Dua belas tahun lalu, Airi memutuskan untuk memulai hidup baru di New York. Keputusan itu bukanlah tanpa alasan. Airi ingin melarikan diri dari Kei Hasegawa dan keluarganya. Dia tidak ingin terlibat dengan kerumitan hidup seorang elite keluarga Hasegawa. Terlebih, dia juga tidak ingin keluarga Hasegawa tahu tentang keberadaan bayi yang dikandungnya. Selama di New York, Airi telah menyembuhkan dirinya dari luka yang ditorehkan sang pria. Hingga dia harus kembali ke Tokyo karena suatu alasan. Dan Tokyo berarti ... Hasegawa. Bagaimana Airi kembali menghadapinya?
view moreMEKAR BUNGA KHAS musim semi di luar sana tampak begitu indah, berbanding terbalik dengan suasana hati seorang perempuan pirang yang tengah duduk di sebuah kursi restoran makanan tradisional. Lampu lampion gantung dan dekorasi klasik berupa tumbuhan sintetis menghiasi tempat makan mahal itu. Meja dan kursi berjejer rapi, hanya terisi oleh beberapa pengunjung saja. Dinding ruangan berupa kaca, memperlihatkan mekar bunga sakura di halaman sana.
Mewah dan elegan merupakan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan tempat ini.
Airi akan menikmatinya kalau saja dia tidak sedang berbincang dengan sosok wanita paruh baya di hadapannya. Seolah terlahir untuk hidup lingkungan elite, sosok itu terlihat begitu cocok berada di tempat mewah nan elegan semacam ini. Rambut hitam panjangnya digelung rapi. Manik permata tersemat di masing-masing telinga. Dia dihiasi oleh benda-benda mewah yang tampak serasi dengan rupa jelitanya meski dia telah berkepala lima.
"Jadikan Kazuki sebagai pewaris sah keluarga kami. Dengan begitu, masa depannya akan lebih terjamin. Dia dapat membantu melancarkan pekerjaanmu di perusahaan. Setelah menyandang nama Hasegawa, dia bisa memberikan kebebasan akses pada ibunya. Kau akan dimudahkan dalam meminta bantuan dana untuk perusahaanmu. Apakah kau bersedia, Ishihara-san?"
Mulut Airi mengatup. Dia menggenggam erat gelas minumnya.
"Tanpa menjadi pewaris keluarga besar Anda, dia sudah memiliki masa depan cerah," tandas Airi, suaranya terdengar sangat tegas. "Saya lebih dari mampu untuk membiayai pendidikannya. Dia sendiri adalah anak cerdas. Dengan kemampuannya, dia akan tetap mendapatkan masa depan yang cerah tanpa harus menjadi bagian dari keluarga Anda."
Ulasan senyum tersemat di bibir sang wanita paruh baya.
"Keturunan Hasegawa memang selalu cemerlang, bukankah begitu? Dia begitu mirip dengan ayahnya."
Semakin banyak Airi mendengar, semakin menipis pula kesabarannya.
"Dia hanya mempunyai satu orang tua. Dan orang itu adalah saya," jelas Airi. Dia menarik napas pelan dan mengeluarkannya dengan perlahan. Ulasan senyum dia paksakan untuk hadir. "Maafkan saya, Hasegawa-san. Saya pikir, Anda sudah paham dengan jawaban yang saya berikan."
Sosok di hadapan Airi mengaduk minumannya dengan pelan. Dia mengangguk.
"Ah, ya, tentu saja. Aku mengerti pada pertimbanganmu. Membesarkan seorang anak seorang diri selama dua belas tahun memang memerlukan usaha besar," katanya. "Saat itu, kau masih sangat muda. Masa mudamu hilang karena sudah diharuskan untuk membesarkan seorang anak. Meskipun begitu, itu adalah pilihanmu sendiri. Aku menghormatinya." Dia menatap Airi lekat. Senyuman sopan yang mengancam kembali terukir di bibirnya. "Kalian mengakhiri hubungan dengan baik-baik. Sudah seharusnya begitu. Tapi, kau juga menyembunyikan kandunganmu darinya."
