Share

Bab 4

Tak jauh dari pantri, pintu lift terbuka. Tiga pria muda nan tampan pun melangkah keluar.

Alaric yang melangkah keluar dulu dari lift. Anthony yang berjalan di belakangnya sedang mengatakan sesuatu. Karena tiba-tiba mendengar keributan dari arah pantri, Alaric pun menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah suara dengan alis bertaut.

Kak Al, sepertinya karyawanmu sedang syuting film aksi, canda Anthony yang tahu ada perkelahian.

Jordan yang tahu bahwa Alaric menyukai ketenangan pun segera berkata, "Saya akan segera menanganinya, Pak Alaric."

Alaric tidak perlu turun tangan untuk masalah sesepele ini. Tanpa mengatakan apa pun, Alaric menarik pandangannya kembali tanpa ekspresi. Lalu dia melangkah ke kantor CEO.

Jordan mengernyit sembari bertanya kepada karyawan yang ada di samping, "Apa yang terjadi?"

Bu Anna dan Bu Florence dari Departemen Sekretariat berkelahi, Pak Jordan.

Ketika kata "Bu Florence" masuk ke dalam telinga Alaric, langkah pria tersebut pun sontak berhenti. Dia menoleh ke arah kerumunan orang itu dengan tatapan muram.

...

Dasar wanita jalang!

Anna yang rambutnya dijambak dan ditampar merasa kesakitan. Dia berteriak marah dengan histeris. Di tengah kekacauan tersebut, dia mengambil gelas yang ada di samping, kemudian hendak menghantam kepala Florence.

Gelas itu terbuat dari porselen yang cukup tebal. Bila mengenai kepala Florence, kepalanya pasti akan pecah.

Florence melihatnya melalui ekor matanya. Namun, dia tidak sempat menghindar karena jaraknya terlalu dekat.

Saat gelas porselen itu akan mendarat di kepala Florence, sebuah tangan tiba-tiba terulur untuk mencekal pergelangan tangan Anna.

Gelas porselen pun berhenti satu sentimeter dari kepala Florence.

Anna menjerit kesakitan, "Ah! Siapa yang menghentikanku? Lepas .... Pak Alaric?"

Florence tertegun. Dia menoleh, lalu melihat Alaric yang berdiri di samping. Tatapannya pun terpaku.

Orang lain yang melihat Alaric pun menyingkir dengan napas tertahan.

Alaric melepaskan pergelangan tangan Anna tanpa ekspresi, kemudian dia melihat Florence sekilas dengan tatapan dingin.

Apa yang kalian ributkan?

Perkelahian ini tak bisa dilanjut lagi.

Florence mengatupkan bibirnya dan melepaskan tangannya.

Pak Alaric, saya baik-baik saja di dalam pantri, lalu entah kenapa Bu Florence tiba-tiba masuk dan memukul saya. Saya juga nggak tahu apa salah saya. Hiks ....

Wajah Anna sudah bengkak. Dia memegang wajahnya sambil menangis, air matanya berlinang.

Maling teriak maling. Anna sama sekali tidak mengungkit soal dirinya yang menyebarkan hoaks.

Manik hitam Alaric menatap Florence. Luka Florence tidak separah Anna, tetapi terdapat beberapa bekas cakaran yang merusak wajah cantik itu.

Rambut panjangnya berantakan. Wajahnya jelas-jelas telah dirusak, tetapi Florence masih tampak indah dan membuat orang mengasihaninya.

Alaric bertanya, "Kamu yang mulai dulu?"

Florence menjawab dengan raut tenang, "Ya."

Alasannya?

...

Florence menggigit bibirnya. Alasannya, Anna mengatakan bahwa mereka "bermain" di kantor.

Namun, Florence tidak sanggup mengatakan kata-kata Anna yang tak senonoh di depan begitu banyak orang.

Florence tidak berbicara, maka ada yang membantunya.

Pak Alaric, Bu Anna nggak mengatakan apa-apa. Bu Florence yang tiba-tiba masuk lalu memukul orang. Kami semua ada di sini dan bisa bersaksi.

