Share

197. Si Cerewet

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-17 09:46:25

Qizha menatap ke kaca jendela kamarnya. Hujan rintik- rintik di luar.

Disaat gerimis begini, apa yang dilakukan Qasam? Apakah dia tidur kedinginan? sebenarnya Qasam tinggal dimana? Kenapa dia tidak menelepon Qizha?

Apakah Qasam beranggapan kalau Qizha benar- benar sudah sangat marah dan tidak mau memaafkannya sehingga dia tidak mau menelepon Qizha?

Hati Qizha jadi gundah. Dunia luar sangat keras. Apakah suaminya mampu bertahan dengan tanpa uang sepeser pun?

Bagaimana makannya? Bagaimana tidurnya? Bagaimana pula kesehariannya?

Ya, mungkin Qasam beranggapan bahwa Qizha sudah snagat marah sehingga tidak perlu lagi berkomunikasi.

Qizha berjalan keluar kamar. Dia menuju ke teras samping rumah. Dia berdiri di sana, menatap gerimis yang makin lama makin deras. Angin sangat kencang memainkan baju yang dia kenakan. Jilbabnya pun berkibar bebas.

Qizha memeluk lengannya sendiri. membayangkan apa yang terjadi pada suaminya di luar sana. Mungkin Qasam kehujanan, atau bahkan ked
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Ima Amira, tolong bantu qizha untuk berbicara kepada mama biba dan papa husein.untuk mencari dan membawa qasam kembali pulang kerumah
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
sebenarnya oma amira itu baik.hanya saja oma amira tidak bisa menunjukkan kasih sayangnya itu
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
benar kata amira, menyesal pasti belakangan lo biba
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   198. Menyayangi Qizha

    Fara muncul membawa segelas teh hangat. Dengan senyum dia berkata, “Sialakan diminum, Non!”Qizha mengangguk, lalu meneguk separuh. “Makasih, Bi.”“Dihabiskan, Non,” bisik Fara, lalu manik matanya melirik ke arah Amira dan berbisik, “Dari pada kena sentil mami ciriwit!”Qizha tersenyum. Akhirnya meneguk sampai habis.“Mantap!” Fara mengacungkan jempol. Membawa gelas ke belakang.Qizha menatap ke arah hp nya, kemudian mengirim pesan kepada Fahri.‘Apakah sudah mendapat info tentang Mas Qasam?’Tak ada balasan. Mungkin Fahri sedang sibuk. Sebenarnya Qizha tak perlu menanyakan hal ini kepda Fahri, sebab tak mungkin Fahri diam saja jika dia sudah menemukan kabar tentang Qasam. Pasti Fahri duluan mengabari.Tak lama kemudian, Fahri membalas.‘Aku sedang usahakan. Akan aku kabari jika sudah mendapatkan informasi akurat.’“Pergilah kau ke kamar! Apa lagi yang kau tunggu? Qasam tidak akan kembali dengan kau menunggu diam di kursi begitu!” titah Amira.Qizha bangkit dari sofa, berge

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Suami Preman Ternyata Sultan   199. Info Tentang Qasam

    Habiba menghela napas panjang. Bingung. Dia menaruh iba pada Qizha, namun juga tak ingin melepaskan Qasam dari hukuman. Qasam baru saja memulai hukumannya, bagaimana ia bisa terdidik bila hukuman langsung dicabut. Setiap orang yang bersalah harus mendapat hukuman. Dan orang yang baik akan mendapat imbalan baik pula. Begitulah pemikiran Habiba.Demikian juga Tuhan yang pastinya akan memberikan imbalan kebaikan bagi manusia yang berbuat baik, kemudian memberikan hukuman bagi orang yang melakukan dosa. Sama halnya juga pendidikan di sekolah, semua murid tentunya dihukum bila melakukan kesalahan dan melanggar aturan sekolah. Begitulah cara mereka mendidik jiwa- jiwa supaya menjadi pribadi yang lebih baik.“Aku akan memberikan pengertian pada Qizha, bhawa dia masih mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari semua orang, bukan harus dari suaminya,” ucap Habiba pada akhirnya setelah beberapa menit berpikir sangat panjang. “It’s oke.” Husein mngedikkan pundak.“Aku dan Qizha bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Suami Preman Ternyata Sultan   200. Untuk Qasam

