Beranda / Romansa / TEACHER IS FALLING In Love / 14. SAAT SEPI DI RUMAH PAK RIYAN

Share

14. SAAT SEPI DI RUMAH PAK RIYAN

Penulis: Aprima
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-22 09:46:01

Selesai melaksanakan sholat magrib, Aiza masih saja menunjukkan wajah yang diselimuti kesedihan itu. 

Bahkan saat makan malam pun ia tampak tak berselera.

“Kamu jangan gitu, Za. Setidaknya kau harus makan. Masalah tadi jangan terlalu dibawa ke hati…” nasihat Rosni. 

“Maafin aku, Za. Kalau kata-kataku siang tadi membuat kamu tersinggung…” simpuh Ria.

“Nggak. Aku nggak marah kok. Aku sedih aja, kalau karena aku, nilai kalian jadi ikutan buruk…” sahut Aiza akhirnya mengeluarkan suara yang sejak tadi terdiam.

“Kan kita sudah sepakat. Masalah nilai, mau dikasih super buruk yah buruk sama-sama…” Ainy mengingatkan.

“Coba kamu fikir, Za… Anggaplah Pak Riyan itu meminta Bu Hanum untuk memberi nilai yang buruk untuk kita, padahal selama ini kita sudah berusaha keras untuk memberikan yang terbaik. Tentu Bu Hanum akan tanya alasan Pak Riyan kenapa ingin memberikan nilai yang buruk untuk kita? 

Apa mungkin Pak Riyan dengan jujur mengatakan kalau itu semua gara-gara saos?” papar Ainy menjelaskan.

Kiran dan Rosni pun jadi tersenyum mendengar paparan Ainy itu.

“Yah, aku setuju…” ujar Ria.

“Sudah, Za. Kamu makan aja. Memang kita udah nggak lama lagi di sini. 

Tapi jangan karena waktu yang sudah sebentar lagi ini, kamu malah jatus sakit. 

Ingat, perjuangan kita kan belum selesai. 

Kamu kan tadi bilang mau bantu orang tua… jangan besok malah kamu bikin orang tua kamu sedih kalau dengar kamu sakit…” bujuk Ainy. 

Mendengar kalimat temannya itu, akhirnya Aiza pun menyunggingkan senyumnya. 

“Yah, aku makan… nggak usah bawel…” candanya dengan suara berat. Dan mereka pun akhirnya menyelesaikan makan malamnya.

Beberapa waktu setelah makan malam itu, Ria pun mendatangi kamar tempat Kiran, yang bersampingan dengan kamar Rosni dan Ainy.

“Kenapa?” tanya Ainy pada Ria.

“Aku fikir Aiza di sini…” ujarnya.

“Memangnya Aiza nggak di kamar kalian?” tanya Rosni.

“Kalau dia ada di kamar, ngapain aku harus nyari dia ke sini?” celutuk Ria.

“Mungkin dia lagi ke depan mau beli sesuatu…” Any menanggapi.

“Iya, mungkin. Tapi nggak biasanya dia pergi nggak bilang. Lagian dia mau beli apa?” Ria mencoba menerka.

“Biarkan saja dulu. Kalian ‘kan tahu dia masih galau gara-gara tadi. Bisa aja dia keluar sebentar cari ketenangan dulu. 

Atau bahkan dia mau curhat sama pacarannya yang kemarin… Siapa namanya? Aku lupa…” tanya Kiran ke arah Ria.

“Fadlan…” jawab Ria. 

“Nah itu… Fadlan…” Kira pun menduga.

Ria mengangkat kedua bahunya seolah pasrah dengan pendapat teman-temannya itu.

“Semoga aja benar. Aku cuma takut kalau gara-gara Sao situ, Aiza malah bunuh diri…” candanya.

“Hhhuuuussssttt… mulut kamu itu… Jangan mikir yang aneh-aneh. Itu gunanya kita sudah dewasa. Kita saling menguatkan kalau salah satu diantara kita sedang bermasalah. 

Kita kan sudah seperti saudara di sini…  sama-sama perantau…” Rosni menasehati. 

Dan Kiran pun menyentil lengan Ria yang memang suka asal bicara.

