⚠️⚠️ Cerita dewasa! Bukan bacaan anak di bawah umur yang masih sekolah! Pilih bacaan yang sesuai rating usia kalian. "Ares, kumohon hentikan," rintih Vanya seraya berusaha melepaskan tangannya yang terbelenggu dalam genggaman Ares dengan sangat kuat. Ares tidak bersuara, hati nurani pria itu seolah telah mati. Pinggulnya bergerak-gerak naik turun tanpa memedulikan usaha Vanya untuk terbebas darinya. Ditatapnya Vanya, semakin gadis itu berusaha memberontak, entah mengapa gairah di dalam dirinya semakin terpacu. Ekspresi kesakitan di wajah Vanya seolah menambahkan energi untuk memacu pinggulnya semakin cepat dan ketidakberdayaan Vanya seolah mampu mengobati seluruh rasa sakit hati yang mendera ibunya. Dihunjamkannya kejantanannya lebih dalam lagi hingga tubuh Vanya tersentak ke belakang, diabaikannya wajah Vanya yang bersimbah air mata kemudian dengan kasar dipagutnya bibir Vanya, disesapnya dengan paksa meskipun bibir gadis itu terkatup rapat. Ares menggeram, marah oleh penolakan Vanya. "Buka bibirmu." Vanya menggeleng. "Bajingan!" 📌 Bukan Squel! IG : cherry.blossom0311
View MorePrologue
"Kau serius akan menikahi pria tua itu?""Vanya, jaga kata-katamu," ucap Tania kemudian menghela napasnya. "Kami saling mencintai."Vanya tertawa hambar. "Ya Tuhan, jangan bikin aku sakit perut. Aku tahu kau bersedia menikahi pria tua itu karena menginginkan jabatan di partai politik, bukan karena cinta."Vanya kemudian bertopang dagu di atas meja makan seraya menatap ibunya, bibirnya mengulas senyum sinis karena bukan hanya faktor usia Raul yang membuatnya tidak setuju ibunya menikah pria itu. Tetapi, Raul baru bercerai dari istrinya kurang lebih tiga pekan yang lalu dan tentu pernikahan yang dikatakan ibunya seolah menegaskan jika gosip bahwa pimpinan partai Nasional di Spanyol itu memiliki hubungan gelap dengan salah satu anggotanya.Tania menggeleng kan kepalanya. "Lusa pernikahan kami, kuharap setelah itu kau bisa menjaga sikapmu di depan Raul karena bagaimanapun dia akan menjadi keluarga kita."Vanya jijik mendengar nama pria yang lebih dari separuh hidupnya selalu disebut-sebut oleh ibunya. Pria itu berusia enam puluh lima tahun dan ibunya berusia tiga puluh tujuh tahun. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa ibunya memiliki ide untuk jatuh cinta pada pria yang lebih cocok menjadi kakeknya?"Jadi, benar jika selama ini kau dan dia menjalani hubungan gelap?" tanya Vanya dengan nada sangat dingin."Itu tidak benar. Raul dan mantan istrinya telah lama tidak harmonis dan....""Dan itu karena kau, benar, 'kan?" potong Vanya dengan nada lebih sinis. "Semua orang di Madrid juga tahu. Gosip kalian sudah menjadi rahasia umum selama bertahun-tahun, tapi kau bersikap seolah tidak pernah mendengarnya.""Vanya, dia pria lajang dan aku juga wanita lajang. Apa salahnya jika kami jatuh cinta kemudian memutuskan menikah?""Secepat itu?" Vanya terkekeh hambar. "Kau sudah lama menjadi gundiknya, 'kan?""Vanya!" bentak Tania.Vanya kembali tertawa. "Ada banyak sekali pria di dunia ini. Kau bisa pilih yang lebih muda atau yang usianya tidak terpaut jauh darimu. Kau tidak perlu jatuh cinta pada... ya Tuhan, dia pantas menjadi ayahmu!"Tania menghela napasnya dalam-dalam. "Vanya, aku ini ibumu. Kau tidak pantas menceramahiku."Vanya mengedikkan bahunya. "Aku tidak merestui pernikahan kalian.""Aku sedang memberitahumu, bukan meminta restu darimu," ucap Tania.Vanya bangkit dari kursinya "Menikah saja, terserah! Setelah dua tahun mungkin kau akan mengurus pria sakit-sakitan yang duduk di kursi roda." Ia tertawa mengejek. "Tapi, setelah itu mungkin kau akan mendapatkan warisan yang sangat banyak dan tujuanmu tercapai. Selamat.""Vanya, bukan begitu dan kita belum selesai bicara. Duduklah!" ucap Tania seraya meninggalkan kursinya."Jangan khawatir, aku tidak akan menghalangimu! Aku akan tinggal di rumah ayahku!" ucap Vanya seraya meninggalkan ruangan makan."Vanya, kau tidak akan ke mana-mana, kau tetap tinggal bersamaku." Tania mengikuti Vanya yang sepertinya sama sekali tidak akan menoleh meskipun ia berteriak. "Ayahmu tidak akan peduli padamu meskipun kau di sana, dia hanya peduli pada Julio."Air mata Vanya sudah mendesak di kelopak matanya. "Itu kesalahanmu! Kau tidak melahirkanku sebagai laki-laki!" Ia berbalik seraya menyeka air mata yang akhirnya meleleh di pipi. "Andai kau tidak keras kepala mempertahankan apa yang egomu, kita bisa menjadi keluarga yang utuh!""Vanya... aku melakukan semua ini karena kau, aku ingin....""Apa? Karena aku?" Vanya menggeleng. "Papa memang tidak kaya raya. Tetapi, dia memiliki