Home / Romansa / BABY CEO / Chapter 1

Share

Chapter 1

Author: Cherry Blossom
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Chapter 1

Ares Miguel Torrado membelokkan mobilnya ke area Santo Domingo kemudian memasuki pekarangan rumah yang luas milik Leya Jacson.

Ia baru saja membanting pintu mobilnya saat pintu rumah terbuka, Leya mengenkan crop top dipadukan dengan rok super mini. Seperti biasa wanita itu berambut pirang itu tersenyum lebar untuknya seraya berlari menyongsong kedatangannya lalu melingkarkan lengannya di leher Ares.

"Aku merindukanmu," kata Leya.

Namun, dari tatapan Ares yang dingin dan keengganan pria itu menanggapi ucapannya lalu terburu-buru menggagahinya, Leya sudah mengerti bahwa pria itu sedang memiliki suasana hatinyang buruk. Tiga tahun mengenal Ares, Leya sudah cukup baginya untuk mengenali kebiasaan Ares yang memerlukan seks kilat dengannya untuk melampiaskan kemarahannya, atau kelelahan seusai bekerja.

Setelah merapikan pakaian mereka, Leya berjalan Ares menuju mini bar di rumahnya dan Ares mengikutinya lalu Leya menuangkan wiski untuk pria itu.

"Apa hari ini pegawai kantormu membuatmu jengkel?" tanya Leya kepada Ares yang sedang mengendurkan dasinya.

Pria pemilik bola mata berwarna biru itu menerima gelas berisi wiski yang diberikan Leya. "Ada banyak pekerjaan di Light Sport hari ini."

"Bukannya musim tahun ini baru saja berakhir, apa ada masalah?" tanya Leya seraya menuangkan wiski ke dalam gelas yang di pegangnya kemudian mengangkat gelasnya, mengajak Ares bersulang.

Ares merupakan seorang Chief Executive Officer di Torrado Company dan dia juga menjadi bos promotor sebuah ajang olahraga bergengsi MotoGP, Light Sport. Hal itu membuatnya sangat sibuk hingga terkadang melupakan jika sekarang usianya telah memasuki tiga puluh lima tahun.

Ia mengangkat gelasnya untuk bersulang dan menenggak wiskinya. "Ada sedikit masalah."

"Ya. Masalah akan selalu datang selama kita hidup," ucap Leya.

Ares tersenyum masam. Dia setuju dengan pernyataan Leya, masalah akan selalu datang entah dari mana saja. Bahkan terkadang saat seseorang tidak memiliki masalah, orang lain justru menghampiri dan melimpahkan masalah.

"Dan aku juga berencana untuk pindah ke rumah ayahku," ucap Ares.

Leya kembali menuangkan wiski ke gelas Ares dan gelasnya. "Jadi, kau ke sini untuk memberitahu itu?"

"Aku datang untuk bercinta denganmu," jawab Ares dengan acuh dan duduk di kursi berbentuk bulat.

Leya tersenyum, menganggap lumrah jawaban Ares dan tidak sedikit pun merasa tersinggung. Mereka telah menjalani hubungan tanpa status selama tiga tahun.

"Bagaimana kabar ibumu?" tanya Leya.

"Ibuku baik-baik saja."

Dua bulan yang lalu orang tuanya bercerai, ibunya tidak tahan lagi setelah bertahun-tahun ayahnya diduga berselingkuh dengan salah satu anggota partainya. Belum genap satu bulan perceraian mereka, ayahnya menikahi wanita jalang itu. Fakta tersebut membuat kondisi kesehatan ibunya menurun hingga sebagai seorang anak sudah sepantasnya Ares mendampingi masa-masa sulit yang sedang dialami ibunya.

Namun, Ares tidak bisa hanya sekedar mendampingi ibunya berobat. Setiap kali menyaksikan kesedihan dan kekecewaan di mata ibunya, dada Ares terasa dipanggang di atas tungku yang membara hingga ingin sekali rasanya menghabisi wanita yang membuat luka di batin ibunya.

