Share

Bab 8

Florence hanya bertugas meracik koktail, pekerjaannya mudah. Terkadang dia bisa mendapatkan tip, gajinya juga tinggi, jadi pemasukan bulanannya cukup banyak.

Setelah meracik segelas koktail untuk pelanggan, Florence meletakkan alat raciknya, kemudian izin kepada rekan kerjanya untuk pergi ke toilet.

Saat melewati koridor, dia tiba-tiba dipeluk dari belakang.

Florence terkejut. Menoleh, dia pun melihat pria paruh baya botak yang memeluk dirinya. Ekspresinya sontak berubah. Dia meronta sekuat tenaga.

"Pak David, lepaskan aku!"

"Hehe .... Flo Sayang, aku sangat merindukanmu. Tubuhmu wangi sekali. Biar aku peluk sebentar ...." Napas David yang bau alkohol menerpa Florence.

David adalah pelanggan tetap kelab ini. Dia sudah kepala lima dan mendambakan kecantikan Florence. Dia beberapa kali mengatakan akan menjadikan Florence sebagai simpanannya. Sebelumnya Florence selalu menghindari David. Tak disangka hari ini mereka berpapasan.

Florence hanya merasa jijik, tetapi dia tidak berani menyinggung David secara terang-terangan. Dia hanya bisa meronta dengan sekuat tenaga. "Pak David, aku masih sedang bekerja. Tolong lepaskan aku."

"Sayang, bukankah aku ini pelangganmu? Ikut aku ke ruang privat. Aku sudah lama nggak melihatmu, Sayang. Mari kita bicara baik-baik ...."

Dulu Florence tampak cantik nan polos. Namun setelah merasakan sentuhan pria, kini kecantikannya tampak lebih menawan.

David tersenyum sambil menggerayangi tubuh Florence. Rasanya seperti ada dua potong daging yang berkeliaran di tubuhnya. Bulu kuduk Florence sampai berdiri.

Florence tidak bisa mendorong David, tatapannya pun menjadi dingin. "Pak David, kalau kamu masih nggak mau lepas, aku akan teriak. Kalau masalah ini dibesar-besarkan, kamu juga akan malu."

"Dasar wanita jalang! Kamu mengancamku ya? Aku nggak mau lepas, kenapa?"

Melihat sikap Florence, sikap David pun berubah. Dia berkata dengan kasar, "Sialan, kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu menjual keperawananmu dua hari yang lalu? Masih sok suci denganku! Pokoknya hari ini aku akan memilikimu!"

Usai berbicara, David berteriak ke arah ruang privat, "Suruh beberapa orang datang untuk membawa wanita jalang ini masuk!"

Beberapa bawahan David segera berjalan keluar. Melihat situasi ini, Florence pun menendang selangkangan David.

"Ah!"

Ketika David menjerit, Florence mendorongnya, lalu berlari pergi.

"Dasar wanita jalang! Sialan! Aku akan membunuhnya! Tangkap dia! Ah!!!"

Florence berlari sepenuh tenaga tanpa memikirkan apa pun. Dia mengenakan sepatu hak tinggi sehingga larinya tidak begitu cepat. Suara derap kaki di belakang makin dekat, dia sudah hampir terkejar.

Di depannya adalah jalan buntu. Karena terdesak, Florence pun belok, kemudian dia langsung masuk ke dalam sebuah ruang privat.

Ruang privat area ini adalah SVIP. Orang-orang yang ada di dalamnya adalah orang berkuasa dari Kota Brost. Selama dia berlari ke tempat banyak orang, Florence yakin David tidak akan berani macam-macam.

Lebih baik Florence menyinggung orang lain daripada jatuh ke tangan David.

Begitu Florence masuk ke dalam ruang privat, ternyata ruang privat ini berbeda dengan ruangan redup yang lain. Ruangan ini menyalakan lampu putih yang terang.