    “Fahri, katkan dimana Qasam?” desak Qizha tak sabar.Fahri di sberang malah diam.“Fahri, kenapa kamu diam? Ayo katakan dimana Qasam?” ulang Qizha makin tak sabar.“Aku sebenarnya kesulitan mengatakan ini kepadamu melalui via telepon begini, itulah sebabnya aku minta supaya kamu menemuiku. Aku sendiri pun tidak punya banyak waktu untuk menggerakkan kendaraanku menuju ke tempatmu saat ini. klien sudah menungguku di kafe sekarang,” sebut Fahri.“Sudahlah, tidak masalah bagiku kita bicara via telepon. Kamu hanya tinggal jelaskan saja kepadaku dimana dia,” desak Qizha lagi. “Tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang berjalan di pingir jalan, dia berkaos putih, celana jeans dan rambut tanpa minyak. Lukanya tidak begitu parah, lututnya berdarah karena terantuk aspal. Tapi dia jadi pincang. Dialah Qasam,” jelas Fahri membuat hati Qizha nyeri.“Lalu?” tanya Qizha lirih, snagat penasaran.“Aku mengajak Qasam ke dokter, namun dia menolak. Dia mengatakan kalau dia baik- baik saja. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Suami Preman Ternyata Sultan   201. Mencari Qasam

    “Stop di sini, Pak!” titah Qizha pada supir taksi yang ditumpanginya.Qizha keluar dari taksi, melangkah cepat meniti gang sempit. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Berusaha memastikan bahwa alamat yang diberikan Fahri tidak salah.Gang begitu sempit, di kiri kanan terdapat perumahan padat penduduk, sangat rapat jarak antara satu rumah kecil dengan rumah lainnya.Jemuran pakaian tergantung tak beraturan di depan rumah, banyak juga berderet di pinggir jalan.Anak-anak berlarian, ibu- ibu berdaster duduk-duduk mengerumpi. Bapak-bapak duduk di depan rumah sambil merokok dan ngopi.Orang-orang menatapnya dengan aneh.Apakah ada yang salah dengan dirinya? Tempat ini sangat asing, membuat Qizha merasa tak nyaman. Mungkinkah Qasam betah tinggal di daerah seperti ini?Qizha menganggukkan kepala seraya melempar senyum saat berpapasan dengan orang-orang di sekitar sana. Ada yang membalas sapaannya dengan senyum ramah, ada pula yang membalas dengan raut sinis.Qizha terus melangkah di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Suami Preman Ternyata Sultan   202. Bertemu

    “Ini adalah suami saya, Pak,” ucap Qizha ambil menunjuk gambar di hp nya.“Ooh… Jadi itu suaminya Mbak? Kemungkinan nanti sore dia kembali kemari lagi. Soalnya biasanya begitu.”“Apa dia nggak bilang mau kemana setiap dia pergi, Pak?” tanya Qizha.“Tidak. Saya Cuma tanya kerja dimana, dia bilang tidak bekerja karena pengangguran. Jadi ya saya pikir dia mencari pekerjaan.”“Baiklah. Aku akan tunggu di sini sampai sore nanti.”“Tunggu saja di rumah. Ayo, kerumah! Istri saya ada di rumah kok,” tawar bapak itu dengan ramah.Qizha menggeleng. “Saya di sini saja, Pak.”Bapak itu terlalu baik, dia bahkan tidak mau mencari tahu alasan apa yang membuat Qasam pergi dari rumah. Tidak ada rasa kepo yang membuatnya banyak tanya. Dia berlalu pergi memasuki rumahnya.Sampai senja tiba, Qizha masih setia menunggu. Bahkan sudah dua kali ia mengikuti shalat berjamaah di masjid itu, dhuhur dan ashar, namun batang hidung Qasam belum juga muncul.Apakah Qasam pergi menghindar saat tahu Qizha me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Suami Preman Ternyata Sultan   203. Bau