Ares sangat tidak terima atas apa yang dilakukan ayahnya. Sebagai pria berumur seharusnya menghargai pernikahan yang telah dilalui selama tiga puluh tujuh tahun, dan seharusnya menghargai ibunya yang telah mendampingi dalam suka maupun duka.

Kenangan indah dari tahun ke tahun seolah tidak berbekas, bahkan mungkin foto-foto di bingkai yang tergantung di dinding rumah mereka tidak lagi membangkitkan kenangan di mata ayahnya. Ayahnya lebih memilih Tania, wanita yang tentunya lebih muda jika dibandingkan dengan ibunya. Kehadiran Tania bagiakan badai yang memorak-porandakan keluarga Torrado.

"Jadi, sampai berapa lama kau tinggal di sana?" tanya Leya kemudian menenggak wiskinya dan meletakkan gelasnya di meja bar rumahnya.

"Hanya sementara."

"Jika aku merindukanmu, apa aku boleh ke rumah ayahmu?"

Ares menatap wajah cantik Leya. "Tentu, datang saja atau kau bisa ke kantorku."

Meskipun itu hanya sebuah pemanis, Ares tidak akan pernah membiarkan Leya datang. Ia memiliki rencana untuk menggunakan pesonanya kepada ibu tirinya, meniduri wanita jalang itu kemudian mencampakkannya. Ares bahkan berencana membuat ayahnya menyaksikan sendiri perselingkuhan Tania.

Namun, jika Leya datang ke rumah itu, rencananya mungkin tidak akan berjalan mulus atau mungkin akan hancur karena tidak mungkin seorang Leya Jacson datang menemuinya kalau bukan karena mereka memiliki skandal.

Leya terkekeh pelan dan menggeleng. "Aku tidak ingin menimbulkan gosip yang membuat diriku dikejar-kejar pemburu berita dengan datang ke kantormu dan aku tidak ingin jika ayahmu juga berpikir aku adalah kekasihmu."

Leya telah bergelut di dunia perfilman sejak usia enam belas tahun itu memang selalu menjaga privasinya hingga usianya dua puluh tujuh tahun, belum pernah terdengar ada berita tentang percintaan apa lagi skandalnya, setiap kali muncul di media, Leya hanya menyuguhkan prestasi terbarunya.

Ares menyukai wanita yang berpendirian teguh, mandiri, dan cerdas. Leya memiliki semua itu, bahkan wanita itu memiliki kelebihan yang jarang sekali dimiliki orang yang bergelut di dunia hiburan. Leya sangat pandai meletakkan batas antara kehidupan pribadi dan kariernya sehingga kehidupannya terlihat berjalan dengan sangat mulus dan stabil. Sayangnya, Leya tidak ingin terikat dengannya meskipun tidak terhitung berapa kali mereka melakukan hubungan seks.

"Jangan berpikir selama aku di rumah ayahku, aku tidak memiliki waktu untuk mengunjungimu. Jangan harap kau bisa membawa pria lain ke sini," kata Ares, nada dan tatapannya mengancam.

Leya tersenyum menggoda. "Aku bukan milikmu."

"Kau, milikku," kata Ares.

"Aku tidak pernah sepakat," kata Leya.

Namun, Ares tidak pernah peduli dengan ucapan Leya. "Jangan membuatku melakukan hal yang tidak kau suka."

Selama dirinya masih menyukai Leya, maka hanya dirinya pria yang boleh menyentuh tubuh Leya dan Leya tahu aturan yang dibuat Ares.

"Jika kau tidak ingin aku membawa laki-laki ke sini, beri aku alasan selain aku milikmu," kata Leya dengan nada dan tatapan menggoda.

Ares menatap wiski di gelasnya beberapa detik kemudian tersenyum dan menatap Leya. "Kau tidak memiliki waktu untuk memikirkan pria lain, dan hanya aku pria yang bisa memuaskanmu."

Leya tersenyum, Ares memang selalu dapat memuaskannya dan dirinya memang tidak memiliki waktu untuk memiliki waktu untuk memikirkan pria lain. Bahkan Ares sekali pun.