Airi berusaha mati-matian untuk menahan kemarahan.
"Ishihara-san, tidakkah menurutmu dia mempunyai hak untuk tahu?" tanya wanita itu. "Sampai sekarang dia masih tak tahu apa pun. Kau mungkin menolak tawaranku. Tapi, apa yang akan terjadi jika dia tahu bahwa selama ini kau menyembunyikan anakmu yang juga putranya? Kurasa dia takkan tinggal diam."
"Kenapa Anda sangat yakin bahwa Kazuki berhubungan dengan keluarga Anda?" jawab Airi. Ekspresinya teramat kaku. "Saya tinggal di Manhattan selama hampir dua belas tahun. Ayah biologis Kazuki bisa siapa saja."
Nyonya Hasegawa tertawa ringan, terlihat begitu geli akan pernyataan Airi.
"Semua orang akan menyangkut-pautkan dia dengan putra bungsuku setelah melihat rupanya. Dia bagaikan salinan dari ayahnya. Silakan pertemukan mereka. Tanpa diberi tahu, putraku pasti langsung curiga." Dia kembali menyesap minumannya dengan tenang. "Apakah kau ingin membawa kasus ini ke ranah hukum? Jaksa akan langsung menawarkan tes DNA untuk menyelesaikan kasus. Bagaimana menurutmu, Ishihara-san? Aku mempersilakanmu untuk memilih antara memberi tahu dia secara langsung dan secara sukarela membagi hak asuh pada keluarga kami, atau menyelesaikan masalah ini lewat hukum?"
Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Airi.
Dering suara telepon menginterupsi mereka. Nyonya Hasegawa melihat ponselnya. Sebelum beranjak dan menerima panggilan, dia berujar, "Kutunggu keputusanmu selama seminggu, Ishihara-san. Jika kau masih diam, aku akan memberi tahu Kei untuk membawa masalah ini ke pengadilan. Tolong pikirkan tawaranku dengan baik."
Telapak tangan Airi mengepal, erat. Dua belas tahun sudah dia merelakan semuanya. Kenapa seseorang ingin kembali mengambil harta berharganya? Tidakkah dia tahu berbagai kesulitan yang Airi hadapi untuk membesarkan Kazuki hingga titik ini?
Ketika meninggalkan restoran, Airi telah bertekad bahwa dia tidak akan kalah. Dia tidak akan menyerah atupun melepas putranya begitu saja.
"Kei takkan mengambilnya dariku. Dia telah menemukan kebahagiaannya. Dia takkan ingin kembali mengungkit kami, sama seperti yang sejak dulu telah kulakukan." []
EMBUSAN ANGIN SALJU tampak membekukan. Tumpukan es telah menutupi sebagian besar tanah lapang. Airi sedang memikirkan nasib tumbuhan di dalam rumah kaca yang dilihatnya ketika seseorang datang, membawakan seduhan teh panas untuk mereka berdua. "Teh hijau adalah favoritku. Kuharap kau menikmatinya juga." Mei Hasegawa tersenyum dan duduk di seberang Airi. Dia memperbaiki baju hangatnya, menyilangkan kaki, dan mulai menyesap minuman panas itu. Airi menghirup segar aroma teh. "Sebenarnya bukan favorit. Saya hanya sering mengonsumsinya saja." Airi sedikit mencicip, merasakan hangat yang memanja indra perasa. "Sering mengonsumsi akan membuatmu terbiasa," ujar Mei sambil melengkungkan senyum. "Ah, aku lupa mem
SEJAK MEREKA MENJALIN hubungan serius, Kei belum pernah semarah ini. Airi bisa menanganinya dengan mudah kalau mereka hanya dihalangi kesalahpahaman, bukan dihalangi oleh keputusan sepihak yang dibuatnya.Sikap diam Kei nyatanya jauh mengkhawatirkan dibandingkan dengan sikap tegasnya yang biasa. Karena kondisi ini, Airi bahkan mengubah rencana menginapnya dan Yugao. Dia tak menghabiskan waktu di penginapan kantor, tapi langsung melakukan check in ulang begitu urusan kerjanya di hari kedua selesai.Pesan balasan dari Lucy, sang kawan baik, datang. Dia tampak tak masalah pada penundaan pertemuan mereka. Airi mengembuskan napas lega. Dia meletakkan tas tangan begitu saja di atas nakas. Kemudian berbaring di atas ranjang. Kedua mata menutup rapat, membayangkan guyuran hujan salju