Cahaya yang terang membuat Florence refleks memicingkan matanya. Dia melihat bahwa tak jauh dari area sofa terdapat beberapa wanita cantik yang mengenakan bikini. Di antara mereka duduk seorang pemuda berkemeja hitam yang memegang segelas anggur.

Di atas meja kopi terdapat banyak botol anggur serta setumpuk uang tunai berwarna merah.

Benar-benar pemandangan yang mencerminkan kehidupan malam.

Karena ada yang masuk, pria itu menoleh ke arah pintu. Ketika Florence melihatnya, dia merasa agak familier. Tiba-tiba dia tersadar. "Ternyata kamu!"

Dia adalah temannya Alaric, Anthony.

"Kamu? Yo, kamu benar-benar mengejutkan, Dik."

Anthony juga mengenali Florence. Dia bersiul pada wanita itu.

Pertama kali dia melihat Florence, Florence mengenakan gaun putih dan tampak kasihan.

Kedua kali dia melihat Florence, Florence bertengkar mengenakan setelan kerja. Ada kecantikan yang tangguh dalam kelembutannya.

Seragam kerja kelab merupakan atasan hitam yang memperlihatkan perut serta celana pendek. Gaya pakaian yang sejuk dan seksi.

Kulit Florence yang memang putih terlihat lebih putih karena pakaian berwarna hitam itu. Penampilan Florence yang seperti ini membuat tubuhnya tampak makin indah. Seragam kerja yang membosankan itu membuat mata orang berbinar ketika dikenakan oleh Florence.

Melihat orang yang dikenalnya, Florence pun menghela napas lega. Dia segera melangkah ke arah Anthony. "Tuan Anthony, saya ...."

"Kenapa kamu di sini?"

Suara dingin pria yang familier tiba-tiba terdengar dari samping.

Itu ....

Florence mengira dirinya salah dengar. Dia menoleh lalu mendapati seorang pria berekspresi muram yang sedang menatapnya dengan dingin dari sofa di seberang. Siapa lagi kalau bukan Alaric?

Alaric mengenakan jas abu yang dia kenakan di perusahaan. Jasnya tidak dilepas. Kedua lengannya bersedekap. Dia menatap Florence dengan tatapan muram. Ada seorang wanita cantik berbikini di samping Alaric, tubuhnya seperti bintang porno luar negeri.

Florence merasa terintimidasi. Dia membelalakkan matanya dengan terkejut. "Pak Alaric?"

Bukankah dia pergi ke tempat spa dengan Anna?

Kenapa dia bisa ada di kelab ini?

Florence melihat lagi wanita yang ada di sebelah Alaric, kemudian berdecak dalam hati. Cara mainnya cukup liar.

Florence berdiri di seberang Alaric. Pinggang dan pinggulnya sangat sempurna. Pinggang yang terekspos sangat ramping. Perutnya rata dan putih, tampak menarik perhatian di bawah cahaya lampu.

Tatapan Alaric tampak dingin. Berapa banyak orang yang melihatnya dalam pakaian seperti itu sepanjang malam ini?

Entah kenapa Florence merasa bahwa tatapan Alaric padanya sangat dingin.

"Sial, wanita jalang itu lari ke dalam!"

Saat ini, David membawa beberapa pengawal masuk. Dia kemudian menatap Florence dengan garang. "Coba lari lagi, wanita jalang!"

Pupil Florence mengecil. Tanpa berpikir, langkah Florence yang awalnya berjalan ke arah Anthony pun segera berbalik ke arah Alaric. Dia segera duduk di samping Alaric, memeluk lengan pria itu, lalu tersenyum manis padanya.

"Pak Alaric, saya datang. Maaf sudah membuat Bapak menunggu lama."

Suara Florence sangat lembut dan menyanjung. Dia sengaja berbicara dengan keras agar terdengar oleh David.

Ruang privat itu seketika hening.

Tatapan Alaric masih dingin. Emosinya tidak terbaca. Dia hanya memandang Florence tanpa ekspresi.