    "Aku pikir, kau tidak bisa memaafkan aku. Dan mungkin butuh waktu lama untuk membuatmu bisa memahamiku, jadi aku merasa lebih baik jauh darimu dulu. Aku juga mengira kau tak akan peduli padaku saat aku pergi dari rumah, jadi aku merasa tidak membutuhkan hp untuk menghubungi siapa pun," sambung Qasam. "Terakhir kali aku sudah tidak marah lagi sama kamu. Aku merasa kesepian. Aku ingin bertemu denganmu.""Kau sudah memaafkan aku?" tanya Qasam."Iya. Aku sudah memaafkanmu sejak kamu menjelaskan tentang Qansha kepadaku. Tapi kamu keburu pergi.""Makanya, lain kali dengarkan dulu penjelasan orang lain, apa pun bentuk kesalahannya, kau mesti mendengar penjelasannya dulu." "Maaf!" polos Qizha.Qasam menjepit hidung Qizha dengan jarinya. Membuat Qizha langsung tersenyum. "Jangan menangis lagi." Qasam mengusap air mata di pipi Qizha.Hati Qizha berdesir diusap begitu. Sebelumnya, tak pernah ia diperlakukan selembut itu oleh suaminya. Dia hanya tahu kalau suaminya adalah orang yang kasar dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Suami Preman Ternyata Sultan   204. Repot

    “Kamu mau tinggal di sini nggak? Rumahnya biasa saja ini,” ucap Qizha sambil memutar kunci rumah kontrakan sederhana, kecil namun bersih. “Aku dimana saja tidak masalah.” Qasam memasuki rumah, mengikuti Qizha. Tidak ada Ac di rumah itu. Hanya ada kipas angin. “Tidur di jalanan pun tidak masalah bagiku. Bukan berarti aku terbiasa hidup mewah, lantas aku akan kaget saat hidup miskin. Aku terbiasa naik gunung, tersesat di hutan, makan daun saat kelaparan, tidur di bawah pohon beralas tanah, aku minum air laut. Aku ini hobi berpetualang. Jadi tidak akan kaget saat hidup susah,” sahut Qasam dengan santai. “Baiklah, kamu mandi saja dulu. Aku ambilkan handuk ya. Ini tadi aku beli di jalan.” Qizha mengambil handuk dadi tas yang baru dibeli. Semua barang yang dia bawa adalah barang yang baru dibeli di jalan. Termasuk pakaian milik Qasam dan juga pakaian Qizha yang nantinya akan dipakai untuk sehari-hari mereka. Qizha menyerahkan handuk yang langsung disambut oleh Qasam. Pria itu langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Suami Preman Ternyata Sultan   205. Perhatian

    “Apa kau yakin berjalan kaki? Ini bisa saja melelahkan. Kau tidak boleh kelelahan karena kau sedang hamil muda,” tutur Qasam memperingatkan Qizha. “Tidak apa-apa. Hanya berjalan ringan begini saja tidak akan membuatku keguguran. Ini rileks saja kok,” sahut Qizha dengan senyum. “Atau kau mau aku gendong?” “Hei, aku masih kuat. Kalau aku kecapekan nanti, baru aku mau minta gendong.” Qizha terkekeh. Qasam mengambil tangan Qizha dan mengalungkannya ke lengannya. Qizha tersenyum. Dengan mengenakan celana pendek selutut dipadu kaos putih, penampilan Qasam tampak sangat santai sekali. Tak akan ada seorang pun yang tahu kalau pria berpenampilan sesantai itu adalah seorang sultan. Eh tapi sekarang sultannya sedang diusir dari rumah, jadi dia sedang tidak punya apa- apa. Pandangan orang-orang di gang yang berpapasan tampak menatap mereka dengan iri. Mereka terlihat sebagai pasangan pasutri yang berbahagia, bikin hati ngiri. Wajar saja emak- emak dan para gadis pun iri melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status