KESEHARIAN AIRI HINGGA akhir tahun berlangsung jauh lebih normal dari yang dia duga. Menjalin hubungan dengan Kei nyatanya tidak begitu menjungkirbalikkan hidupnya. Sejak tereksposnya hubungan mereka, dia memang jadi lebih sering dihubungi wartawan majalah. Pada awalnya, mereka memang hanya memeras informasi mengenai Airi Ishihara yang merupakan kekasih Kei Hasegawa. Dia hanya dikenal sebagai kekasih seorang pengusaha kaya, bukan seorang wanita dengan karier dan pencapaiannya sendiri. Akan tetapi, selang beberapa waktu, orang-orang mulai menyadari kalau Airi bukan sekadar wanita pendamping saja. Mereka mulai menyoroti nama Airi, dia yang berhasil meniti karier dari seorang asisten produsen hingga menjadi pemimpin sebuah industri perfilman. Eksposur yang demikian jelas-jelas menguntungkan. Airi tidak merasa terganggu lagi. Dia juga mendapatkan lebi
AIRI TAK BEGITU terkejut ketika mendengar berita kerja sama Hasena dengan Huang Industrial Group. Selama ini, dia mengira kegagalan relasi pribadi Kei dan Jia akan berimplikasi besar terhadap status kerja sama perusahaan mereka. Setelah lebih mengenal Kei, Airi pun mengerti. Kei takkan menyia-nyiakan kesempatan besar itu hanya karena masalah pribadi. Dia telah memastikan Huang bergantung padanya, membuat mereka mau tidak mau mempertahankan relasi yang telah terjalin. Strategi bisnis pria itu … Airi cukup mengaguminya. Namun, di saat yang sama dia masih sering diliputi tanya. Bagaimana kalau suatu hari nanti pria itu mengambil keputusan ekstrem yang menurut Airi tak dapat dibenarkan? Cahaya pagi di musim semi menyadarkan Airi dari lamunan. Dia menghabiskan cokelat panasnya dan segera beranjak ke dalam apartemen. Seperti yang pernah dibicarakan dengan Kei
ENTAH BERAPA TAHUN Kei menantikan momen ini tiba, momen ketika paman congkaknya terlihat marah dan menderita berkat kekalahan yang menimpa. Persis seperti prediksinya, proses persidangan berjalan lancar seperti yang dia harapkan. Rodo Hasegawa terjerat pasal berlipat, pasal mengenai penggelapan dan pencucian dana serta pasal tentang percobaan pembunuhan. Kejahatan kerah putih yang dilakukan Rodo tidaklah sedikit. Seluruh kecurangannya di bidang finansial cukup menggunung. Kei sudah merasa cukup dengan tuntutan itu. Uluran tangan Airi benar-benar memberatkan tuntutan yang menjerat Rodo. Konsekuensi tindakan rencana pembunuhan memang mendapatkan hukuman yang cukup berat. Oleh karena itu, rencana hukuman penjara yang awalnya berselang lima belas tahun, kini menjadi maksimal tiga puluh tahun. Dari hasil ketukan palu, hukuman Rodo ditetapkan menjadi du