“Yah ‘kan aku juga takutlah… aku ‘kan teman satu kamarnya…” 

“Makanya kalau ngomong itu jangan asal-asalan…” Ainy pun menimpali.

***

Setelah mendapatkan informasi tentang rumah Pak Riyan, akhirnya di malam itu, Aiza pun berada di depan rumah yang terlihat megah, di Jalan Kakap nomor 71 itu.

“Untung Pak Dion nggak nanya apa urusanku menanyakan alamat rumah Pak Riyan. Kalau ditanya,  aku harus jawab apa?" gumam Aiza.

“Besar sekali rumahnya…” Ia pun mengomentari fisik bangunan itu.

Sebenarnya ia masih ragu dengan keputusannya untuk menjumpai Pak Riyan secara langsung.

“Dia di rumah nggak yah…? Astaga… aku sampai gemetaran seperti ini…” batinnya bergejolak. 

Namun tekad yang kuat itu, terus menuntut hatinya untuk segera mengakhiri fikirannya yang meronta-ronta. Hingga pada akhirnya, ia pun memberanikan diri untuk membuka pagar itu.

“Hhhhmmm lumayan juga halamannya. Tapi, seharusnya sudah wajar ada pos satpam di sini…” Aiza massih terus mengomentari fisik bangunan itu. 

Hingga sampailah ia di depan pintu utama rumah itu. Kakinya masih terpaku di sana. Ingin melanjutkan, ia gemetaran. 

Sedang jika ia mundur, rasanya sudah kepalang tanggung. Dengan jari telunjuknya, akhirnya ia menekan bel berwarna merah di sisi kanan pintu itu.

Sedang di dalam kamar, Riyan baru saja merebahkan tubuhnya sehabis mandi setelah ia pulang dari menjenguk ayahnya yang sedang dirawat di rumah sakit. 

Namun mendengar suara bel berbunyi, ia pun terperangah.

“Siapa yang datang malam-malam begini? Nggak mungkin ibu pulang dari Rumah Sakit meninggalkan ayah sendirian? 

Atau… kak Fayra sudah datang ya?” fikirnya yang segera beranjak dari tempat tidurnya.

Kembali suara bel itu berbunyi.

“Iyaaaa…. Sabaaaaaarrrr…”sahut Riyan dengan mengoceh karena mengira kalau itu adalah kakaknya yang mungkin sudah sampai untuk menjenguk ayahnya yang sedang di rawat. 

Ia pun segera membukakan pintu dan ia terkejut bercampur heran melihat Aiza da di sana di bawah sinar lampu teras yang tidak terlalu terang itu.

“Kau…?” sapa Riyan heran melihat Aiza yang berdiri sendiri di hadapannya.

“Assalamu alaikum, Pak Maaf mengganggu…” sahut Aiza dengan wajah canggungnya. Riyan pun melihat ke kiri dan kenan.

“ Wa’ alaikum salam… kamu sendiran…?” tanyanya.

“I… iya, Pak…” jawb Aiza.

“Silahkan masuk…” ajak pria itu sambil membuk pintu selebar-lebarnya.

Dengan langkah yang grogi, ditambah dengan suasana sepi rumah itu, Aiza pun masuk.

“Silahkan duduk…” kembali Riyan mempersilahkan.

“Ada apa lagi sampai kamu kemari…?” secara langsung Riyan mencerca pertanyaan untuk Aiza yang sudah nekad untuk datang malam-malam ke rumahnya.

“Eeeuuummm…. Begini, Pak. Sebelumnya… saya minta maaf kalau kedatangan saya malam-malam begini jadi mengganggu istirahat, Bapak. 

Saya… ke sini, karena benar-benar memohon, agar Pak Riyan bermurah hati untuk tidak memberi nilai yang buruk terhadap teman-teman saya. Karena… yang terjadi siang itu, adalah kesalahan saya…” ucapnya dengan nada memohon.

“Kamu datang ke sini, cuma mau menyampaikan itu…?” tanya Riyan dengan memicingkan matanya. Aiza mengangguk pelan.

“Apa kamu tidak merasa kalau kamu itu ceroboh?” Riyan mengujinya.

“Iya, maaf… Pak…” Aku Aiza. 

Karena lebih baik ia mengakui kesalahannya sekarang, demi nilai teman-temannya itu.

“Trus, karena cerobohanmu itu, kalau saya ngga kasih kamu nilai yang baik, bagaimana?”

“Tidak apa-apa, Pak. Saya tahu, saya memang ceroboh. Dan karena itu, saya tidak ingin nilai teman-teman saya juga jadi korban. 

Mereka sudah cukup baik pada saya…” lirih Aiza yang berharap pria di depannya itu masih punya rasa empati.

“Apa teman-temanmu yang menyuruh kamu datang ke sini?” selidik Riyan.

“Tidak, Pak… sahut Aiza dengan tegas.

“Mereka bahkan tidak tahu kalau aku ke sini…” jelas Aiza.

“Ooouu, jadi ceritanya… kamu ingin jadi pejuang nilai untuk teman-teman kamu…?” pancing Riyan dengan wajah yang meledek.

“Bukan, Pak. Bukan begitu maksud saya… Saya ke sini, meminta Bapak agar tetap memberi nilai yang baik untuk teman-teman saya. 

Dan kalau perlu, Bapak boleh nggak usah kasih nilai yang baik untuk saya…” ujar Aiza yang sebenarnya ia sudah mulai kesal dengan laki-laki di depannya itu. 

Ia pasrah, sekalipun jika Riyan memang tidak ingin memberi nilai yang baik untuk hasil kerjanya di akhir tugas nanti.

“Kamu yakin?” tegas Riyan.

“Yakin, Pak,” jawab Aiza mantap.

Sejenak Riyan mengambil ponselnya. Dengan gayanya seperti sedang mengirim pesan pada seseorang. Tapi ternyata tidak. Riyan hanya sedang memahami gadis polos di depannya itu, karena sebenarnya ia merasa geli sendiri dengan tingkah anak PKL yang satu ini, hingga membuat Riyan bicara dalam hati.

“Anak ini tidak seperti sedang mencari perhatian. Dia datang dengan kesungguhan. Apa ancamanku tadi siang itu terlalu membuat fikiran untuknya sampai harus datang malam-malam begini?” batin Riyan.

Tampak Riyan pun menarik nafasnya setelah mengambil kesimpulan.

“Sebenarnya, kau tidak perlu datang ke sini…” ucap pria itu, hngga membuat Aiza yang tadi hanya tertunduk menunggu keputusan, kini mengangkat wajahnya.

Bab terkait

  • TEACHER IS FALLING In Love   15. BARU PERTAMA KALI

    Tampak Riyan pun menarik nafasnya setelah mengambil kesimpulan.“Sebenarnya, kamu tidak perlu datang ke sini…” ucap pria itu, hngga membuat Aiza yang tadi hanya tertunduk menunggu keputusan, kini mengangkat wajahnya.“Lebih baik kamu pulang sekarang, karena malam sudah semakin larut. Nggak baik anak gadis keluyuran. Apa lagi… kamau masih baru di sini. Lagian, sepertinya hujan juga akan turun…” ujar Riyan dengan nada yang lebih tenang, tidak seperti biasanya, yang juga membuat Aiza terheran.Namun, gadis itu masih terdiam dan bicara di dalam hatinya.“Apa Pak Riyan mengusirku secara halus?” fikir Aiza.“Saya cuma minta sama kamu, untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.Jangan terlalu ceroboh seperti yang sudah beberapa kali terjadi dengan saya…” sambung Riyan.“Lalu… bagaimana dengan nilai teman-teman saya itu,Pak?” tanya Aiza meunggu kepastian.“Itu urusan nanti. ‘Kan masih ada waktu…” jelas Pak Riyan.“Tapi Pak… saya mohon…”

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • TEACHER IS FALLING In Love   16. TATAPAN PAK RIYAN BIKIN DEGDEGAN

