Share

203. Bau

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-19 08:31:30

"Aku pikir, kau tidak bisa memaafkan aku. Dan mungkin butuh waktu lama untuk membuatmu bisa memahamiku, jadi aku merasa lebih baik jauh darimu dulu. Aku juga mengira kau tak akan peduli padaku saat aku pergi dari rumah, jadi aku merasa tidak membutuhkan hp untuk menghubungi siapa pun," sambung Qasam.

"Terakhir kali aku sudah tidak marah lagi sama kamu. Aku merasa kesepian. Aku ingin bertemu denganmu."

"Kau sudah memaafkan aku?" tanya Qasam.

"Iya. Aku sudah memaafkanmu sejak kamu menjelaskan tentang Qansha kepadaku. Tapi kamu keburu pergi."

"Makanya, lain kali dengarkan dulu penjelasan orang lain, apa pun bentuk kesalahannya, kau mesti mendengar penjelasannya dulu."

"Maaf!" polos Qizha.

Qasam menjepit hidung Qizha dengan jarinya. Membuat Qizha langsung tersenyum.

"Jangan menangis lagi." Qasam mengusap air mata di pipi Qizha.

Hati Qizha berdesir diusap begitu. Sebelumnya, tak pernah ia diperlakukan selembut itu oleh suaminya. Dia hanya tahu kalau suaminya adalah orang yang kasar dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
qasam, yang dibutuhkan qizha itu adalah dirimu.bukannya harta ataupun orang lain
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
namanya juga orang yang sedang jatuh cinta.mana tercium bau apapun
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
itulah wanita qasam dia itu pakai perasaan, yg penting deket suami biar pun hidup susah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   204. Repot

    “Kamu mau tinggal di sini nggak? Rumahnya biasa saja ini,” ucap Qizha sambil memutar kunci rumah kontrakan sederhana, kecil namun bersih. “Aku dimana saja tidak masalah.” Qasam memasuki rumah, mengikuti Qizha. Tidak ada Ac di rumah itu. Hanya ada kipas angin. “Tidur di jalanan pun tidak masalah bagiku. Bukan berarti aku terbiasa hidup mewah, lantas aku akan kaget saat hidup miskin. Aku terbiasa naik gunung, tersesat di hutan, makan daun saat kelaparan, tidur di bawah pohon beralas tanah, aku minum air laut. Aku ini hobi berpetualang. Jadi tidak akan kaget saat hidup susah,” sahut Qasam dengan santai. “Baiklah, kamu mandi saja dulu. Aku ambilkan handuk ya. Ini tadi aku beli di jalan.” Qizha mengambil handuk dadi tas yang baru dibeli. Semua barang yang dia bawa adalah barang yang baru dibeli di jalan. Termasuk pakaian milik Qasam dan juga pakaian Qizha yang nantinya akan dipakai untuk sehari-hari mereka. Qizha menyerahkan handuk yang langsung disambut oleh Qasam. Pria itu langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Suami Preman Ternyata Sultan   205. Perhatian

    “Apa kau yakin berjalan kaki? Ini bisa saja melelahkan. Kau tidak boleh kelelahan karena kau sedang hamil muda,” tutur Qasam memperingatkan Qizha. “Tidak apa-apa. Hanya berjalan ringan begini saja tidak akan membuatku keguguran. Ini rileks saja kok,” sahut Qizha dengan senyum. “Atau kau mau aku gendong?” “Hei, aku masih kuat. Kalau aku kecapekan nanti, baru aku mau minta gendong.” Qizha terkekeh. Qasam mengambil tangan Qizha dan mengalungkannya ke lengannya. Qizha tersenyum. Dengan mengenakan celana pendek selutut dipadu kaos putih, penampilan Qasam tampak sangat santai sekali. Tak akan ada seorang pun yang tahu kalau pria berpenampilan sesantai itu adalah seorang sultan. Eh tapi sekarang sultannya sedang diusir dari rumah, jadi dia sedang tidak punya apa- apa. Pandangan orang-orang di gang yang berpapasan tampak menatap mereka dengan iri. Mereka terlihat sebagai pasangan pasutri yang berbahagia, bikin hati ngiri. Wajar saja emak- emak dan para gadis pun iri melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Suami Preman Ternyata Sultan   206. Sangat Cinta

