Share

Sekretarisku, Wanita Bayaranku
Sekretarisku, Wanita Bayaranku
Penulis: Cahaya Malam Gelap

Bab 1

Hujan pertama pada bulan September menyiram jendela ruang pribadi yang ada di kelab.

Florence Mitchell ditindih di atas sofa dalam kamar, kedua tangannya dicekal. Dia diklaim dengan ganas.

Pria itu bergerak dengan kasar. Setelah mengalami rasa sakit dan terlena di awal, sekarang Florence hanya merasa linu.

Tubuh Florence seolah bukan milik dirinya sendiri.

Uh ... ja ... jangan ....

Permohonan terbata itu keluar dari bibir Florence.

Akan tetapi, berhentinya hal seperti ini tidak bisa ditentukan oleh Florence.

Pria itu seakan tidak mendengar kata-kata Florence.

Tenaga ganasnya sama sekali tidak berkurang.

Dia sama sekali tidak berniat untuk berhenti. Api dalam tubuhnya membara. Florence dibawa ke puncak, lalu dijatuhkan dari ketinggian itu.

Bip ... bip ....

Dering ponsel merusak suasana ambigu tersebut.

Pria itu kehilangan minatnya karena diganggu. Gerakannya mendadak berhenti.

Matikan.

Florence tidak sanggup menyinggung pria ini.

Florence mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya, tetapi ponselnya malah jatuh ke lantai karena tersenggol.

Dering ponsel masih berlanjut.

Florence ingin memungutnya, tetapi pria tersebut tidak memiliki kesabaran untuk menunggu. Dia menarik pinggang Florence untuk kembali.

Tak lama kemudian, aktivitas mereka pun berhenti.

Setelah itu, pria tersebut melepaskan Florence tanpa ragu. Florence, yang kehilangan topangan pun, jatuh ke sofa. Dia menggigit bibirnya sembari duduk untuk merapikan gaunnya.

Aroma bercinta di udara berangsur-angsur menghilang, suasana sangat hening.

Tanpa melihat Florence, pria tersebut menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan dirinya.

Dia memiliki seraut wajah yang mendekati kata sempurna. Walaupun melakukan gerakan seperti itu, dia tampak memukau.

Dia menarik ritsleting celananya. Kemeja putih berpadu dengan celana bahan hitam, warna yang sederhana. Aura dinginnya bercampur dengan rasa puas dari aktivitas barusan. Dia tampak dingin sekaligus terkendali.

Tangannya yang indah mengambil ponsel yang terletak di samping. Jarinya yang lentik mengetik layar beberapa kali.

Ting.

Suara notifikasi terdengar dari ponsel Florence.

Keluar.

Pria itu meletakkan ponselnya sembari melontarkan pengusiran dengan nada dingin.

Ekspresinya begitu dingin seolah dia bukan orang yang sama dengan orang yang melepaskan nafsunya dengan liar di ranjang tadi.

Florence tentu tidak berencana untuk tinggal lebih lama. Dia memungut ponselnya lalu berkata, "Sampai jumpa."

Begitu dia melontarkan kata-katanya, Florence merasa sangat canggung.

Sampai jumpa apanya ... mereka tidak mungkin berjumpa lagi.

Alaric Prescott memicingkan mata. Tatapan mengejek melintas di matanya. Sampai jumpa?

Wanita ini cukup ahli dalam bisnis ini, bahkan berencana untuk melakukan yang kedua kalinya?

Sekarang Alaric curiga apakah Florence benar-benar perawan atau menambal selaput dara untuk membohonginya.

Florence tidak lagi banyak bicara. Dia berdiri lalu pergi. Antara pahanya terasa sakit sehingga kakinya lemas, dia pun berlutut di lantai dan mengerang.

Dengan jarak di antara mereka, Alaric sepenuhnya bisa memapah Florence, tetapi pria itu bergeming.

Florence juga tidak mengharapkan bantuan dari Alaric. Dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit sambil berdiri.

Florence tidak tahu bahwa karena gerakan jatuhnya, gaunnya tersingkap sebagian, memperlihatkan pahanya yang putih. Di bawah cahaya lampu, pahanya tampak berkilau.

Pandangan Alaric berlabuh pada paha Florence, tatapannya menggelap.