Leya tidak terlalu tertarik untuk menjalin hubungan asmara, jika dirinya mengizinkan Ares datang ke tempat tinggalnya, itu hanya karena dirinya merasakan kecocokan dalam beberapa hal. Tetapi, untuk memulai membuka hati, Leya tidak berani karena terakhir memiliki hubungan cinta, kekasihnya justru nyaris menjadi ancaman dalam hidupnya.

"Tapi, jujur saja aku sedikit heran karena kau tiba-tiba ingin tinggal bersama ayahmu," kata Leya.

Meskipun mereka telah menjalani hubungan selama tiga tahun bukan berarti dia memiliki niat membicarakan tujuannya tinggal di rumah ayahnya kepada Leya.

Ares kembali menenggak wiskinya lalu meletakkan gelas di atas meja bar. "Aku harus mengenal keluarga baruku."

Leya mengedikkan bahunya dan menatap Ares. "Wow! Itu luar biasa. Tidak semua orang bisa berpikir sepertimu."

Tentu saja tidak seorang pun karena Ares justru memiliki niat untuk menghancurkan keluarga baru ayahnya. "Bagaimanapun itu pilihan ayahku, kami harus menghargainya."

Leya melingkarkan lengannya di leher Ares. "Kau benar. Tapi, bagaimana kau bisa berubah pikiran secepat ini?"

Karena Leya tahu jika awalnya Ares sangat terpukul saat orang tuanya memutuskan bercerai dan Ares juga sangat marah saat mendengar ayahnya akan menikahi Tania.

Ares menyingkirkan sejumput rambut ke belakang telinga Leya. "Aku hanya mengkhawatirkan keselamatan ayahku."

Leya menatap Ares seolah mencari sesuatu di sana. "Keselamatan?"

"Ya."

"Kurasa kau sedikit berlebihan, Tania tidak mungkin berani mencelakai ayahmu."

Mendengar nama Tania disebut, aliran darah Ares seolah menggelegak. Ia mencengkeram rahang Leya dengan kasar, menatap Leya dengan tatapan dingin seolah wanita di depannya adalah Tania.

"Ares?" desah Leya membuat kesadaran Ares kembali.

Bersambung....

Jangan lupa kasih bintang dan komentar!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒♥️☺️🥰

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Chey Manuputty
bagus alur ceritanya
goodnovel comment avatar
Joko Umbaran
alur cerita yg bagus ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BABY CEO    Chapter 2

    Chapter 2"Uuh...," erang Lavanya Leonora Callas seraya memegangi sikunya yang lecet hingga mengeluarkan darah akibat didorong oleh temannya hingga terjatuh dan sikunya mencium lantai. "Mau kuantar ke ruang kesehatan?" Pemilik bola mata berwarna biru dengan bingkai hitam itu mendongak dan mendapati Dario Clooney, teman sekelasnya mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. "Sial! Lihat saja nanti, akan dibalas Tammy," gerutunya tanpa menerima uluran tangan temannya.Dario menekuk kakinya di depan Vanya. "Kudengar kemarin kau menyiram kepala Tammy di toilet." "Dia terus-terusan menyindirku. Jadi, kutantang untuk berbicara langsung di depanku." Vanya meniup luka di sikunya beberapa kali."Dia berani?" "Tammy membawa geng sampahnya itu untuk menyerangku di toilet." Dario terkekeh sambil menggaruk pelipisnya. "Kau bisa dikeluarkan dari sekolah jika terus-terusan bertengkar dengan Tammy dan gengnya." Selama sekolah menengah atas, bukan pertama kali Vanya masuk ruangan konseling