pekerjaan!""Vanya, kau salah paham," desah Tania."Di mana letak salah pahamnya? Aku cukup dewasa untuk mengerti kalau kau tidak bisa hidup sederhana!""Papamu tidak bekerja, dia hanya mengurus mesin-mesin itu dan tidak peduli padaku! Dia hanya peduli pada Julio! Dia terobsesi agar Julio menjadi pembalap!""Bohong! Kau yang tidak mau dinikahi Papa dan kau yang egois!" jerit Vanya.Vanya berlari ke kamarnya, mengemasi beberapa barang dan memasukkan ke dalam tas lalu berlari meninggalkan rumah itu. Gadis berusia delapan belas tahun itu menuju stasiun kereta untuk pergi ke rumah ayahnya. Di sana, pintu terbuka hanya dengan sekali saja Vanya menekan bel."Vanya, kau menangis?" tanya Julio, kakaknya. "Apa yang terjadi?""Kita harus bicara," ujar Vanya."Masuklah.""Apa Papa ada di rumah?" tanya Vanya seraya melangkah masuk."Ya. Dia di kamar.""Aku ingin bicara dengannya." Vanya buru-buru melangkah mendekati tangga yang menghubungkan lantai atas di mana kamar ayahnya berada. "Dengar, Julio. Mama akan menikah. Papa harus membujuk agar Mama tidak menikahi pimpinan partai politik itu."Julio menarik pergelangan tangan Vanya dan berhenti, ditatapnya adiknya dengan bimbang. "Kurasa kita harus menunggu. Kita bicara dengan Papa nanti, setelah kekasihnya pergi."Hola....Jangan bosan, ya.Authornya malas riset tempat lain di belahan bumi ini. Jadi, kita pake Spanyol lagi deh.Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h
Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va
Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 84Mata kuliah pertama Vanya berakhir pukul dua belas siang dan ia masih memiliki jadwal mata kuliah ke dua jam tiga siang. Jadi, untuk mengisi waktu istirahatnya yang lumayan lama Vanya memutuskan untuk menghubungi Evan, Ares sedang pergi ke Malaysia untuk urusan MotoGP kemudian Vanya mengemudikan mobilnya ke kantor Evan. "Andai Ares sedang tidak pergi ke luar negeri, aku yakin kau tidak akan pernah menginjakkan kakimu ke sini," goda Evan yang menyambut Vanya di lobi kantornya."Jangan coba-coba membalikkan fakta, kaulah yang selalu sok sibuk sampai-sampai hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga," balas Vanya. Evan terkekeh dan merangkul pundak Vanya dengan sangat lembut. "Aku benar-benar sibuk, adikku." Vanya mencebik. "Kalau sangat sibuk, kenapa kau masih punya waktu untuk berkeliaran di lobi?" Evan memiringkan kepalanya menatap Vanya dan sebelah alisnya terangkat. "Ini pertama kalinya kau ke sini, tentunya aku harus m
Hola happy reading and enjoy!Chapter 83Barang-barang Vanya telah tersusun rapi pada tempatnya di kamar barunya. Jadi, ia membersihkan tubuhnya kemudian merobek kemasan masker wajah lalu mengenakan masker berbentuk topeng berwarna putih dan duduk berselonjor di atas tempat tidurnya seraya bersandar di kepala tempat tidur dengan menggunakan jubah mandinya yang berwarna ungu. Di kepalanya melilit handuk yang juga berwarna ungu untuk menutupi rambutnya yang masih basah, ia seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk meraih pengering rambut. "Boleh aku masuk?" Suara itu membuat Vanya mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Ares berdiri di ambang pintu, masih mengenakan setelan jas lengkap bahkan jepitan dasi pemberiannya masih rapi di tempatnya. Vanya memang tidak menutup pintu kamar karena berpikir jika mereka hanya tinggal berdua, tidak perlu harus selalu menutup atau mengunci pintu meskipun ia memerlukan privasi. "Kau pulang lebih awal?" tanya Vanya seraya tersenyum kepada Ares
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 82Dua hari kemudian, sekretaris Tania mengetuk pintu ruang kerjanya dan berkata, "Madam, seorang pejabat publik ingin bertemu denganmu." Tania yang sedang memeriksa berkas-berkas di atas meja mendongak. "Bukankah aku tidak memiliki jadwal bertemu dengan salah satu pejabat publik hari ini?" "Seharusnya. Tetapi, dia bilang kalau dia memiliki urusan yang sangat penting denganmu." "Katakan padanya untuk kembali besok," kata Tania kemudian matanya kembali pada berkasnya. "Dia mengatakan kau harus menemuinya hari ini, kalau tidak dia akan...." Tania melepaskan kacamata bacanya dan menekan bagian atas batang hidungnya. "Berani sekali mengancamku, katakan padanya kalau aku sedang tidak bisa ditemui." "Dia menyuruhku memberitahukan mamanya padamu." "Sebenarnya aku sama sekali tidak peduli dia siapa," kata Tania dengan nada jengkel. "Jadi, siapa namanya?" "Namanya Federico Castellano." Sesaat dunia Tania seperti berhenti berputar, ia membeku kemu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments