Share

207. Kemesraan

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-21 06:48:02

Pagi hari, Qizha tidak menemukan Qasam di sisinya. Kemana pria itu?

Qizha menggeliat sebentar setelah berdoa mengucap syukur karena saat bangun masih diberi kesempatan untuk bernapas.

Qizha bangkit bangun.

Begitu membuka pintu kamar, ia mencium aroma yang khas. Seperti aroma…

Qizha melangkah ke dapur. Pemandangan menarik langsung menyambutnya. Qasam terlihat sedang menggoreng mie.

Loh?

Pria itu mengaduk- aduk mie di atas kuali.

Tak lama, ia mematikan kompor, lalu menuangkan mie ke piring yang dibagi menjadi dua.

“Hei, sudah bangun?” Qasam menoleh, mendapati istrinya yang berdiri di dekat meja makan dengan pandangan keheranan.

Rambutnya yang lurus itu tetap terlihat rapi meski ia baru bangun tidur.

“Mas, apa yang kamu lakukan? Biar aku saja.” Qizha mendekat pada Qasam ingin mengambil kuali.

“Sudah sleesai. Duduklah dan makan!” Qasam meletakkan kuali ke atas kompor. Lalu duduk di kursi sambil menyodorkan mie yang telah siap saji.

Qizha termenung menatap mie panas itu. warna
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
mama biba ngapain nelpon qizha ya?
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
qasam tambah so sweet saja.benar-benar tipe suami idaman
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
habiba bingung dong mencari qixha gk pulang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   208. Suami Idaman

    Qasam tetap rileks. Tak ada reaksi apa pun meski melihat Habiba menelepon Qizha.“Gimana? Aku jawab?” Qizha meminta persetujuan Qasam.“Terserah kamu saja,” jawab Qasam santai“Tt tapi… aku takut mama marah. Aku pergi tidak berpamitan. Apa lagi kalau mama tahu aku tinggal bersmaamu, apakah mam tidak akan memarahiu?” Qizha ketakutan.“Santai saja. Kamu tinggal jelaskan saja letak permasalahanmu, jangan panikan begitu!” sahut Qasam. “Jawab saja! jangan biarkan mama mencemaskanmu.”Qizha mengangguk meski ragu. Jempol mungilnya menggeser tombol hijau. Ia menekan loudspeaker supaya Qasam juga mendnegar suara Habiba di seberang. Terlebih dahulu ia mengucap salam.“Halo, Ma!”“Qizha, beberapa hari ini mma tidak melihatmu. Apa benar kau pergi dari rumah?” tanya Habiba di seberang.“Ma, maaf. maafkan aku. Aku tidak bisa jauh dari Mas Qasam. Aku menyusul Mas Qasam.”“Menyusul? Maksudmu?”“Iya, aku tinggal bersama dengan Mas Qasam. Aku tahu Mas Qasam bersalah, tapi aku ini istrin

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Suami Preman Ternyata Sultan   209. Sensasi Berbeda

    “Mas, aku mau berangkat kerja dulu!” Qizha sudah mengenakan pakaian rapi, blazer cokelat dipadu jilbab warna senada. Ia menyalami tangan suaminya yang baru saja selesai mandi.“Kmau naik apa?”“Angkot.”“Dimana kamu menunggu angkot?”“Aku akan jalan kaki dulu keluar gang. Nanti di jalan raya kan ada angkot. Atau mungkin ojek.”“Aku antar kamu ke kantor! Jangan pergi sendiri,” ucap Qasam sambil melewati Qizha.“Mas Qasam mau antar pakai apa? Jalan kaki? Lah, kita malah jalan kaki berduaan dong? Nggak lucu ah, Mas,” protes Qizha sambil tertawa mengikuti Qasam melangkah ke luar.“Aku pinjam motor.” Qasam menuju ke rumah tetangga. Rupanya teman kerjanya. Tampak Qasam mengobrol sebentar dengan teman kerjanya. “Kau mau pergi kemana?” tanya teman Qasam sambil mendorong motor matic miliknya keluar rumah, menuruni teras dan distandart-kan di halaman.“Aku mau antar istriku pergi kerja,” jawab Qasam.“Kerja? Binimu kerja?”“Ya.”“Kerja dimana?”“Di kantor perusahaan.”Lelaki beram

