidak mau, dari pada harus menambah masalah, akhirnya Aiza pun meninggalkan wanita itu. Aiza memberanikan diri untuk masuk ke gedung bagian yayasan. Tampak pintu ruangan  khusus Pak Riyan itu terbuka lebar. Namun sepertinya, ada tamu yang sedang dilayani oleh pria itu. Aiza menunggu sesaat. Tidak berapa lama, Pak Riyan pun keluar dan Aiza mencegatnya membuat berpasang mata yang ada di sana memandangi Aiza yang tempak mendekati Pak Riyan.“Maaf, Pak. Di luar ada wanita bernama Cintya mau ketemu sama, Bapak…” Aiza pun mnyampaikan.“Kamu bilang kalau saya di sini…?” tanya pak Riyan.“I… iya Pak, sahut Aiza yang mulai ragu dengan mimik wajah pria itu.“Sial…” terdengar umpatan lirih dari mulut pria itu, membuat Aiza semakin tidak enak hati mendengarnya.Riyan langsung merogoh kantong meraih ponselnya.&nbs
last updateLast Updated : 2021-04-16
Read more
10. TEMANKU JUGA REJEKIKU
Memasuki minggu ke 3 pelaksanaan PKL.“Biado? Ita cicil ma mulai bahan-bahan i? (Bagaimana? Bisa kita mulai mencicil bahab-bahan?)” ujar Rosni.“Keta, au pe atia adong dope epengku, (Ayo, mumpung uang ku juga maasih ada,)” sahut Ainy.“Aku juga, uangku rasanya juga masih cukup,” sambung Aiza.“Baguslah kalau begitu, biar kita kumpulkan uangnya beli semen sama pasir. Tapi… kita tanya dulu besok kepala sekolah, kemana kita simpan nanti bahan-bahan itu…” ujar Kiran menimpali.“Paling nanti ujung-ujungnya diletakkan di ruang bendahara…” Ria pun tak kalah memberikan pendapat.“Syukurlah uangku masih ada kalau untuk mencicil. Biar nanti ayah dan umakku nggak terlalu pusing nyari sisanya…” lirih suara Aiza.“Berarti karena menyisakan uang untuk taman itu makanya nggak pernah kau jajan?” celutuk Ria.“Itu kamu tahu… Aku bisa saja jajan ini-itu kalau nggak mikir ke sana,” sahut Aiza.“Bope songoni… ulang ko makikittu tu dirimu, kele
last updateLast Updated : 2021-04-20
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status