    “Mulutnya belepotan tuh!” Qasam mengambil tisu dan mengelap sudut bibir Qizha.“Duh, aku jadi malu. Makan bisa sampai belepotan.” Qizha tersipu. Ia mengambil alih tisu dari tangan Qasam. Lalu mengelap sekeliling mulutnya sendiri. Qasam menatap Qizha tanpa kedip, bibirnya sedikit tertarik membentuk senyum. “Mas, jangan lihatin aku begitu dong!” Qizha memalingkan wajahnya yang merah semu. Ditatap suami seintens itu membuatnya jadi salah tingkah.Qasam tidak menyahuti. Ia masih terus mengawasi wajah istrinya dan senyum kecilnya tak berubah.“Mas, ini makannya nggak habis- habis loh kalau kamu malah ngelihatin aku terus.” Qizha menempelkan telapak tangannya ke mata Qasam.Senyum Qasam makin melebar. Dia tidak menurunkan tangan Qizha, dia biarkan saja telapak tangan Qizha terus menempel di matanya. “Kita sama- sama tidak akan bisa menghabiskan makan kalau begini caranya,” tukas Qasam. “Habisnya Mas Qasam ngelihatin aku terus sih.” Qizha mneurunkan tangannya.Qasam mengali

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Suami Preman Ternyata Sultan   207. Kemesraan

    Pagi hari, Qizha tidak menemukan Qasam di sisinya. Kemana pria itu?Qizha menggeliat sebentar setelah berdoa mengucap syukur karena saat bangun masih diberi kesempatan untuk bernapas.Qizha bangkit bangun.Begitu membuka pintu kamar, ia mencium aroma yang khas. Seperti aroma…Qizha melangkah ke dapur. Pemandangan menarik langsung menyambutnya. Qasam terlihat sedang menggoreng mie.Loh?Pria itu mengaduk- aduk mie di atas kuali.Tak lama, ia mematikan kompor, lalu menuangkan mie ke piring yang dibagi menjadi dua.“Hei, sudah bangun?” Qasam menoleh, mendapati istrinya yang berdiri di dekat meja makan dengan pandangan keheranan. Rambutnya yang lurus itu tetap terlihat rapi meski ia baru bangun tidur.“Mas, apa yang kamu lakukan? Biar aku saja.” Qizha mendekat pada Qasam ingin mengambil kuali.“Sudah sleesai. Duduklah dan makan!” Qasam meletakkan kuali ke atas kompor. Lalu duduk di kursi sambil menyodorkan mie yang telah siap saji.Qizha termenung menatap mie panas itu. warna

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Suami Preman Ternyata Sultan   208. Suami Idaman

    Qasam tetap rileks. Tak ada reaksi apa pun meski melihat Habiba menelepon Qizha.“Gimana? Aku jawab?” Qizha meminta persetujuan Qasam.“Terserah kamu saja,” jawab Qasam santai“Tt tapi… aku takut mama marah. Aku pergi tidak berpamitan. Apa lagi kalau mama tahu aku tinggal bersmaamu, apakah mam tidak akan memarahiu?” Qizha ketakutan.“Santai saja. Kamu tinggal jelaskan saja letak permasalahanmu, jangan panikan begitu!” sahut Qasam. “Jawab saja! jangan biarkan mama mencemaskanmu.”Qizha mengangguk meski ragu. Jempol mungilnya menggeser tombol hijau. Ia menekan loudspeaker supaya Qasam juga mendnegar suara Habiba di seberang. Terlebih dahulu ia mengucap salam.“Halo, Ma!”“Qizha, beberapa hari ini mma tidak melihatmu. Apa benar kau pergi dari rumah?” tanya Habiba di seberang.“Ma, maaf. maafkan aku. Aku tidak bisa jauh dari Mas Qasam. Aku menyusul Mas Qasam.”“Menyusul? Maksudmu?”“Iya, aku tinggal bersama dengan Mas Qasam. Aku tahu Mas Qasam bersalah, tapi aku ini istrin

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Suami Preman Ternyata Sultan   209. Sensasi Berbeda

    “Mas, aku mau berangkat kerja dulu!” Qizha sudah mengenakan pakaian rapi, blazer cokelat dipadu jilbab warna senada. Ia menyalami tangan suaminya yang baru saja selesai mandi.“Kmau naik apa?”“Angkot.”“Dimana kamu menunggu angkot?”“Aku akan jalan kaki dulu keluar gang. Nanti di jalan raya kan ada angkot. Atau mungkin ojek.”“Aku antar kamu ke kantor! Jangan pergi sendiri,” ucap Qasam sambil melewati Qizha.“Mas Qasam mau antar pakai apa? Jalan kaki? Lah, kita malah jalan kaki berduaan dong? Nggak lucu ah, Mas,” protes Qizha sambil tertawa mengikuti Qasam melangkah ke luar.“Aku pinjam motor.” Qasam menuju ke rumah tetangga. Rupanya teman kerjanya. Tampak Qasam mengobrol sebentar dengan teman kerjanya. “Kau mau pergi kemana?” tanya teman Qasam sambil mendorong motor matic miliknya keluar rumah, menuruni teras dan distandart-kan di halaman.“Aku mau antar istriku pergi kerja,” jawab Qasam.“Kerja? Binimu kerja?”“Ya.”“Kerja dimana?”“Di kantor perusahaan.”Lelaki beram

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Suami Preman Ternyata Sultan   210. Tamu Mengejutkan

    Sesampainya di rumah, Qasam mengembalikan motor ke pemiliknya. Tak lupa bensin diisi penuh. Qizha menunggu di teras. Pintu rumah sudah dia buka. “Bro, dari mana sih pagi pinjam motor punya Kiting dan sore pinjam lagi sama aku?” tanya Gendon, pemilik motor yang berdiri di teras rumahnya, bersebelahan dengan rumah kontrakan yang ditempati Qasam. “Antar jemput istri kerja.” “Istrimu kerja di mana?” Pertanyaan yang sama dengan yang diajukan oleh Kiting. “Di kantor perusahaan,” jawab Qasam. “Di kantor tuh bagian apa?” Gendon kepo, sama seperti Kiting. “OB juga di kantor loh, cleaning service juga di kantor.” Qasam tersenyum. “Sekretaris.” “Wih!” Gendon takjub. “Dapetinnya juga susah itu. Habis ban motor enam buah.” “Ha haaaa…” Gendon terbahak. “Binimu kan cantik, berkerier lagi. Jagain tuh jamgan sampe diambil orang. Pantesan kamu antar jemput terus sampai rela pinjam pinjam motor, rupanya buat jagain bini.” “Makasih ya motornya.” “Amanlah itu.” “Minyak motor s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Suami Preman Ternyata Sultan   211. Tamu Mengejutkan

    “Kau…? Kenapa kemari?” tanya Wasam menatap sosok di hadapannya. Qansha. Wajah adiknya itu tampak sayu. Qansha menunduk setelah beberapa detik menatap kakak laki- lakinya itu. “Bagaimana kau bisa tahu alamat ini?” tanya Qasam masih bingung dengan kedatangan adknya. Qansha kembali mengangjat wajah, menatap Qasam. “Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?” tanya Qasam lagi. Bingung melihat adiknya yang seperti sedang memendam sesuatu. “Masuklah,” ajak Qasam. “Mas!” Qansha bukannya masuk, malah memeluk Qasam. Tangisnya pecah. Qasam makin bingung. Ada apa dengan adiknya ini? Dia membalas pelukan Qansha, menepuk-nepuk punggungnya. Qasam membiatkan saja Qansha memeluknya erat. Biarkan Qansha menyalurkan apa pun yang dia rasakan. Qanhs asedang hutuh sandaran. “Mas, aku sayang sama kamu,” ucap Qansha sesenggukan. Qizha bangkit berdiri, mendekat pada Qasam. Dia mengernyit, tak kalah bingung menatap Qansha yang tiba-tiba muncul dan bersijap begini. Namun Qizha diam saja, membiatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status