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Suami Preman Ternyata Sultan   210. Tamu Mengejutkan

    Sesampainya di rumah, Qasam mengembalikan motor ke pemiliknya. Tak lupa bensin diisi penuh. Qizha menunggu di teras. Pintu rumah sudah dia buka. “Bro, dari mana sih pagi pinjam motor punya Kiting dan sore pinjam lagi sama aku?” tanya Gendon, pemilik motor yang berdiri di teras rumahnya, bersebelahan dengan rumah kontrakan yang ditempati Qasam. “Antar jemput istri kerja.” “Istrimu kerja di mana?” Pertanyaan yang sama dengan yang diajukan oleh Kiting. “Di kantor perusahaan,” jawab Qasam. “Di kantor tuh bagian apa?” Gendon kepo, sama seperti Kiting. “OB juga di kantor loh, cleaning service juga di kantor.” Qasam tersenyum. “Sekretaris.” “Wih!” Gendon takjub. “Dapetinnya juga susah itu. Habis ban motor enam buah.” “Ha haaaa…” Gendon terbahak. “Binimu kan cantik, berkerier lagi. Jagain tuh jamgan sampe diambil orang. Pantesan kamu antar jemput terus sampai rela pinjam pinjam motor, rupanya buat jagain bini.” “Makasih ya motornya.” “Amanlah itu.” “Minyak motor s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Suami Preman Ternyata Sultan   211. Tamu Mengejutkan

    “Kau…? Kenapa kemari?” tanya Wasam menatap sosok di hadapannya. Qansha. Wajah adiknya itu tampak sayu. Qansha menunduk setelah beberapa detik menatap kakak laki- lakinya itu. “Bagaimana kau bisa tahu alamat ini?” tanya Qasam masih bingung dengan kedatangan adknya. Qansha kembali mengangjat wajah, menatap Qasam. “Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?” tanya Qasam lagi. Bingung melihat adiknya yang seperti sedang memendam sesuatu. “Masuklah,” ajak Qasam. “Mas!” Qansha bukannya masuk, malah memeluk Qasam. Tangisnya pecah. Qasam makin bingung. Ada apa dengan adiknya ini? Dia membalas pelukan Qansha, menepuk-nepuk punggungnya. Qasam membiatkan saja Qansha memeluknya erat. Biarkan Qansha menyalurkan apa pun yang dia rasakan. Qanhs asedang hutuh sandaran. “Mas, aku sayang sama kamu,” ucap Qansha sesenggukan. Qizha bangkit berdiri, mendekat pada Qasam. Dia mengernyit, tak kalah bingung menatap Qansha yang tiba-tiba muncul dan bersijap begini. Namun Qizha diam saja, membiatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Suami Preman Ternyata Sultan   212. Kesayangan

    “Aku bisa sampai begini karena ingin kau bisa kembali hidup normal bersama orang tua seperti dulu lagi. Kalau kau melihat pengorbananku, pasti kau bisa mengambil keputusan bijak,” ungkap Qasam lembut. “Mama sedang sangat marah kepadaku karena menganggapku telah menyembunyikanmu, dan mungkin mama akan sangat sulit memaafkanku. Memaafkan atau pun tidak memaafkan aku, maka aku tidak akan kembali ke rumah itu lagi. Aku akan ajak istrtiku hidup mandiri di rumah sendiri. Bukan karena aku balas marah sama mama, tapi aku ingin hidup mandiri bersama Qizha. So, walau pun mama memaafkan aku, kami akan hidup di rumah lain. Jadi, jangan jadikan aku sebagai patokan untuk kau kembali pada mama.”Qansha tergugu dalam diam. Beberapa kali ia mengusap air matanya.“Pulanglah! Mama sangat merindukanmu. Lupakan semua masalah. Dendam itu sangat buruk. Apa lagi dendam pada orang tua yang mengandung dan melahirkanmu , bisa- bisa kamu kualat!” bujuk Qasam.“Mas, aku tidak tahu harus bilang apa lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Suami Preman Ternyata Sultan   213. Perdebatan

    Qansha berdiri di depan rumah dengan perasaan tak menentu. Fokus matanya tertuju ke pintu cokelat yang ada di depan mata. Satpam yang berjaga, terus memperhatikan dengan pandangan awas. Ia ikutan lega melihat Qansha bersedia pulang, sehingga ia tak mau melepaskan pandangnnya dari Qansha, takut gadis itu akan kabur.Qansha mendorong pintu hingga terbuka lebar. Ia melangkah masuk dengan pelan. Pandangannya mengedar ke sekitar. Tidak ada siapa pun di sana.Hatinya basah melihat keadaan rumah yang sudah sangat lama ia tinggalkan. Masih sama seperti saat terakhir kali ia pergi. Tidak ada yang berubah. Qansha mencium aroma lezat. Sepertinya masakan hangat baru saja disajikan di meja makan. Ia berjalan menuju ke ruang makan. Semakin mendekat, dentingan sendok dan piring bersahutan semakin terdengar jelas diiringi dengan suara orang-orang tengah mengobrol.Mereka pasti sedang makan malam.Qansha tidak berani langsung muncul ke hadapan mereka. Mungkin ia akan membuat selera makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Suami Preman Ternyata Sultan   214. Jemput Qasam

    Sejurus pandangan langsung tertuju ke arah Qansha yang berdiri di ambang pintu. Semuanya terkejut. Habiba sampai terbengong. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha memastikan apakah penglihatannya benar atau salah?Husein sampai bangkit berdiri. Melongo menatap Qansha. Wafa pun mulutnya sampai menganga, tanpa sadar daging yang sudah terlanjur masuk ke mulutnya, tiba-tiba terjatuh balik ke piring.Hening. “Qansha! Cucuku!” Amira histeris. Menghambur dan memeluk Qansha dengan girang. Rupanya Amira lah yang kesadarannya lebih dulu pulih dibanding yang lainnya. Dia dengan cepat mendekati Qansha dan meraba-raba badan cucunya untuk memastikan kalau cucunya itu baik- baik saja.“Kamu tidak apa- apa kan? kamu baik-baik saja kan? ayo, katakan kalau kamu baik-baik saja!” Amira menatap haru.Qansha mengangguk. tatapannya tertuju pada Habiba.“Lihatlah, cucuku kembali. Apakah setlah kembali, kau masih ingin menyalahkannya? Mungkin kau menyalahkan dia kenapa mesti berpur

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Suami Preman Ternyata Sultan   215. Cemburu

    “Nah, ini adalah keputusan yang benar. Aku setuju, kita harus menjemput qasam. Dia sebentar lagi akan punya anak. Kita harus bisa membesarkan keturunan Qasam di rumah ini!” ungkap Amira bersemangat.“Kak Qansha!” Wafa menghambur memeluk kakaknya. Meski paling belakangan mengajak baper, namun ia tetap menunjukkan rasa solidaritas kekeluargaan. Sejak tadi sebenarnya dia sudah ingin memeluk Qansha, namun terhalang oleh kedua orang tuanya.Qansha membalas pelukan Wafa. Keduanya berpelukan sangat erat. Lama sekali. Mereka memang sering berselisih pendapat saat bersama- sama. Namun kerinduan tetap tak bisa dipungkiri saat lama tak bertemu.“Sebentar lagi kita pasti akan bertengkar lagi hanya untuk maslaah boneka, minuman, makanan, kendaraan, atau apa saja,” ucap Qansha sambil mengusap pucuk kepala adiknya.“Tidak. Aku tidak akan nakal lagi. Aku akan menurut kepadamu.”“Baiklah, aku juga tidak akan mau menang sendiri. aku akan mengalah untukmu.” Qansha menjepit hidung adiknya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status