Manik hitam dan tatapan Alaric terlalu mengintimidasi. Florence mendadak merasa gugup dan gelisah. Tangannya memeluk lengan Alaric dengan erat.

Florence juga tidak tahu kenapa dirinya bisa meminta bantuan kepada Alaric. Mungkin dibandingkan dengan Anthony, Alaric lebih dewasa. Florence merasa bahwa Alaric seharusnya akan membantunya.

"Uh ... Pak Alaric, Pak Anthony, kenapa kalian juga di sini?" David baru melihat kedua pria itu. Ekspresinya sontak berubah.

Alaric tidak bersuara maupun melihat David. Anthony tersenyum sembari berkata, "Apakah kami datang ke sini harus melapor kepadamu?"

David segera melambaikan tangan, tersenyum sambil berkata, "Pak Anthony pasti bercanda. Bukan itu maksudku. Hehe ... saya ...."

Keluarga Clinton bergelut di bidang politik. Baik yang tua maupun muda memiliki jabatan yang tinggi. Anthony adalah cucu tunggal Keluarga Clinton yang dimanjakan seluruh Keluarga Clinton. David tidak akan berani menyinggung Anthony.

Dia menatap Florence dengan tajam. "Apakah Pak Alaric memesan wanita ini? Ada sedikit masalah yang ingin saya selesaikan dengannya. Bagaimana kalau saya pesankan beberapa wanita cantik lagi untuk Bapak? Biar saya bawa wanita ini pergi."

David terkenal nekat. Jika Florence jatuh ke tangannya, maka tamatlah riwayat Florence.

Florence merasa tegang. Dia menatap Alaric dengan tatapan melas. "Pak Alaric, dia sedang membohongimu. Aku nggak mau pergi dengannya, aku mau menemanimu."

Suara Florence terdengar lembut sehingga seperti sedang bersikap manja. Kedua matanya penuh dengan kegelisahan dan ketakutan. Tatapannya seperti sedang berkata, "Tolong aku."

Anthony meminum anggur sambil menonton, sedangkan wanita lain merasa senang atas masalah yang akan menimpa Florence.

Pasalnya, semua orang tahu bahwa Alaric paling membenci wanita yang inisiatif. Mereka saja tidak berani macam-macam terhadap pria itu. Bisa-bisanya Florence menyodorkan dirinya. Tamatlah riwayatnya!

Alaric hanya diam.

Keheningan yang berlanjut membuat Florence makin gelisah. Dia menyadari bahwa Alaric merasa tidak senang. Namun, Florence tidak menyinggungnya, bukan?

Jangan-jangan karena minggu lalu Florence menolak untuk bermalam dengan Alaric sehingga Alaric menyimpan dendam?

Florence agak panik, tetapi dia tidak berani melepaskan tangannya karena David belum pergi.

David menilai ekspresi Alaric. Melihat Alaric tidak membela Florence, David pun merasa yakin. Dia tertawa. "Pak Alaric, kalau begitu orangnya saya bawa pergi dulu. Akan segera ada wanita lain yang datang menemani ...."

"Kamu ingin merebut orangku?"

Alaric menatap David dengan tatapan datar. Nadanya tidak galak, tetapi David merasa dingin. "Pak Alaric ...."

"Pergi."

Satu kata itu cukup untuk membuat David mengompol di tempat.

Meskipun David tidak rela melepaskan Florence, dia tidak berani merebut wanita itu dari Alaric.

Keluarga Prescott adalah keluarga konglomerat di Kota Brost. Alaric terkenal tak berbelas kasihan. Siapa pun tidak akan berani menyinggungnya.

David mengucapkan "maaf" berkali-kali, kemudian membawa pasukannya pergi.

Setelah mereka pergi, Florence barulah menghela napas lega.

Orang lain tampak heran. Bisa-bisanya Alaric tidak marah dan tidak mengusir Florence.

Jangan-jangan, Alaric naksir pada Florence?

"Kamu menggunakan kekuatan orang lain dengan baik."

Suara dingin pria itu terdengar di ruang privat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status