Share

Bab 3

Semuanya terheran-heran.

Akan tetapi, tidak ada yang berani membantah ucapan Alaric. Beberapa orang itu segera keluar, menyisakan mereka berdua di kantor.

Alaric membaca dokumen tanpa menggubris Florence.

Dia tidak berbicara, tetapi auranya yang mengintimidasi tersebar ke sekitar.

Florence tidak tahu apa maksud Alaric. Dia melihat wajah tampan pria itu dan ragu sejenak sebelum mengambil inisiatif untuk berkata, "Pak Alaric, mari kita anggap apa yang terjadi di Kelab Aurora tadi malam nggak pernah terjadi. Saya nggak akan memberi tahu orang lain."

Florence berpikir bahwa sebagai seorang CEO, Alaric pasti sangat menjaga harga dirinya. Tidak baik bila dia ketahuan memesan layanan khusus. Alaric menahannya pasti karena hal ini.

Sebenarnya Florence lebih tidak ingin orang lain mengetahui kejadian tadi malam. Seandainya dia tahu bahwa Alaric adalah atasan barunya, Florence tidak akan masuk ke dalam kamar pria tersebut biarpun dia sangat membutuhkan uang.

Sejujurnya Florence telah melebih-lebihkan tingkat moral Alaric. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan hal tersebut.

Jari-jemari Alaric memegang pena, membubuhkan tanda tangannya di atas dokumen. Kemudian dia mengangkat pandangannya untuk melihat wajah Florence yang polos nan cantik. Tatapannya agak muram.

Anggap tidak pernah terjadi ....

Wanita ini benar-benar mengerti aturan mainnya.

Alaric memicingkan mata. "Setelah melewati satu malam bersama, Bu Florence mau berpura-pura nggak mengenalku?"

Florence tertegun sejenak, lalu dia bertanya balik dengan heran, "Apakah Pak Alaric ingin saya memeras Bapak dengan masalah ini?"

Tentu saja bukan.

Alaric selalu membenci wanita yang memerasnya.

Florence berjanji akan merahasiakannya, sebenarnya itu merupakan hal yang bagus. Namun, Florence yang begitu pengertian membuat Alaric agak kesal.

Alaric juga tidak tahu apa yang menjadi alasan dari kekesalannya. Mungkin egonya sebagai pria terluka.

Bagaimanapun juga, Alaric sudah terbiasa dengan wanita yang memikirkan segala cara untuk memerasnya. Florence adalah wanita pertama yang mengatakan akan menganggap tidak terjadi apa-apa.

Apakah gaji yang diberikan Grup Prescott sangat rendah?

Nada Alaric terdengar dingin. Dia seperti sedang mengobrol biasa.

Nggak.

Walau Florence tidak tahu mengapa Alaric bertanya demikian, dia tetap menjawabnya.

Florence adalah lulusan baru yang tidak memiliki pengalaman kerja. Gaji magangnya dipotong pajak pun masih tersisa empat belas juta lebih. Gaji yang ditawarkan Grup Prescott tergolong tinggi dibandingkan perusahaan lain dalam bidang serupa. Hal ini juga merupakan alasan Florence sangat menyayangi pekerjaan ini.

Kalau begitu kenapa kamu menjual diri?

Ekspresi Florence menjadi kaku. Dia mengatupkan bibirnya sebelum menjawab, "Butuh uang."

Alaric bertanya dengan blak-blakan.

Florence pun menjawab dengan terus terang.

Butuh uang langsung menjual tubuh sendiri.

Tatapan mencemooh melintas di mata Alaric. Dia tidak pernah menyukai wanita materialistis. Gairahnya yang dibangkitkan oleh suara serak Florence pun padam. Alaric tidak lagi berminat untuk berbicara dengan Florence. Dia kembali membaca dokumen sambil berkata, "Keluarlah."

Florence merasa lega. Dia langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa.

...

Begitu Florence kembali ke tempatnya, Tom langsung mendekat untuk menanyakan apa yang Alaric katakan kepada Florence.

Tom, jangan naif. Memangnya dia akan memberitahumu yang sebenarnya? Florence, kamu benar-benar hebat ya. Hari pertama Pak Alaric datang, kamu langsung merayunya. Dulu aku sudah meremehkanmu.

Terdengar suara ejekan Anna dari samping.

Total ada tiga sekretaris di Departemen Sekretariat. Alaric bahkan tidak menanyakan nama dari dua sekretarisnya yang lain, hanya meminta Florence untuk tinggal. Apalagi Florence juga muda nan cantik. Sulit bagi orang lain untuk tidak memikirkan hal-hal negatif.