“PROSES ITU TAKKAN mudah, tapi semuanya akan berjalan lancar.” Adalah kalimat Kei yang sempat Airi ragukan.Selama kurun waktu sebulan ini, terdapat banyak hal yang terjadi. Airi merasa kewalahan dan terburu-buru, sulit untuk tenang, seolah dia sedang dituntut untuk berlari secepatnya selagi melepaskan diri dari jerat di belakang sana. Dikenal menjadi pasangan Kei Hasegawa tidaklah mudah. Menjadi penuntut hukum seseorang dari keluarga Hasegawa tidaklah enteng. Airi masih dihantui oleh ledakan besar yang hampir merenggut nyawanya. Dia masih sering terbangun di tengah malam, tersentak hebat karena peristiwa tersebut masih mengejarnya hingga ke alam mimpi.Airi telah melalui banyak kesulitan sepanjang hidupnya. Akan tetapi, sekarang adalah salah satu masa yang membuatnya lelah. Pemberitaan di berbagai media elektronik, bisikan gosip d
SEPERTI PERKIRAAN KEI, sidang pertama Rodo Hasegawa memang dilaksanakan satu minggu kemudian. Airi sempat mendengar beritanya kemarin. Pagi tadi, Kei juga sempat menghubunginya, memberitahukan mengenai dia yang akan hadir di persidangan. Proses peradilan itu bersifat terbuka sehingga masyarakat umum diperbolehkan datang, asal tidak mengganggu proses peradilan. Airi akan mencoba datang juga kalau saja dia tidak mempunyai agenda tersendiri.“Catatan rapat tadi sudah saya back-up pada akun perusahaan, Ishihara-san. Apakah ada yang perlu saya agendakan lagi untuk hari ini?” ujar Mayumi, sekretaris sementara Airi.Kolega kerja mereka sudah meninggalkan ruang pertemuan. Airi pun menoleh pada Mayumi yang telah selesai berberes.
PENAHANAN RODO HASEGAWA memudahkan polisi melakukan pengusutan lebih lanjut. Mereka bekerja sama dengan detektif swasta yang dipekerjakan oleh pengacara penuntut utama. Tak hanya Rodo dan Seizu, nama Toshiki Furuma juga sudah ikut terseret. Salah satu anggota dewan paling berpengaruh itu sudah mendapatkan surat panggilan dari polisi sejak tiga hari lalu. Dari beberapa tahun terakhir, baru kali ini kepolisian pusat menangani kasus yang melibatkan tiga orang besar sekaligus. Pemberitaan kasus pun jadi semakin marak diperbincangkan. “Rodo adalah anak angkat kakekku. Dia tidak sedarah dengan paman ataupun ayah,” jelas Kei. Pintu geser kaca di dekat dapur tampak sedikit terbuka, menampakkan sinar matahari pagi yang masih terasa hangat. Tata letak rumah milik sang lelaki memang jauh lebih lenggang dan terbuka. Mereka dapat melihat keberadaan taman belakang melalui pintu geser yang ada di sana. Airi baru selesai memasukkan es batu ke dalam wadah berisi minuman rasa
AIRI TIDAK INGAT kapan dia terlelap. Matanya tertutup begitu saja setelah mendaratkan diri di atas ranjang. Dia sudah sangat mengantuk sejak selesai berendam. Ketika mengerjap, dia tak tahu sudah jam berapa. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul. Sampai kemudian dia merasakan erat rangkulan di belakangnya, juga hangat ciuman yang menjatuhi perpotongan lehernya.Airi sempat lupa kalau dia sedang tinggal di apartemen sang kekasih. Harum maskulin menggelitik hidung. Airi menoleh, menatap dalam remang cahaya kamar.“Aku ketiduran,” ungkap Airi, terdengar parau. “Maaf, tak sempat menunggumu.”Kei hanya membalas dalam gumaman. Dia tak mengatakan apa pun ketika kembali mengeratkan pelukan. Kecupan panas itu lagi-lagi hadir pada lekuk leher Airi, terus hingga rahang dan belakang telinga. Airi kontan meremang.“Ada apa?” tanya Airi, bernada rendah.“Kenapa kau tidak tidur di kamarku?” gumam Kei, sedikit tere
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments