Panggilan telepon dari istri Alaric.Raut Florence membeku.Dia segera mengambil kantong plastik berisi obat, membuka pintu mobil lalu keluar. Kakinya tak sengaja membentur pintu mobil."Ah!"Rasa sakit membuat Florence meringis.Setelah bersuara, Florence pun tersadar. Dia refleks menutup bibirnya sambil menatap Alaric dengan panik.Gawat!Istri Alaric pasti mendengar suaranya tadi."Suamiku, apakah kamu sedang bersama wanita?" Benar saja, detik berikutnya, suara serius wanita itu terdengar di dalam mobil.Sekarang makin sulit untuk meluruskannya.Florence menatap Alaric dengan ekspresi minta maaf, keluar dari mobil, kemudian pergi.Florence tertatih-tatih dan hampir jatuh, lalu dia berdiri dengan panik. Dia berdiri diam di tempat untuk menahan rasa sakitnya sebelum melangkah lagi.Cahaya redup menyinari sosok langsingnya. Pinggangnya begitu tipis membuat orang memiliki keinginan untuk memeluknya."Suamiku, kenapa kamu diam saja? Kamu sedang bersama wanita mana?"Sosok Florence menghi
Florence hanya bertugas meracik koktail, pekerjaannya mudah. Terkadang dia bisa mendapatkan tip, gajinya juga tinggi, jadi pemasukan bulanannya cukup banyak.Setelah meracik segelas koktail untuk pelanggan, Florence meletakkan alat raciknya, kemudian izin kepada rekan kerjanya untuk pergi ke toilet.Saat melewati koridor, dia tiba-tiba dipeluk dari belakang.Florence terkejut. Menoleh, dia pun melihat pria paruh baya botak yang memeluk dirinya. Ekspresinya sontak berubah. Dia meronta sekuat tenaga."Pak David, lepaskan aku!""Hehe .... Flo Sayang, aku sangat merindukanmu. Tubuhmu wangi sekali. Biar aku peluk sebentar ...." Napas David yang bau alkohol menerpa Florence.David adalah pelanggan tetap kelab ini. Dia sudah kepala lima dan mendambakan kecantikan Florence. Dia beberapa kali mengatakan akan menjadikan Florence sebagai simpanannya. Sebelumnya Florence selalu menghindari David. Tak disangka hari ini mereka berpapasan.Florence hanya merasa jijik, tetapi dia tidak berani menyingg
Sekujur tubuh Florence gemetar. Dia baru menyadari bahwa dirinya masih memeluk lengan Alaric. Lantas, dia segera melepaskan tangannya."Maaf, Pak Alaric. Saya bukan sengaja masuk ke sini." Florence menunduk sambil berkata dengan suara kecil, "Maaf sudah mengganggu Bapak. Saya akan pergi sekarang."Usai berbicara, Florence berdiri lalu hendak pergi.Ketika Florence perlu memanfaatkannya, dia menyanjung Alaric dengan suara manja, menjadikannya sebagai tameng.Selesai memanfaatkannya, Florence tampak meminta maaf dengan sopan, kemudian ingin pergi begitu saja.Apakah Alaric sudah terlalu baik?Alaric memicingkan matanya, lalu dia berkata dengan nada dingin, "Bukankah kamu datang untuk menemaniku?"Florence menghentikan langkahnya. Apa maksud pria itu?Alaric menatap mata Florence yang bersih dan jernih itu. "Kamu menjual diri lagi?"Karena ruang privat itu sangat hening, suara Alaric terdengar sangat jelas.Mulut pria ini sungguh beracun. Florence merasa agak canggung. "Bukan. Saya sedang
Alaric menghisap rokok dengan kuat, kemudian jemarinya mencengkeram wajah Florence. Tubuhnya mencondong ke depan.Semua itu dilakukan kurang dari tiga detik. Florence masih belum bereaksi ketika dia dikurung dalam pelukan Alaric.Samar-samar bau asap rokok mengelilinginya. Wajah tampan Alaric berjarak kurang satu sentimeter lebih dari bibirnya.Florence mematung. Dia tertegun beberapa detik sebelum meronta. "Pak Alaric, apa yang akan kamu lakukan?"Salah satu tangan Alaric mengunci kedua pergelangan tangan Florence di belakang tubuhnya sehingga Florence tidak bisa bergerak. Selain itu, makin Florence meronta hanya membuat tubuhnya makin menempel di dada Alaric. Hal itu justru seperti semacam undangan tanpa suara.Dada putih Florence bergoyang. Alaric memicingkan mata, kemudian mendaratkan bibirnya di leher Florence.Florence membelalakkan matanya.Alaric sedang menggigitnya.Tidak bisa dikatakan menggigit karena tidak sakit.Gigi Alaric menggigit pelan daging pada leher Florence, membe