Florence berkata dengan raut datar, "Bu Anna, Pak Alaric sudah menikah. Sebaiknya kamu jangan menciptakan hoaks seperti ini."

Kamu ... oke! Kita lihat saja, Florence!

Anna yang dibuat bungkam pun memelototi Florence, kemudian berjalan pergi.

...

Hari pertama Alaric tiba di perusahaan, dia terus mengadakan berbagai rapat. Departemen Sekretariat bertugas merapikan serta menerima dan mengirim berbagai dokumen. Luar biasa sibuk.

Florence agak cemas Alaric akan mempersulitnya, tetapi ternyata tidak. Alaric tidak memberi perhatian lebih pada Florence. Untuk urusan pekerjaan pun, dia cenderung mencari Tom dan Anna yang sudah lama bekerja di perusahaan itu.

Tampaknya malam itu hanya perjanjian yang telah berlalu bagi Alaric.

Baguslah. Florence menghela napas lega dalam hati. Dia hanya ingin bekerja dengan baik, melewati masa magang dengan lancar, serta menghasilkan lebih banyak uang.

Akan tetapi, Florence tidak menyangka bahwa hoaks terkait dirinya dan Alaric tetap tersebar di perusahaan.

Dia pergi ke pantri untuk menyeduh kopi. Saat Florence tiba di depan pintu, dia mendengar gosip dari dalam.

Hari pertama Pak Alaric datang, mereka sudah berhubungan. Florence yang menyodorkan dirinya. Biasanya dia terlihat sopan, nggak disangka dia begitu nggak tahu malu. Diam-diam menghanyutkan!

Betul. Dengar-dengar, mereka bermain di kantor tanpa menutup pintu. Jeritan Florence terdengar sampai lorong.

Jemari Florence yang memegang gelas pun terkepal. Tatapan dingin melintas di matanya.

Suara-suara itu sangat familier. Semuanya adalah rekan kerja yang memiliki hubungan cukup baik dengan Florence. Mereka sering makan siang bersama. Tak disangka mereka memfitnah Florence seperti itu di belakangnya.

Kalian nggak menyaksikannya sendiri, sebaiknya jangan bicara sembarangan. Omongan kalian sangat mencoreng reputasi orang.

Kenapa kamu membelanya? Hal ini memangnya benar adanya. Kalau kamu nggak percaya, tanyakan saja kepada Bu Anna. Bu Anna, kamu yang melihat kalau Florence menggoda Pak Alaric, 'kan? Ayo ceritakan kepada mereka.

Setelah itu, suara ejekan Anna terdengar di pantri. "Florence yang menggoda Pak Alaric dulu. Awalnya Pak Alaric menolak, tapi Florence langsung membuka pakaiannya. Pria mana yang sanggup menahannya? Aku melihatnya karena kembali untuk mengambil ponsel. Mataku benar-benar sudah ternodai ...."

Dia genit sekali ....

Florence menggertakkan giginya. Dia meremas gelasnya, kemudian menendang pintu pantri hingga terbuka.

Bam!

Suara tersebut mengejutkan wanita-wanita yang ada di dalam pantri.

Saat melihat Florence berekspresi dingin yang berdiri di ambang pintu, beberapa wanita itu tampak canggung. Mereka berdiri di tempat dengan takut.

Sedangkan Anna yang duduk di kursi hanya memutar bola matanya pada Florence, lalu meneguk airnya dengan santai.

Bu Florence, kenapa kamu datang kemari?

Ada yang menyapa Florence, tetapi Florence mengabaikannya. Dia langsung berjalan ke hadapan Anna.

Anna tertegun, kemudian dia segera bereaksi. Dia bertanya dengan provokatif, "Apa?"

Florence mendengus.

Tanpa mengatakan apa-apa, Florence mengangkat tangannya. Lalu dengan stabil, tepat dan kuat, dia menampar wajah Anna.

Ah! Anna tertegun selama beberapa detik oleh tamparan tersebut. Setelah bereaksi, dia menyentuh wajahnya sambil menunjuk Florence dengan marah. "Berani-beraninya kamu menamparku? Aku akan menghajarmu, Florence!"

Florence pun tidak berbasa-basi dengan Anna. Dia menendang perut Anna dengan sepatu hak tingginya. Anna jatuh lalu memegang perutnya sambil melolong.

Jeritan ketakutan pun terdengar di sekitar.

Astaga, ada yang berkelahi!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status