"Benar, entah kenapa Bu Florence tiba-tiba memukul orang. Kami semua melihatnya."

"Pak Alaric, Bu Florence biasanya nggak menyukai Bu Anna. Dia pasti kesal dengan Bu Anna sehingga sengaja memukulnya."

Saat ini, beberapa wanita itu menimpali, menyalahkan semuanya pada Florence.

Florence memandang mereka dengan tidak percaya. Orang yang bersuara adalah orang-orang yang tadi menciptakan hoaks.

Mereka agak takut ketika melihat tatapan Florence, tetapi mereka tidak mengubah pernyataan mereka.

Seseorang bahkan berkata, "Bu Florence, kamu salah karena sudah memukul orang. Kamu keterlaluan."

Florence menatapnya sesaat, lalu tersenyum sinis.

Dia sudah mengerti.

Mereka takut Alaric tahu apa yang mereka katakan barusan. Bagaimanapun, Alaric adalah protagonis pria dalam hoaks mereka. Bila Alaric meminta pertanggungjawaban, mereka tidak akan sanggup menerimanya.

Karena itu, mereka pun menyangkal hal ini dengan menyalahkan semuanya pada Florence. Dengan mengatakan bahwa Florence-lah yang mencari masalah dengan Anna.

Seandainya sekarang Florence mengatakan alasan mereka bertengkar pun, mereka tidak akan mengakuinya.

Apa pun alasan mereka berkelahi sudah tidak penting.

Florence mencibir, kemudian berkata tanpa ekspresi, "Terjadi sedikit perselisihan. Saya nggak bisa menahan diri sehingga main tangan."

"Pak Alaric, berdasarkan peraturan perusahaan, Bu Florence harus dipecat karena sudah memukul orang." Anna menyentuh wajahnya dengan sedih dan seperti akan menangis.

Ada larangan perkelahian bagi karyawan perusahaan. Siapa pun yang melanggar akan dipecat.

Florence menggigit bibirnya.

Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan ini. Selain itu, dipecat saat magang akan memengaruhi potensi dia mengganti pekerjaan di kemudian hari.

Akan tetapi, memang Florence yang main tangan dulu. Anna mengungkit peraturan perusahaan pun, Florence tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Saya akan membereskan barang-barang saya."

Toh akhirnya dia harus pergi juga. Florence tidak ingin diusir dengan mengenaskan. Dia membuka kepalan tangannya, lalu berbalik badan, hendak pergi.

Tiba-tiba suara dingin pria itu terdengar dari belakang. "Minta maaf."

"..."

Florence menatap Alaric dengan terkejut.

Kenapa dia harus minta maaf?

Jelas-jelas Anna yang menciptakan hoaks dan memanfaatkan masalah ini untuk memecat Florence. Kenapa Florence yang minta maaf?

Anna juga tidak menyangka bahwa Alaric akan menyuruh Florence minta maaf. Dia terkejut sekaligus tersanjung. Wajahnya seketika tidak terasa sakit lagi. Dia menatap Florence dengan provokatif.

Florence tidak ingin minta maaf.

Dia beradu pandang dengan Alaric. Tatapannya penuh dengan rasa getir, tidak terima dan sedih. Semua emosi itu terbaca jelas.

Tatapan muram melintas di mata Alaric. Dia juga tidak tahu kenapa dia bisa membaca tatapan Florence dengan begitu jelas.

Benar kata Anthony, mata Florence memang bisa berbicara.

Tatapan pria itu sangat mengintimidasi sehingga Florence merasa seperti ditimpa oleh beban tak berwujud.

Akhirnya, Florence yang menyerah dulu.

Dia baru menyadari bahwa pria yang ada di depannya ini adalah Alaric. Alaric dari Keluarga Prescott.

Status Keluarga Prescott menarik banyak orang berkuasa. Alaric tak hanya bisa memecat Florence, melainkan bisa membuatnya tidak dapat tinggal di Kota Brost dengan satu kalimat.

Orang seperti itu tidak dapat Florence singgung.

Florence boleh main tangan dengan Anna, tetapi dia tidak boleh menentang Alaric.