    Keempat temannya itu hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Aiza. Namun Kiran pun mencoba membuka suara.“Setidaknya ‘kan kamu kasih tahu kek… kalau mau pergi kemana? Biar kami nggak terlalu khawatir sama kamu,” ujar Karin mengingatkan.“Iya, Za…” Ria pun membenarkan.“Kami ‘kan sempat berfikir kalau kamu nekad mengakhiri hidup gara-gara kejadian tadi siang…” celutuk Ria yang berhasil membuat Aiza tersenyum sambil geleng-geleng kepala.“Apa-apaan kalian sampai berfikir kalau aku akan nekad seperti itu?” sanggahnya yang merasa lucu dengan buah fikiran rekan-rekannya itu.“Yah ‘kan, kali aja…” sahut Ainy yang sejak tadi juga cemas.“Oh ya, Za. Ngomong-ngomong, kamu kok bisa tahu alamat Pak Riyan? Kamu tahu dari mana?” ujar Rosni.”Aku tanya sama Pak Dion…” jawabnya datar.“Trus… Bagaimana? Kamu bilang apa sama Pak Riyan? Dan dia jawab apa?” desak Ainy yang mulai penasaran.“Kalian kok seperti mau demo ke aku,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • TEACHER IS FALLING In Love   17. KEMBALI PULANG

    Tak banyak acara yang tersampaikan, akhirnya hari yang dinantikan itu pun tiba. Aiza dan keemapt temannya itu pun menerima laporan nilai Kepala Sekolah selama mereka bergabung menjadi keluarga Almuslimin.“Kami merasa senang, karena adik-adik semua sudah melakukan tugas dengan baik, sesuai dengan peraturan yang ada di sekolah ini. Tapi, kami juga merasa sedih, karena pada akhirnya detik-detik perpisahan pun akan terjadi antara adik-adik semua dengan kami di sini…” ujar Bu Hanum selaku pemimpin di sekolah tersebut.“Kami juga demikian, Bu…” sahut Rosni yang memang lebih lihai jika memberi balasan.“Bisa diterima dan diperlakukan sama dengan ibu-ibu yang lebih senior pastinya…” jawab Rosni.“Untuk itu, jika nanti adik-adik mahasiswi sudah keluar dari gerbang sekolah kita ini, saya berharap… agar kiranya diambil segala pengalaman yang baik yang ada di sekolah ini, dan yang buruknya ditinggalkan,” pesan Bu Hannum menambahi.Kelima mahasiswi itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • TEACHER IS FALLING In Love   18. MENGAGUMI PRIA YANG SAMA

    Setelah hampir, 3 jam perjalanan Aiza pun sampai di simpang lorong tempat tinggalnya. Ia pun lebih dahulu turun disbanding dengan teman-temannya yang sebagian masi akan melanjutkan perjalanan untuk beberapa saat lagi agar sampai ker umah masing-masing.“Aku duluan yah?” izinna pada temannya yang masih berada di dalam mobil.“Okey, sampai ketemu di kampus daaaahh…” ujar Rosni. Aiza pun mengangguk.Melihat barang-barangnya, ia yakin tak akan sanggup jika harus membawanya sendiri dari simpang sampai ke rumahnya. Sehingga ia pun menggunakan jasa tukang becak yang parkir tak jauh dari tempat ia berdiri, untuk mengangkut semua barang-barang itu.Tak sampai 5 menit, ia pun telah sampai di halaman.“Horeeee, kakak ku sudah datang,” sambut adiknya Sofia.“Boh, rindunya kau samaku?” canda Aiza membalas sambutan adiknya itu.“Rindulah. Nggak ada kawanku ribut, hehehehe…” balas Sofia.“Boh, udah sampainya kau, Nak?” Bu Maya pun meny

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • TEACHER IS FALLING In Love   19. LELAKI IMPIAN MASA DEPAN

    Senin, pukul 1 siang. Setelah melaksanakan sholat Zuhur, Aiza pun bersiap untuk berangkat ke kampus. Selain untuk meniti ilmu, sekaligus untuk kembali menikmasti suasana kampus. Namun juga untuk bertemu dengan sang pria idaman. Dengan semangat yang memburu dan setelah meminta izin dari ibunya, Aiza pun berangkat ke kampus.Sesampainya di kampus,Aiza pun duduk terpaku di kursinya, sambil menantikan Fadlan yang belum datang. Tiba-tiba salah satu teman sekelasnya negur.“Eh, apa kabar Aiza? Gimana PKL nya?” tanya Rini.“Hhhhmmm sangat berkesan…” jawabnya sekenanya saja. “Kalian sendiri bagaimana?” tanya Aiza.“Yah begitulah. Oh ya… kamu udah punya ide untuk judul skripsi, nggak?” tanya rekannya itu lagi.“Belum. Aku sama sekali belum ada ide. Lagian baru selesai PKL juga…” ujar Aiza.“Iya sih, tapi ‘kan kalau sudah punya ide atau judul, bisa kita ajuin lebih cepat. Syukur-syukur kalau pembimbing ACC…” jelas Rini.“Yah juga. Lebih cepat l

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • TEACHER IS FALLING In Love   20. PANGGILAN SAYANG MELAYANGKAN ANGAN

    Melalu aplikasi hijau, Yunita mengajak Aiza untuk bertemu di kampus lebih awal. Katanya juga agar bisa lebih lama mengobrol sebelum kuliah dimulai. Dan akhirnya, Aiza pun berangkat ke kampus lebih awal setelah menyelesaikan pekerjaan rumah untuk membantu persiapan jualan ibunya.“Hai, Yun? Udah lama?” sapanya setelah melihat Yunita di tribun kampus yang mengadap ke lapangan.“Weesss, udah sampai ternyata…” sambutYunita.“Tumben kamu mau ke kampus lebih awal. Kenapa?” tanya Aiaza berbasa-basi.“Ah, nggak juga. Kebetulan… aku baru dapat judul buat skripsi aku nantinya…” sahut Yunita memberi tahu.“Pantesan semangat…” Aiza pun menaggapi.“Memangnya kamu belum ada buat judul?” tanya gadis itu lagi.“Aku juga baru mulai mengarang sendiri…” jawab Aiza.“Kan udah lumayan itu… Lagian yah, memang lebih baik kalau kita sendiri yang nyusun skripsi yah ‘kan? Soalnya aku dengar-dengar… nggak sedikit lho, mahasiswa yang mengalihkan skripsinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • TEACHER IS FALLING In Love   1. MENCARI PINJAMAN

    “Hhhhuuufffppgghhh…” Aiza menghempaskan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur yang tak lagi baru.Melepaskan penat yang sudah seharian ini berdiri di halaman kampus IPTS Padangsidimpuan, yang mempersiapkan mahasiswa-siswinya untuk dilepas melaksanakan Program Kerja Lapangan.Aiza Firdaus Tarra, gadis cantik berhijab berusia 22 tahun, baru saja mendapat pengarahan dari pihak kampus.Ia mendapat namanya tertera di sebuah Yayasan Sekolah Agama daerah Tapanuli Tengah, SMP Al-Muslimin Pandan.“Yah… selama PKL nanti, aku pasti akan berjauhan dengan bang Fadlan…” gumamnya.Yah, Fadlan, pemuda berusia 23 tahun.Dengan tinggi 1,8 meter dengan sikap yang cool. Akan tetapi, Aiza merasa bersyukur bisa menjadi teman dekat pemuda tersebut karena sikapnya yang cuek terhdap banyak wanita.Dan justru, kedekatan antara keduanya membuat Aiza menaruh hati dan menganggap kalau pemuda itu juga merasakan hal yang sama.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • TEACHER IS FALLING In Love   2. BERANGKAT DEMI CITA-CITA

