Share

Bab 3

Sejak saat itu, selama dua kali dalam satu minggu, Mr Alex memberikan jam tambahan untukku. Meskipun, jam tambahan itu dilakukan di sekolah, dan hanya membahas pelajaran, tapi tak mengapa. Yang terpenting aku bisa berduaan dengannya.

Tentunya aku sangat bahagia. Tidak ada seorang pun siswa lain yang mengganggu kami. Ya, logika saja, pelajaran fisika, bukan pelajaran yang disukai oleh para siswa. Jadi, wajar jika mereka tidak mau dengan sengaja mengikuti tambahan tanpa diminta.

Pertemuan, serta interaksi yang cukup intens itu akhirnya membuat kami dekat. Aku sudah tidak lagi merasa canggung, dan salah tingkah di dekatnya.

Selain itu, aku juga tidak ingin pelajaran tambahan ini berakhir. Jadi, aku sengaja bersikap tidak terlalu pintar di depan Mr Alex. Aku selalu berpura-pura menanyakan sesuatu bagian yang sebenarnya cukup aku mengerti.

Memang aku sadar, aku salah. Tidak seharusnya aku jatuh cinta, dan membiarkan perasaan ini tumbuh pada laki-laki yang sudah beristri. Namun, terkadang hati memang sangat sulit dikendalikan.

Begitu pula, rasa cinta ini. Cinta memang buta, dan sering kali tak berlogika. Cinta begitu egois, dan tak mampu memilih pada siapa akan berlabuh.

"Bagaimana, sudah selesai?" Suara bariton itu menyentak lamunanku.

"Oh sudah ini, Pak."

Aku menyerahkan latihan soal yang Mr Alex berikan. Lelaki itu tampak menatap kertas itu sejenak, memeriksa hasil pekerjaanku. Lalu, setelah itu senyum manis pun tersungging di bibirnya. Senyum yang sangat manis hingga membuat hati ini terasa meleleh.

"Bagus, perkembangan kamu cukup bagus, Kanaya. Semoga ujian semester ini nilaimu meningkat."

"Terima kasih atas bimbingannya, Mr Alex."

"Sama-sama, kalau begitu kau boleh pulang sekarang."

Aku pun mengangguk, tapi entah mengapa rasanya masih enggan aku beranjak dari tempat ini. Aku pun mulai membuka percakapan kembali dengan Mr Alex yang sedang merapikan buku-buku ke dalam tasnya.

"Sepertinya Mr Alex sedang terburu-buru. Apa Mr Alex akan mengambil tambahan libur untuk merayakan Chinese New Year ke Tiongkok?" Aku berani bertanya seperti itu, karena aku tahu, Mr Alex, sebenarnya adalah pendatang.

Mr Alex menggelengkan kepala. "Tidak, aku sedang banyak pekerjaan. Jadi, aku tetap di sini, tapi istriku akan pulang ke kampung halaman kami selama satu pekan."

Bibirku pun membulat sembari menganggukkan kepala. "Ini sudah sore, ayo cepat pulang."

Aku kembali mengangguk, lalu mengikuti Mr Alex keluar dari ruang kelas kami, tempat biasanya aku mendapatkan tambahan jam pelajaran.

"Mr Alex, hati-hati."

"Terima kasih, Kanaya. Jangan lupa belajar. Kalau kau kesulitan, jangan sungkan untuk bertanya."

"Iya, terima kasih kembali Mr Alex," jawabku sambil sedikit membungkukkan badan. Lalu, menatap punggung Mr Alex yang berjalan menjauh dariku.

"Istrinya sedang pergi ke Tiongkok?" gumamku lirih, seolah sedang memikirkan rencana lain di otakku. Lalu, buru-buru aku menepis semua itu.

"Ngga boleh nakal Kanaya."

****

Beberapa Hari Kemudian.

Libur Chinese New Year pun tiba. Sekolah kami libur, siswa sekolahku yang sebagian besar warga keturunan memilih untuk pulang dari asrama.

Begitu pula dengan teman sekamarku yang berisi tiga orang, salah satunya pulang ke rumahnya untuk merayakan bersama keluarga. Sedangkan, Cecil sedang menginap di hotel bersama keluarganya, yang kebetulan sedang berlibur ke Singapura.

Beberapa kali aku menghubungi Papa, dan Mama untuk mengunjungiku ke Singapura, tapi tampaknya mereka sedang sibuk.

Papa Alan, tentu sana sibuk dengan bisnisnya. Sedangkan Mama Arumi, kini menjadi seorang influencer yang terkenal.

Sejujurnya aku pun bangga tiap kali memperlihatkan Mama pada teman-temanku. Mereka yang tak tahu jika aku ini anak angkat, akan memuji kami berdua yang memiliki wajah rupawan.

"Pantes aja kamu cantik banget, Naya. Mama kamu juga cantik banget." Aku pun hanya tersenyum mendengar pujian itu.

Akan tetapi, siang ini, aku merasa begitu kesepian. Di dalam kamar sepi ini, aku sendiri. Tak sanggup larut dalam kesepian yang membelenggu, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar. Suasana hari ini begitu ramai, dan penuh pernak-pernik berwarna merah.

Setelah lelah berjalan-jalan, aku memutuskan membeli makanan untuk makan malam. Aku sengaja ingin makan malam di asrama saja. Rasanya enggan makan di luar dalam suasana seramai ini.

Ketika sedang asyik memilih makanan, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seorang yang cukup kukenal.

"Kanaya ...!" Rasanya seperti mimpi mendengar suara itu, tapi ketika aku mencubit tangan, ternyata sakit.

