Tak jauh dari pantri, pintu lift terbuka. Tiga pria muda nan tampan pun melangkah keluar.Alaric yang melangkah keluar dulu dari lift. Anthony yang berjalan di belakangnya sedang mengatakan sesuatu. Karena tiba-tiba mendengar keributan dari arah pantri, Alaric pun menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah suara dengan alis bertaut.Kak Al, sepertinya karyawanmu sedang syuting film aksi, canda Anthony yang tahu ada perkelahian.Jordan yang tahu bahwa Alaric menyukai ketenangan pun segera berkata, "Saya akan segera menanganinya, Pak Alaric."Alaric tidak perlu turun tangan untuk masalah sesepele ini. Tanpa mengatakan apa pun, Alaric menarik pandangannya kembali tanpa ekspresi. Lalu dia melangkah ke kantor CEO.Jordan mengernyit sembari bertanya kepada karyawan yang ada di samping, "Apa yang terjadi?"Bu Anna dan Bu Florence dari Departemen Sekretariat berkelahi, Pak Jordan.Ketika kata "Bu Florence" masuk ke dalam telinga Alaric, langkah pria tersebut pun sontak berhenti. Dia men
Florence sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sedang diintai.Anthony memegang dagunya sembari berdecak kagum di depan jendela. "Gadis itu terlihat lemah, nggak disangka dia begitu jago berkelahi. Kak Al, ternyata dia itu sekretarismu. Kebetulan sekali.""Memang sangat kebetulan," sahut Alaric tanpa ekspresi.Anthony menyadari makna tersirat dalam kata-kata Alaric. Dia itu cerdas sehingga dia langsung terpikir akan sesuatu. Ekspresinya menjadi serius. "Kak Al, apakah kamu curiga kalau dia itu orang yang ditempatkan di sekitarmu?"Malam itu Alaric diberi obat perangsang, Florence membantunya, kemudian berubah menjadi sekretaris di perusahaannya. Mereka tidak percaya yang namanya "kebetulan".Terlebih lagi, Florence dicari oleh orang tersebut.Bila Florence benar-benar diatur oleh seseorang untuk berada di sekitar Alaric, maka hal ini tak lepas dari orang itu."Kak Al, apakah kamu sudah mencari tahu tentang latar belakangnya?" tanya Anthony dengan cepat."Untuk sementara nggak menemukan
Florence menahan rasa sakitnya, bertopang pada dinding sambil bergeser menuju lift.Kakinya kesakitan sehingga kecepatannya saat ini tak ubahnya seperti siput.Waktu makan malam sudah lewat. Florence sangat lapar. Florence mengeluarkan ponselnya untuk menelepon sahabat guna bertanya apakah hari ini dia pulang dan malam makan apa."Kamu lambat sekali."Tiba-tiba, suara tak sabar seorang pria terdengar dari atas kepala Florence.Florence yang mendengar suara Alaric pun refleks mendongak. Terlihat Alaric yang berperawakan tinggi berdiri di depannya, tatapannya agak muram. Dia menatap Florence dengan alis bertaut."???"Bukankah dia sudah pergi?"Aku menekan lift menunggumu selama lima menit, alhasil kamu berjalan kurang dari sepuluh meter. Lama sekali."Alaric melontarkan kalimatnya dengan ekspresi dingin.Ternyata Alaric tidak pergi, melainkan membantu Florence menekan lift.Bohong bila Florence tidak terkejut. Sebelum dia bereaksi, tubuhnya tiba-tiba digendong.Badannya mendadak melayan
Panggilan telepon dari istri Alaric.Raut Florence membeku.Dia segera mengambil kantong plastik berisi obat, membuka pintu mobil lalu keluar. Kakinya tak sengaja membentur pintu mobil."Ah!"Rasa sakit membuat Florence meringis.Setelah bersuara, Florence pun tersadar. Dia refleks menutup bibirnya sambil menatap Alaric dengan panik.Gawat!Istri Alaric pasti mendengar suaranya tadi."Suamiku, apakah kamu sedang bersama wanita?" Benar saja, detik berikutnya, suara serius wanita itu terdengar di dalam mobil.Sekarang makin sulit untuk meluruskannya.Florence menatap Alaric dengan ekspresi minta maaf, keluar dari mobil, kemudian pergi.Florence tertatih-tatih dan hampir jatuh, lalu dia berdiri dengan panik. Dia berdiri diam di tempat untuk menahan rasa sakitnya sebelum melangkah lagi.Cahaya redup menyinari sosok langsingnya. Pinggangnya begitu tipis membuat orang memiliki keinginan untuk memeluknya."Suamiku, kenapa kamu diam saja? Kamu sedang bersama wanita mana?"Sosok Florence menghi
Florence hanya bertugas meracik koktail, pekerjaannya mudah. Terkadang dia bisa mendapatkan tip, gajinya juga tinggi, jadi pemasukan bulanannya cukup banyak.Setelah meracik segelas koktail untuk pelanggan, Florence meletakkan alat raciknya, kemudian izin kepada rekan kerjanya untuk pergi ke toilet.Saat melewati koridor, dia tiba-tiba dipeluk dari belakang.Florence terkejut. Menoleh, dia pun melihat pria paruh baya botak yang memeluk dirinya. Ekspresinya sontak berubah. Dia meronta sekuat tenaga."Pak David, lepaskan aku!""Hehe .... Flo Sayang, aku sangat merindukanmu. Tubuhmu wangi sekali. Biar aku peluk sebentar ...." Napas David yang bau alkohol menerpa Florence.David adalah pelanggan tetap kelab ini. Dia sudah kepala lima dan mendambakan kecantikan Florence. Dia beberapa kali mengatakan akan menjadikan Florence sebagai simpanannya. Sebelumnya Florence selalu menghindari David. Tak disangka hari ini mereka berpapasan.Florence hanya merasa jijik, tetapi dia tidak berani menyingg
Sekujur tubuh Florence gemetar. Dia baru menyadari bahwa dirinya masih memeluk lengan Alaric. Lantas, dia segera melepaskan tangannya."Maaf, Pak Alaric. Saya bukan sengaja masuk ke sini." Florence menunduk sambil berkata dengan suara kecil, "Maaf sudah mengganggu Bapak. Saya akan pergi sekarang."Usai berbicara, Florence berdiri lalu hendak pergi.Ketika Florence perlu memanfaatkannya, dia menyanjung Alaric dengan suara manja, menjadikannya sebagai tameng.Selesai memanfaatkannya, Florence tampak meminta maaf dengan sopan, kemudian ingin pergi begitu saja.Apakah Alaric sudah terlalu baik?Alaric memicingkan matanya, lalu dia berkata dengan nada dingin, "Bukankah kamu datang untuk menemaniku?"Florence menghentikan langkahnya. Apa maksud pria itu?Alaric menatap mata Florence yang bersih dan jernih itu. "Kamu menjual diri lagi?"Karena ruang privat itu sangat hening, suara Alaric terdengar sangat jelas.Mulut pria ini sungguh beracun. Florence merasa agak canggung. "Bukan. Saya sedang
Alaric menghisap rokok dengan kuat, kemudian jemarinya mencengkeram wajah Florence. Tubuhnya mencondong ke depan.Semua itu dilakukan kurang dari tiga detik. Florence masih belum bereaksi ketika dia dikurung dalam pelukan Alaric.Samar-samar bau asap rokok mengelilinginya. Wajah tampan Alaric berjarak kurang satu sentimeter lebih dari bibirnya.Florence mematung. Dia tertegun beberapa detik sebelum meronta. "Pak Alaric, apa yang akan kamu lakukan?"Salah satu tangan Alaric mengunci kedua pergelangan tangan Florence di belakang tubuhnya sehingga Florence tidak bisa bergerak. Selain itu, makin Florence meronta hanya membuat tubuhnya makin menempel di dada Alaric. Hal itu justru seperti semacam undangan tanpa suara.Dada putih Florence bergoyang. Alaric memicingkan mata, kemudian mendaratkan bibirnya di leher Florence.Florence membelalakkan matanya.Alaric sedang menggigitnya.Tidak bisa dikatakan menggigit karena tidak sakit.Gigi Alaric menggigit pelan daging pada leher Florence, membe
Florence tidak menghubungi Alaric.Dia baru saja menolak pria itu, jadi Florence merasa tidak enak untuk meminta bantuan padanya.Malamnya, Florence baru selesai mandi ketika dia menerima dokumen terkait rapat esok dari Jordan.Isi dokumen itu sangat banyak. Florence begadang baru akhirnya selesai membacanya. Ketika langit sudah mau terang, dia berbaring untuk tidur sejenak."Flo, bangun! Flo, cepat bangun!"Florence yang dibangunkan pun membuka matanya. Terlihat Ella berdiri di samping ranjang dengan raut cemas. Florence mengusap matanya. "Ella, kamu datang. Uh, sudah jam berapa?""Sudah mau jam delapan. Kamu demam, tubuhmu panas sekali. Ayo ganti pakaian, aku akan membawamu ke rumah sakit."Tadi malam Ella ada syuting. Dia baru saja pulang, lalu melihat Florence tertidur di sofa. Lantas, dia membangunkan Ella, kemudian menyadari bahwa Florence demam tinggi."Sudah jam delapan?"Kesadaran Florence langsung terkumpul. Dia segera duduk, tetapi kepalanya terasa pusing. Dia nyaris jatuh d