    Sesampainya di rumah, seusai shalat magrib, Pak Ardi pun menyapa istrinya.“Biado…? Adong do lalu pinjaman i…?” tanyanya lagi.(Gimana…? Ada jadi pinjamannya?)“Adong, abang…”jawab Bu Maya dengan penuh semangat.(Ada, bang)“Alhamdulillah. Syukur madah… So leng lalu si Aiza na kehe i…” Pak Ardi berucap syukur mendengarnya.(Alhamdulillah, Syukurlah. Biar Aiza jadi juga pergi.)“Aizaaaa!” Bu Maya pun memanggil putrinya itu.“Iya, Maaaaak…” sahut Aiza yang segera menghampiri ayah dan ibunya dari dalam kamar.“Mana adikmu si Sofia…?”“Di kamar, Mak…”“Panggil dia ke sini…” suruh Bu Maya.Aiza pun segera mundur untuk memnaggil Sofia. Lalu keduanya pun mendekati ayah dan ibunya.“Apa, Mak…?” tanya si Sofia.“Aiza… ini uang untukmu yah, Nak. Ini ada 3 juta. Untunglah tulang Zainal kalian ada uang, dan mau meminjamkannya.Pandai-pandailah kau mengatur uang ini, Nak.Tadi pun, Tulang kau berpesan, k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09

Bab terbaru

  • TEACHER IS FALLING In Love   20. PANGGILAN SAYANG MELAYANGKAN ANGAN

    Melalu aplikasi hijau, Yunita mengajak Aiza untuk bertemu di kampus lebih awal. Katanya juga agar bisa lebih lama mengobrol sebelum kuliah dimulai. Dan akhirnya, Aiza pun berangkat ke kampus lebih awal setelah menyelesaikan pekerjaan rumah untuk membantu persiapan jualan ibunya.“Hai, Yun? Udah lama?” sapanya setelah melihat Yunita di tribun kampus yang mengadap ke lapangan.“Weesss, udah sampai ternyata…” sambutYunita.“Tumben kamu mau ke kampus lebih awal. Kenapa?” tanya Aiaza berbasa-basi.“Ah, nggak juga. Kebetulan… aku baru dapat judul buat skripsi aku nantinya…” sahut Yunita memberi tahu.“Pantesan semangat…” Aiza pun menaggapi.“Memangnya kamu belum ada buat judul?” tanya gadis itu lagi.“Aku juga baru mulai mengarang sendiri…” jawab Aiza.“Kan udah lumayan itu… Lagian yah, memang lebih baik kalau kita sendiri yang nyusun skripsi yah ‘kan? Soalnya aku dengar-dengar… nggak sedikit lho, mahasiswa yang mengalihkan skripsinya

  • TEACHER IS FALLING In Love   19. LELAKI IMPIAN MASA DEPAN

    Senin, pukul 1 siang. Setelah melaksanakan sholat Zuhur, Aiza pun bersiap untuk berangkat ke kampus. Selain untuk meniti ilmu, sekaligus untuk kembali menikmasti suasana kampus. Namun juga untuk bertemu dengan sang pria idaman. Dengan semangat yang memburu dan setelah meminta izin dari ibunya, Aiza pun berangkat ke kampus.Sesampainya di kampus,Aiza pun duduk terpaku di kursinya, sambil menantikan Fadlan yang belum datang. Tiba-tiba salah satu teman sekelasnya negur.“Eh, apa kabar Aiza? Gimana PKL nya?” tanya Rini.“Hhhhmmm sangat berkesan…” jawabnya sekenanya saja. “Kalian sendiri bagaimana?” tanya Aiza.“Yah begitulah. Oh ya… kamu udah punya ide untuk judul skripsi, nggak?” tanya rekannya itu lagi.“Belum. Aku sama sekali belum ada ide. Lagian baru selesai PKL juga…” ujar Aiza.“Iya sih, tapi ‘kan kalau sudah punya ide atau judul, bisa kita ajuin lebih cepat. Syukur-syukur kalau pembimbing ACC…” jelas Rini.“Yah juga. Lebih cepat l

  • TEACHER IS FALLING In Love   18. MENGAGUMI PRIA YANG SAMA

    Setelah hampir, 3 jam perjalanan Aiza pun sampai di simpang lorong tempat tinggalnya. Ia pun lebih dahulu turun disbanding dengan teman-temannya yang sebagian masi akan melanjutkan perjalanan untuk beberapa saat lagi agar sampai ker umah masing-masing.“Aku duluan yah?” izinna pada temannya yang masih berada di dalam mobil.“Okey, sampai ketemu di kampus daaaahh…” ujar Rosni. Aiza pun mengangguk.Melihat barang-barangnya, ia yakin tak akan sanggup jika harus membawanya sendiri dari simpang sampai ke rumahnya. Sehingga ia pun menggunakan jasa tukang becak yang parkir tak jauh dari tempat ia berdiri, untuk mengangkut semua barang-barang itu.Tak sampai 5 menit, ia pun telah sampai di halaman.“Horeeee, kakak ku sudah datang,” sambut adiknya Sofia.“Boh, rindunya kau samaku?” canda Aiza membalas sambutan adiknya itu.“Rindulah. Nggak ada kawanku ribut, hehehehe…” balas Sofia.“Boh, udah sampainya kau, Nak?” Bu Maya pun meny