  • BABY CEO    Chapter 3

    Chapter 3 Ares menatap Vanya beberapa detik kemudian pandangannya beralih kepada Tania seolah sedang bertanya. Tetapi, dia sama sekali tidak bersuara. Tania seolah mengerti pertanyaan Ares. "Oh, dia... Vanya, putriku." Tania memiliki anak perempuan? Alis Ares berkerut samar dan kembali menatap penampilan Vanya yang terlihat kacau dan sedikit kusam, mungkin karena musim panas dan telah berada di sekolah seharian. "Jadi, Julio memiliki adik perempuan?" tanya Ares seraya melangkah mendekati Vanya lalu mengulurkan tangannya. "Kau bisa memanggilku Ares, kita bersaudara." "Dia putra pertama Raul," imbuh Tania. "Vanya," kata Vanya dengan nada datar dan ekspresi merengut dan tidak mengindahkan Ares yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tania mendengus dan menggelengkan kepala. "Jangan khawatir, dia sebenarnya anak yang manis. Hanya sedikit keras kepala," ucapnya kepada Ares lalu menatap Vanya. "Sayang, bersihkan tubuhmu dan tunggu Mama di kamarmu, kita harus melanjutkan

  • BABY CEO    Chapter 4

    Chapter 4Vanya melemparkan tas dan sepatu kepada Dario yang berada di bawah, gadis itu berdiri di atas tembok pagar rumah setinggi dua meter. Memangnya Ares bisa menghalanginya? Tentu saja Vanya memiliki seribu cara untuk membebaskan diri, keluar melalui jendela kamar dan melompati pagar adalah beberapa keahliannya. "Sial! Jangan melompat atau kakimu akan patah!" geram Dario. Vanya menyeringai. "Tenang saja, ini bukan kali pertama aku naik ke pagar." "Kenapa tidak lewat pintu gerbang saja?" Vanya benar-benar melompat dari ketinggian dua meter kemudian mengambil sepatunya dari tangan Dario. "Ada anjing baru di rumahku." "Anjing baru?" tanya Dario seraya menatap Vanya yang sedang memasang sepatu. "Kau takut anjing?" Vanya mencibir. "Aku takut anjing? Yang benar saja." "Lalu?" "Aku hanya malas saja, dia bisa menyalak." "Ayo, Wilson pasti sudah menunggu kita," kata Dario seraya berjalan menuju mobil sportnya diikuti Vanya.Lima belas menit kemudian mereka tiba di sebuah rumah be

  • BABY CEO    Chapter 5

    Chapter 5Paginya Vanya bangun dan cuaca sangat cerah, gadis itu mengenakan bikini lalu masuk ke kolam renang indoor yang ada di dalam rumah.Ternyata tinggal di rumah mewah ada gunanya juga, pikir Vanya seraya berenang-renang seperti seekor lumba-lumba yang lincah dan gesit. Sepulang sekolah Tammy menantangnya berenang dan menjadikan Wilson hadiah seperti barang saja. Tetapi, bukan Vanya namanya kalau tidak menerima tantangan meskipun dia tidak tertarik dengan Wilson. Ia lebih baik menerima tantangan Tammy dari pada diejek Tammy dan kawan-kawannya, dianggap tidak berani bertarung. Enak saja, siapa yang takut?Hanya saja, karena Vanya tidak tertarik berpacaran dengan Wilson, Vanya berencana akan memperlambat kecepatan renangnya dengan ketara agar semua yang menyaksikan tahu kalau dirinya hanya mengalah di detik terakhir. Biarkan saja Tammy yang mendapatkan Wilson. Vanya terus meskipun menyadari kedatangan Ares, ia memilih mengabaikan kakak tirinya yang mengenakan setelan jas dan b

  • BABY CEO    Chapter 6

    Hola, enjoy this chapter.Chapter 6Vanya mendengus dan keluar dari mobil Wilson kemudian memasuki mobil Ares, tetapi tidak duduk di jok sebelah pengemudi melainkan di jok belakang. "Ternyata kau tidak jauh berbeda dengan ibuku," ucap Vanya ketika mobil yang dikemudikan Ares meninggalkan lokasi tempat tinggal mereka. Ares melirik Vanya melalui kaca spion. "Tania selalu mengkhawatirkanmu, Vanya." Bibir Vanya mencibir ucapan Ares. "Itu hanya kekhawatiran yang dilebih-lebihkan." "Vanya... Tania benar-benar menyayangimu, dia....""Aku berbeda dengan ibuku yang sembrono dan tidak bisa menjaga diri hingga terjerumus dalam pergaulan bebas. Aku tidak seperti dia!" potong Vanya.Ares tersenyum mengejek. "Kau juga keluar diam-diam tengah malam, pergi bersama laki-laki. Apa bedanya?" "Mereka hanya teman," kata Vanya dengan tegas. "Dan aku tidak pergi ke club ataupun bar. Kami hanya mengobrol di rumah Wilson." "Kalau hanya mengobrol di rumah teman, kenapa tidak berpamitan pada ibumu? Kenapa