Bisa-bisanya nafsu yang sudah terlampiaskan terbangkitkan lagi.

Harus Alaric akui bahwa wanita ini memiliki tubuh yang sangat menggoda bagi pria.

Akan tetapi, Alaric mengidap mysophobia. Dia biasanya tidak menyentuh wanita kotor layaknya Florence.

Perjanjian malam ini juga terpaksa, jadi dia tidak mungkin melakukannya lagi.

Suasana sangat tenang dan hening.

Florence tidak mengangkat kepalanya, tetapi dia bisa merasakan tatapan kuat dari belakangnya.

Pipi Florence memerah. Tanpa mengatakan apa-apa, dia buru-buru berdiri, merapikan gaunnya, lalu segera pergi.

Setelah keluar dari kamar, dia berjalan menuju depan pintu lift dengan kaki pincang. Florence tidak memperhatikan ada orang di depannya, jadi dia menabrak pria yang berjalan ke arahnya.

Maaf.

Karena berjalan terlalu cepat, Florence tidak melihat tatapan heran yang melintas di mata pria itu.

Anthony Clinton berjalan masuk dengan kedua tangan di dalam saku. Lalu dia melihat Alaric yang merokok di sofa.

Rokok bertengger di bibir tipis Alaric. Dua kancing teratas kemejanya terbuka, memperlihatkan tulang belikatnya. Wajah tampan di balik asap rokok itu masih menyimpan sedikit sisa hasrat. Anthony yang merupakan seorang pria saja merasa bahwa Alaric itu keren.

Anthony bercanda, "Kak Al, kamu kasar sekali. Gadis yang begitu cantik dibuat pincang, jalan pun nggak kesulitan."

Alaric sedang memejamkan matanya. Ketika mendengar suara Anthony, dia pun membuka matanya. Dia melirik Anthony sekilas melalui asap rokok tanpa mengatakan apa-apa.

Anthony berdecak. "Tapi gadis itu benar-benar cantik, terutama kedua matanya, seperti bisa berbicara saja. Kalau aku tahu dari awal, aku akan menyimpannya untuk diriku sendiri ...."

Sebaiknya kamu jangan berhubungan dengan wanita yang melakukan bisnis seperti ini.

Ketika Anthony masih sedang merenung, ucapan Alaric tiba-tiba terlontar. Anthony tertegun sebelum bertanya dengan heran, "Kak Al, bukankah kamu baru saja melampiaskan nafsumu? Kenapa kamu masih meledak-ledak?"

Alaric pun tertegun. Dia seketika merasa dirinya agak tidak waras. Dia hanya meniduri seorang wanita, bisa-bisanya emosinya menjadi tak terkendali.

Jari lentiknya memijat keningnya. Alaric mengalihkan topik dengan nada dingin, "Apakah pelakunya sudah ditemukan?"

Sudah, orangnya itu utusan kakak keduamu. Dia ingin menciptakan skandal untukmu. Orangnya sudah ditahan. Apakah kamu ingin melihatnya?

Tanpa mengedipkan matanya, Alaric menjawab, "Buat dia minum obat perangsang sebanyak sepuluh kali lipat dari yang dia berikan kepadaku."

Anthony mengangkat sebelah alisnya dengan jenaka. "Sepuluh kali lipat? Meskipun itu hanya obat perangsang, dosis sebanyak itu pasti bisa mengancam nyawa. Kak Al, caramu membalas benar-benar sadis."

Rumor yang beredar mengatakan bahwa Alaric dari Keluarga Prescott tidak punya belas kasihan. Dia dijuluki sebagai Raja Neraka di Bumi.

Julukan itu tidak hiperbola, melainkan sesuai kenyataan.

Namun, siapa suruh mereka tidak bisa menahan diri pada hari pertama Alaric kembali. Mereka pantas mendapatkannya.

Alaric tidak merespons. Saat ini, ekor matanya menangkap noda darah di sofa. Pandangannya pun terpaku.

Wajah kecil yang menangis sembari memohon di bawah tubuhnya kembali melintas di benak Alaric. Tatapannya tampak sulit artikan. Darah dalam tubuhnya kembali berdesir.

Alaric mengernyit. Dia menekan puntung rokok ke asbak, berdiri, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mandi air dingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status