  • TEACHER IS FALLING In Love   17. KEMBALI PULANG

    Tak banyak acara yang tersampaikan, akhirnya hari yang dinantikan itu pun tiba. Aiza dan keemapt temannya itu pun menerima laporan nilai Kepala Sekolah selama mereka bergabung menjadi keluarga Almuslimin.“Kami merasa senang, karena adik-adik semua sudah melakukan tugas dengan baik, sesuai dengan peraturan yang ada di sekolah ini. Tapi, kami juga merasa sedih, karena pada akhirnya detik-detik perpisahan pun akan terjadi antara adik-adik semua dengan kami di sini…” ujar Bu Hanum selaku pemimpin di sekolah tersebut.“Kami juga demikian, Bu…” sahut Rosni yang memang lebih lihai jika memberi balasan.“Bisa diterima dan diperlakukan sama dengan ibu-ibu yang lebih senior pastinya…” jawab Rosni.“Untuk itu, jika nanti adik-adik mahasiswi sudah keluar dari gerbang sekolah kita ini, saya berharap… agar kiranya diambil segala pengalaman yang baik yang ada di sekolah ini, dan yang buruknya ditinggalkan,” pesan Bu Hannum menambahi.Kelima mahasiswi itu

  • TEACHER IS FALLING In Love   16. TATAPAN PAK RIYAN BIKIN DEGDEGAN

    Keempat temannya itu hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Aiza. Namun Kiran pun mencoba membuka suara.“Setidaknya ‘kan kamu kasih tahu kek… kalau mau pergi kemana? Biar kami nggak terlalu khawatir sama kamu,” ujar Karin mengingatkan.“Iya, Za…” Ria pun membenarkan.“Kami ‘kan sempat berfikir kalau kamu nekad mengakhiri hidup gara-gara kejadian tadi siang…” celutuk Ria yang berhasil membuat Aiza tersenyum sambil geleng-geleng kepala.“Apa-apaan kalian sampai berfikir kalau aku akan nekad seperti itu?” sanggahnya yang merasa lucu dengan buah fikiran rekan-rekannya itu.“Yah ‘kan, kali aja…” sahut Ainy yang sejak tadi juga cemas.“Oh ya, Za. Ngomong-ngomong, kamu kok bisa tahu alamat Pak Riyan? Kamu tahu dari mana?” ujar Rosni.”Aku tanya sama Pak Dion…” jawabnya datar.“Trus… Bagaimana? Kamu bilang apa sama Pak Riyan? Dan dia jawab apa?” desak Ainy yang mulai penasaran.“Kalian kok seperti mau demo ke aku,

  • TEACHER IS FALLING In Love   15. BARU PERTAMA KALI

    Tampak Riyan pun menarik nafasnya setelah mengambil kesimpulan.“Sebenarnya, kamu tidak perlu datang ke sini…” ucap pria itu, hngga membuat Aiza yang tadi hanya tertunduk menunggu keputusan, kini mengangkat wajahnya.“Lebih baik kamu pulang sekarang, karena malam sudah semakin larut. Nggak baik anak gadis keluyuran. Apa lagi… kamau masih baru di sini. Lagian, sepertinya hujan juga akan turun…” ujar Riyan dengan nada yang lebih tenang, tidak seperti biasanya, yang juga membuat Aiza terheran.Namun, gadis itu masih terdiam dan bicara di dalam hatinya.“Apa Pak Riyan mengusirku secara halus?” fikir Aiza.“Saya cuma minta sama kamu, untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.Jangan terlalu ceroboh seperti yang sudah beberapa kali terjadi dengan saya…” sambung Riyan.“Lalu… bagaimana dengan nilai teman-teman saya itu,Pak?” tanya Aiza meunggu kepastian.“Itu urusan nanti. ‘Kan masih ada waktu…” jelas Pak Riyan.“Tapi Pak… saya mohon…”