Florence tidak menghubungi Alaric.Dia baru saja menolak pria itu, jadi Florence merasa tidak enak untuk meminta bantuan padanya.Malamnya, Florence baru selesai mandi ketika dia menerima dokumen terkait rapat esok dari Jordan.Isi dokumen itu sangat banyak. Florence begadang baru akhirnya selesai membacanya. Ketika langit sudah mau terang, dia berbaring untuk tidur sejenak."Flo, bangun! Flo, cepat bangun!"Florence yang dibangunkan pun membuka matanya. Terlihat Ella berdiri di samping ranjang dengan raut cemas. Florence mengusap matanya. "Ella, kamu datang. Uh, sudah jam berapa?""Sudah mau jam delapan. Kamu demam, tubuhmu panas sekali. Ayo ganti pakaian, aku akan membawamu ke rumah sakit."Tadi malam Ella ada syuting. Dia baru saja pulang, lalu melihat Florence tertidur di sofa. Lantas, dia membangunkan Ella, kemudian menyadari bahwa Florence demam tinggi."Sudah jam delapan?"Kesadaran Florence langsung terkumpul. Dia segera duduk, tetapi kepalanya terasa pusing. Dia nyaris jatuh d
Jordan menoleh dengan terkejut. Dalam hati, dia berpikir, 'Dari tadi Bapak melihat ke arah sana, bagaimana mungkin nggak lihat? Bapak jelas-jelas ingin memihak Bu Florence.'"Tok, tok, tok."Pintu kantor CEO tiba-tiba diketuk.Alaric berkata, "Masuk."Florence membuka pintu, kemudian melangkah masuk."Ck, hari ini Bu Florence sangat cantik. Pak Alaric, nggak peduli apakah proposal akuisisinya bisa berhasil, setidaknya pihak kita menang secara penampilan," canda Jordan yang matanya berbinar ketika melihat Florence.Hari ini Florence mengenakan setelan kerja yang bukan berwarna hitam putih seperti biasanya.Kemeja putih, rok pensil berwarna merah muda, serta sepatu hak tinggi berwarna emas muda. Perpaduan warna ini sangat sulit disatukan. Bisa saja orang yang mengenakannya terlihat tua dan kuno. Namun, Florence tampak cantik mengenakannya.Wajah Florence yang masih berusia muda tampak cantik. Wajahnya agak merah seperti kelopak bunga muda.Dia tampak begitu lembut seolah tidak tahan peni
Florence tidak ingin menjadi kambing hitam. Dia merasa perlu menjelaskannya."Pak Alaric, aku dan Pak Nikol nggak punya hubungan apa pun. Dia melihatku sakit, jadi berbaik hati meminjamkan jasnya."Berbaik hati ....Alaric mendengus sinis. "Bu Florence, baik hatinya pria itu ada tujuannya."Florence agak tak bisa berkata-kata. "Pak Alaric, Pak Nikol hanya perhatian sebagai rekan kerja. Jangan berbicara seolah setiap orang sama seperti dirimu.""Apanya yang sama sepertiku?"Florence itu pemalu. Dia hanya menatap Alaric tanpa mengatakannya.Namun, Alaric membantunya mengucapkannya. "Sama sepertiku yang ingin menidurimu?"Florence, "..."Bisakah Alaric tidak mengatakannya dengan begitu terus terang?Ke mana perginya sikap dingin Alaric ketika rapat tadi?Alaric menatap Florence sembari berujar, "Aku ingin menidurimu, aku mengatakannya dengan jelas kepadamu. Kamu pikir dia nggak ingin menidurimu? Bisa-bisanya kamu berterima kasih kepada seorang pria yang punya pikiran untuk menggaulimu, Bu
Tubuh gadis ini begitu lembut dan panas.Alaric yang tidak siap dengan pelukan itu pun menunjukkan tatapan gelap."Bu Florence, kalau kamu nggak melepaskan tanganmu, aku nggak keberatan untuk membuatmu berkeringat dengan cara lain."Florence tidak sadar, tetapi Alaric dalam kesadaran penuh. Dia tidak tahan digoda seperti ini."..."Florence masih menggumamkan sesuatu.Alaric mendengarkan dengan saksama, alhasil dia mendengar Florence mengatakan kata-kata seperti, "Ibu, jangan pergi."Wanita ini benar-benar menganggapnya sebagai ibu.Raut Alaric menjadi muram. Dia berkata dengan ketus, "Bangun, Florence!""Kalau kamu nggak bangun, aku akan memotong gajimu!""Florence, aku akan hitung sampai tiga. Kalau kamu nggak bangun, aku akan memecatmu!""..."Florence sama sekali tidak bereaksi.Alaric jarang kewalahan seperti ini. Dia benar-benar kesal.Rasanya dia ingin mencekik wanita itu hingga bangun. Akan tetapi, melihat wajah pucatnya, Alaric menjadi tidak tega.Akhirnya, dia hanya bisa dudu