  • BABY CEO    Chapter 7

    Hola, enjoy this chapter!Chapter 7Stepbrother Ketika Ares tiba di ruang kepala sekolah, dia tidak mendapati keberadaan kepala sekolah di sana. Hanya ada Vanya yang duduk di atas meja dengan kaki menjuntai ke bawah dan bergoyang-goyang. Telinga gadis mengenakan earphone dan mulutnya terisi lolipop, sikapnya seperti bocah taman kanak-kanak yang sedang menunggu jemputan ayahnya. Ares diam-diam menghela napas, merasa jengkel karena sepertinya hari ini telah mengambil keputusan bodoh untuk mengurus gadis bandel yang mengharuskan dirinya belajar menahan emosi. "Ayo, pulang," ucap Ares setelah berada tepat di depan Vanya. "Apa?" tanya Vanya seraya mendongak dan melepaskan sebelah earphone-nya."Pulang," kata Ares dengan nada dingin. Vanya menggeleng dan tatapannya polos seperti tidak pernah melakukan kesalahan. "Tapi, tadi kau bilang hari ini tidak boleh membolos." "Kau diskors mulai hari ini," ujar Ares."Wow, ini rekor baru," ujar Vanya dengan mata terbelalak seraya melompat turun

  • BABY CEO    Chapter 8

    Hola, happy reading and enjoy this chapter!Chapter 8Ares menatap Vanya yang keluar dari ruang kerjanya bersama Leo, asistennya. Menurutnya, Vanya sangat cerdik dalam setiap tindakan bahkan terlalu licik. Salah satunya saat dengan menggandengnya di menuju tempat parkir. Vanya tentunya sudah memperhitungkan jika mereka akan menjadi buah bibir di sekolah, gadis itu bersikap dengan cara yang sangat natural hingga Ares tidak menaruh sedikit pun kecurigaan saat itu. Juga saat Vanya duduk dengan tenang dan mereka menyantap makan siang bersama, tidak sedikit pun Vanya menunjukkan gelagat kalau dirinya sedang digosipkan di obrolan grup sekolah. Gadis itu benar-benar pandai berakting, tidak ada kepanikan, apa lagi menunjukkan emosinya. Menarik, batin Ares dan dia penasaran bagaimana cara membuat seekor rubah yang licik menurut layaknya seekor poodle yang manis. Ares merogoh saku jasnya dan mengambil ponsel untuk menghubungi Leya, berharap Leya dapat memberikan solusi atas masalahnya."Kau

  • BABY CEO    Chapter 9

    Hola, happy reading and enjoy this chapter!Chapter 9Ketika Leo memberitahu bahwa Vanya didorong ke kolam renang oleh salah satu siswi hingga basah kuyup, Ares sedang berada di ruang pertemuan. Melalui pesan teks ia memerintahkan Leo agar Vanya mandi dan mengganti pakaian di ruang istirahat pribadinya. Ada beberapa kemeja bersih yang terletak di dalam lemari dan tidak lupa Ares juga memerintahkan Leo untuk menyiapkan segelas cokelat panas untuk Vanya. Pukul empat sore pertemuan baru saja usai, Ares kembali ke ruang kerjanya. Sebuah paper bag tergeletak di atas meja kerjanya, Ares tidak memeriksa isinya karena yakin isinya adalah pakaian baru Vanya yang dibeli oleh Leo. Ares lalu membawa paper bag itu ke ruang pribadinya agar Vanya mengganti pakaiannya, tetapi ia justru mendapati mata Vanya terpejam dan bernapas dengan teratur. Ares bergerak perlahan mendekati tempat tidur, diamatinya Vanya yang bahkan dalam keadaan terlelap pun gadis itu berekspresi cemberut. Bibir Ares mengulas s

Latest chapter

  • BABY CEO    Chapter 90 (end)

    Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h

  • BABY CEO    Chapter 89

    Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va

  • BABY CEO    Chapter 88

    Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V

  • BABY CEO    Chapter 87

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,

  • BABY CEO    Chapter 86

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg

  • BABY CEO    Chapter 85

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."