  • TEACHER IS FALLING In Love   14. SAAT SEPI DI RUMAH PAK RIYAN

    Selesai melaksanakan sholat magrib, Aiza masih saja menunjukkan wajah yang diselimuti kesedihan itu.Bahkan saat makan malam pun ia tampak tak berselera.“Kamu jangan gitu, Za. Setidaknya kau harus makan. Masalah tadi jangan terlalu dibawa ke hati…” nasihat Rosni.“Maafin aku, Za. Kalau kata-kataku siang tadi membuat kamu tersinggung…” simpuh Ria.“Nggak. Aku nggak marah kok. Aku sedih aja, kalau karena aku, nilai kalian jadi ikutan buruk…” sahut Aiza akhirnya mengeluarkan suara yang sejak tadi terdiam.“Kan kita sudah sepakat. Masalah nilai, mau dikasih super buruk yah buruk sama-sama…” Ainy mengingatkan.“Coba kamu fikir, Za… Anggaplah Pak Riyan itu meminta Bu Hanum untuk memberi nilai yang buruk untuk kita, padahal selama ini kita sudah berusaha keras untuk memberikan yang terbaik. Tentu Bu Hanum akan tanya alasan Pak Riyan kenapa ingin memb

  • TEACHER IS FALLING In Love   13. GARA-GARA SAOS

    Akhirnya, pelaksanaan PKL itu masuk pada bulan ketiga. Itu artinya, masa-massa terakhir di sekolah Almuslimin juga akan berakir.Yah, walaupun di masa terakhir itu, seperti biasanya mereka akan memerlukan dana ekstra.Aiza terpaku melihat taman yang sedang dibangun dengan menggunakan jasa tukang bangunan. 2 orang tukang itu mereka dapatkan dari bantuan salah seorang guru senior di sekolah itu juga.“Kamu kenapa Za? Kok sedih kayak gitu? Karena PKL mau selesai yah?” tebak Ainy.“Salah satunya sih iya, Ny. Apa lagi udah terlalu dekat sama anak-anak yah kan?” jawab Aiza.“Kalau itu salah satunya, berarti masih ada hal lain yang bikin kamu segalau ini… kenapa?” tanya Ainy lagi.Aiza menarik nafasnya dalam-dalam. Ia pun segera menjatuhkan tubuhnya, di atas papan yang sengaja di topangkan pada sebuah pohon, yang memang disengaja untuk tempat duduk.“Sebenarnya sih bukan masalah, cuma yah gimana yah mau bilangnya.Aku bukan dari keluarg

  • TEACHER IS FALLING In Love   12 RENCANA MALAM MINGGU

    Jarum jam di tangannya menunjukkan beberapa menit melewati jam 10. Tanpa ada alasan yang tepat, hati Aiza terasa tidak bisa tenang.Fikirannya terus tertuju pada sosok Fadlan yang sebenarnya tidak terikat hubungan dengannya. Hanya saja, selama ini, Fadlan sudah memberikan ruang yang membuat ia terlalu nyaman.“Kenapa yah, fikiran aku ke Bang Fadlan terus? Apa terjadi sesuatu pada bang Fadlan yah? Bagaimana kalau aku hubungi duluan? Eh nggak. Ini kan masih jam sekolah.Jangan-jangan dia sibuk. Nanti, di terganggu gara-gara aku menghubunginya?” fikir Aiza yang menunda untuk lebih dahulu menghubungi pemuda idamannya itu.Sebenarnya hari itu, jadwal mengajar pamong Aiza tidak ada.Namun, karena mereka diharuskan berada di sekolah, Aiza pun tetap hadir.Setidaknya selalu ada ilmu yang baik yang bisa ia dapatkan di sana.Dari ppada harus berdiam diri di rumah. Apa lagi kalau harus sendirian.Tapi bagaimana pun, bisa bersama

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status