"Kanaya ...!" Panggilan itu pun kembali terdengar, dan membuatku menoleh.

"Oh Mr Alex ... selamat malam."

"Selamat malam, kamu sendiri?" tanya Mr Alex kembali. Lalu kujawab dengan anggukan.

"Teman sekamar saya sedang berlibur dengan keluarganya."

Kening Mr Alex seketika berkerut. "Sendirian? Bagaimana kalau kau makan malam di tempatku saja?"

Mendengar tawaran Mr Alex, ingin rasanya aku memekik girang. Namun, aku mencoba untuk jual mahal.

"Tidak usah takut merepotkan."

"Tidak apa-apa Kanaya, aku sudah membeli banyak makanan, sepertinya tidak habis kumakan sendiri. Ayo ikut!"

Aku pun mengangguk, sembari berteriak girang di dalam hati. Kapan lagi bisa makan berdua dengan Mr Alex. Meskipun dia menganggapku sebagai muridnya, aku tak peduli. Yang terpenting aku bisa berduaan dengannya.

Tak berapa lama, kami pun sampai di apartemennya. Apartemen itu cukup mewah. Aku bahkan tak menyangka jika Mr Alex tinggal di tempat semewah ini.

"Selain menjadi guru, aku juga usaha jual beli properti." Mr Alex sepertinya paham dengan raut wajah kekagumanku.

"Duduk sini, Kanaya!" perintah Mr Alex, memintaku agar duduk di meja makannya. Aku pun menuruti perintahnya. Kami kemudian duduk di meja makan, menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Mr Alex.

Makan malam ini, diiringi dengan obrolan santai, dan juga candaan. Aku tak menyangka jika ternyata Mr Alex cukup humoris. Aku sengaja memperlambat waktu makanku, agar bisa lebih lama berduaan dengan Mr Alex.

Akan tetapi, ternyata hal tersebut membuat aku kekenyangan. Aku ternyata makan terlalu banyak yang membuat perutku sakit.

"Kamu kenapa, Kanaya?" tanya Mr Alex ketika melihatku memegang perut. Namun, aku tak menjawab. Rasanya sulit sekali untuk bersuara.

"Kau kenapa, Kanaya?"

"Perutku sakit Mr Alex, mungkin kekenyangan," jawabku sambil meringis.

"Kalau begitu kita duduk di sofa dulu ya." Aku pun mengangguk. Lalu, Mr Alex menuntunku berjalan ke arah sofa. Jarak kami yang cukup dekat, membuat tubuh ini bergetar, disertai degup jantung yang kian kencang tak beraturan. Apalagi, wangi parfum masukin Mr Alex yang membuatku kian terintimidasi dalam pesonanya.

"Gimana?" Mr Alex membantuku merebahkan tubuh di atas sofa bed yang ada di ruang tengah apartemennya.

"Masih sakit."

"Mau kuantar ke rumah sakit?" sahut Mr Alex, disertai raut wajah cemas.

"Tidak usah, di sini saja. Sebentar lagi juga sembuh."

"Tapi ...."

"Tidak Mr, emh begini saja. Apa di sini ada minyak aromaterapi? Kalau boleh, aku minta minyak aromaterapi saja, agar perutku hangat."

"Ada, sebentar ya." Mr Alex pun bangkit dari sofa, untuk mengambil minyak aromaterapi. Setelah itu, dia kembali duduk di sampingku.

"Mr, bisa nggak gosokin di perut? Kalau lagi sakit, tanganku kram."

Mr Alex sebenarnya cukup terkejut mendengar permintaanku, tapi dia tak kuasa menolak permintaanku. Apalagi setelah melihat wajahku yang cukup pucat.

"Emh, baiklah. Aku akan menggosok perutmu," jawab Mr Alex dengan sedikit gugup.

Aku pun menarik bajuku sedikit ke atas. Membuat perut putih mulus yang terlihat begitu menggoda terekspos begitu saja terpampang di depan Mr Alex.

Detik itu juga, dapat kulihat jakunnya naik turun, seperti menahan sesuatu yang bergejolak.

Aku tahu Mr Alex pasti gugup, dan ragu. Namun, perlahan Mr Alex tetap mengoleskan minyak aromaterapi yang ada di tangannya ke perutku.

Dia pun mulai memijit perutku secara perlahan, hingga dua gunung kembarku mulai sedikit mengintip. Bagaimana juga Mr Alex adalah seorang lelaki dewasa.

Aku yakin, melihatku pasti membuat hasratnya sebagai laki-laki mulai bergejolak. Apalagi, aku kini mulai mengeluarkan suara rintihan yang kian menggugah gairahnya.

Mr Alex masih memijit perutku sembari mengalihkan pandangannya. Namun, akibat hal tersebut, tangan Mr Alex kini tanpa sengaja mengenai gunung kembar milikku.

Aku yang tak menyangka jika hal itu akan terjadi tentunya reflek mengeluarkan desahannya yang kemungkinan membuat Mr Alex, seketika meremas benda kenyal milikku, dan entah kenapa aku menikmati itu. Bahkan, aku menginginkan hal lebih.

Aku tahu aku salah, sudah menggoda seorang laki-laki beristri. Namun, setan di sampingku seolah terus berbisik agar terus melanjutkan kekhilafan yang kami lakukan.

Akan tetapi, gejolak itu sepertinya tidak saja dirasakan olehku. Mr Alex juga sepertinya sudah tak bisa mengendalikan nafsunya. Perlahan dia pun mulai terpancing.

Tangannya kirinya kian keras meremas benda kenyal milikku. Sedangkan tangan kanannya, membuka satu per satu kancing kemeja yang kukenakan.

"Mr Alex ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status