  • BABY CEO    Chapter 84

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 84Mata kuliah pertama Vanya berakhir pukul dua belas siang dan ia masih memiliki jadwal mata kuliah ke dua jam tiga siang. Jadi, untuk mengisi waktu istirahatnya yang lumayan lama Vanya memutuskan untuk menghubungi Evan, Ares sedang pergi ke Malaysia untuk urusan MotoGP kemudian Vanya mengemudikan mobilnya ke kantor Evan. "Andai Ares sedang tidak pergi ke luar negeri, aku yakin kau tidak akan pernah menginjakkan kakimu ke sini," goda Evan yang menyambut Vanya di lobi kantornya."Jangan coba-coba membalikkan fakta, kaulah yang selalu sok sibuk sampai-sampai hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga," balas Vanya. Evan terkekeh dan merangkul pundak Vanya dengan sangat lembut. "Aku benar-benar sibuk, adikku." Vanya mencebik. "Kalau sangat sibuk, kenapa kau masih punya waktu untuk berkeliaran di lobi?" Evan memiringkan kepalanya menatap Vanya dan sebelah alisnya terangkat. "Ini pertama kalinya kau ke sini, tentunya aku harus m

  • BABY CEO    Chapter 83

    Hola happy reading and enjoy!Chapter 83Barang-barang Vanya telah tersusun rapi pada tempatnya di kamar barunya. Jadi, ia membersihkan tubuhnya kemudian merobek kemasan masker wajah lalu mengenakan masker berbentuk topeng berwarna putih dan duduk berselonjor di atas tempat tidurnya seraya bersandar di kepala tempat tidur dengan menggunakan jubah mandinya yang berwarna ungu. Di kepalanya melilit handuk yang juga berwarna ungu untuk menutupi rambutnya yang masih basah, ia seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk meraih pengering rambut. "Boleh aku masuk?" Suara itu membuat Vanya mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Ares berdiri di ambang pintu, masih mengenakan setelan jas lengkap bahkan jepitan dasi pemberiannya masih rapi di tempatnya. Vanya memang tidak menutup pintu kamar karena berpikir jika mereka hanya tinggal berdua, tidak perlu harus selalu menutup atau mengunci pintu meskipun ia memerlukan privasi. "Kau pulang lebih awal?" tanya Vanya seraya tersenyum kepada Ares

  • BABY CEO    Chapter 82

    Hola, happy reading and enjoy!Chapter 82Dua hari kemudian, sekretaris Tania mengetuk pintu ruang kerjanya dan berkata, "Madam, seorang pejabat publik ingin bertemu denganmu." Tania yang sedang memeriksa berkas-berkas di atas meja mendongak. "Bukankah aku tidak memiliki jadwal bertemu dengan salah satu pejabat publik hari ini?" "Seharusnya. Tetapi, dia bilang kalau dia memiliki urusan yang sangat penting denganmu." "Katakan padanya untuk kembali besok," kata Tania kemudian matanya kembali pada berkasnya. "Dia mengatakan kau harus menemuinya hari ini, kalau tidak dia akan...." Tania melepaskan kacamata bacanya dan menekan bagian atas batang hidungnya. "Berani sekali mengancamku, katakan padanya kalau aku sedang tidak bisa ditemui." "Dia menyuruhku memberitahukan mamanya padamu." "Sebenarnya aku sama sekali tidak peduli dia siapa," kata Tania dengan nada jengkel. "Jadi, siapa namanya?" "Namanya Federico Castellano." Sesaat dunia Tania seperti berhenti berputar, ia membeku kemu

DMCA.com Protection Status