Florence menurunkan kelopak matanya, jemarinya terkepal. "Maaf, Bu Anna."

"Kalau kamu melakukannya lagi, kamu akan langsung dipecat. Kembali ke kantormu," perintah Alaric.

"..."

Florence tersentak. Dia sontak menatap Alaric dengan terkejut.

Pria itu tidak memecatnya?

Anna yang memegang wajahnya sendiri pun sangat kaget. "Pak Alaric, Florence melanggar peraturan perusahaan. Dia seharusnya dipecat ...."

"Peraturan perusahaan memang melarang pertengkaran. Florence memulai dulu, tapi dia sudah minta maaf. Kamu juga main tangan, apakah kamu ingin dipecat juga?"

Nada Alaric sangat dingin. Auranya sangat berwibawa.

Anna seketika tidak bisa berkata-kata. Dia tentu tidak berani melawan Alaric. Dia hanya bisa memelototi Florence yang ada di seberangnya. Matanya penuh dengan tatapan tidak terima, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Anna pikir dia bisa mengusir Florence dengan kesempatan ini.

Setiap kali dia melihat wajah genit wanita jalang kecil itu, Anna merasa kesal.

Alaric menarik tatapannya kembali, lalu melangkah pergi. Semua orang dengan inisiatif memberinya jalan.

Tatapan rumit melintas di mata Florence ketika dia melihat punggung Alaric yang menjauh. Keputusan Alaric berada di luar dugaannya. Florence tidak menyangka Alaric akan mengampuninya.

Namun, tidak kehilangan pekerjaan adalah hal yang baik.

...

Setelah keributan itu ditangani, semua orang pun bubar.

Florence menarik pandangannya kembali dan hendak kembali ke tempatnya. Begitu dia melangkah, pergelangan kakinya terasa sakit. Dia terkesiap, kemudian melihat pergelangan kakinya itu.

Seharusnya karena tadi keseleo. Florence menahan rasa sakit sambil berjalan menuju kantor dengan pincang.

Tom mengatakan bahwa Anna izin pulang untuk istirahat. Florence juga disuruh izin, tetapi dia menolak.

Florence hanya karyawan magang. Demi mempertahankan pekerjaan ini, dia harus bekerja lebih keras dari yang lain. Meskipun hari ini dia tidak dipecat, dia tidak ingin mengalami masalah lagi.

"Jujur saja, aku kira Pak Alaric akan memecat kalian. Nggak disangka kalian semua berhasil bertahan."

Tom menganalisis dengan raut tak percaya.

Alaric hanya menggunakan orangnya sendiri. Posisi sekretaris sangat sensitif karena menjangkau dokumen rahasia perusahaan, serta sering berinteraksi dengan sang CEO. Di sebagian besar perusahaan, sekretaris adalah tangan kanannya CEO.

Mereka bertengkar, seharusnya Alaric bisa memecat kedua sekretaris itu sekaligus, lalu menggantikannya dengan orang Alaric. Akan tetapi, Alaric tidak melakukannya.

Setelah mendengar, Florence pun agak terkejut. Dia menoleh ke arah dinding kaca berwarna hitam yang ada di samping sambil berpikir.

Kenapa Alaric tidak memecatnya?

Seberangnya dinding ini adalah kantor CEO. Namun, dari Departemen Sekretariat tidak dapat melihat ke dalam kantor CEO.

Adegan di mana Alaric mencengkeram tangan Anna melintas di benak Florence. Florence tidak tahu apa tujuan Alaric tidak memecatnya, tetapi bagaimanapun juga, dia bersyukur atas kehadiran Alaric. Jika tidak, kepala Florence pasti akan dihantam oleh Anna.

...

Di kantor CEO.

Di dalam ruang sekretaris, Florence sedang membersihkan tangannya yang kotor dengan tisu. Dia berparas cantik, jemarinya juga lentik. Biarpun dia duduk dengan rambut berantakan, pemandangan itu tetap memanjakan mata.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Caroline Da Silva Barbosa
ceritanya menarik dan pembuat pembaca terus ingin mengetahui bagaimana cerita selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status